Review Buku - Wentira Kota Gaib

Setelah sempat mengalami reading slump yang panjang. Belakangan ini saya jadi suka sama novel-novel horror terbitan Gagas Media. Bahkan, saya jadi rajin kepoin IG sama website Gagas Media buat ngeliat judul horor terbarunya. Dan ternyata, setelah saya liat-liat, hampir semua buku ber-genre horror saya masukkan ke wishlist. 

Novel-novel horror Gagas Media ini memang sengaja saya masukkan ke wishlist dulu karena nggak mungkin tiba-tiba saya langsung beli semuanya. Selain karena harga novel sekarang udah semakin nggak tahu diri, yang kedua saya khawatir pas udah beli banyak, reading slump saya kambuh lagi.

Jadilah saya mengawalinya dengan membeli 1 buah novel terlebih dahulu berjudul Ningsih sebulan yang lalu, semacam buat tes ombak bisa nggak nih saya selesaiin bacanya. Setelah butuh waktu seminggu untuk menuntaskan novel yang saya beli dengan diskon 20% dan gratis ongkir Shopee. saya mulai mewacanakan untuk berburu novel horror lainnya.

Jadilah minggu-minggu kemarin saya beli 3 novel horror dari Gagas Media sekaligus. Ada Parang Maya, Mencari Saranjana (yang sudah review di sini) dan Wentira Kota Gaib.


Awalnya saya memang sekedar tertarik aja sama novel Wentira ini, tapi pas liat nama penulisnya, kayaknya saya ngerasa nggak asing. Setelah diingat-ingat lagi, dan saya pastikan dengan browsing di Google. Ternyata benar, ini adalah Randu Alamsyah yang juga nulis buku ‘Air Mandi Mayat’ yang menurut saya ceritanya menarik.

Butuh beberapa kali ‘duduk’ untuk saya selesai membaca novel Wentira Kota Gaib ini. Mumpung kebetulan pas lagi rajin ‘ngeblog’, saya mau ngomongin novelnya di postingan ini. Tapi sebelum itu, simak dulu blurb-nya:

"Wentira daerah misteri di Sulawesi. Ternyata banyak orang memercayai kota gaib Wentira. Sesepuh desa bercerita tentang pesanan-pesanan misterius yang menghilang di wilayah itu. Para kurir pemula biasanya akan kebingungan dengan alamat yang tercantum dalam paket. Namun, biasanya selalu ada penduduk yang menyuruh mereka untuk meninggalkan saja paket di tugu yang menandai gerbang masuk Wentira.

Bukan hanya mitos yang melegenda, Wentira diyakini keberadaannya. Tempat tinggal makhluk-makhluk tak kasatmata yang berdampingan dengan sekitar."

Novel ini ditulis dengan gaya seperti Diary. Dibuka oleh Rio yang ‘seolah’ menulis catatan untuk seseorang yang dipanggil ‘Nay’. Rio ditugaskan oleh yayasannya untuk menjadi relawan di kota Palu yang telah porak poranda karena diterjang Tsunami. Ini adalah tugas pertama Rio sebagai relawan yang tentu saja tidak mudah karena Rio harus segera beradaptasi dan cepat tanggap membantu mencari mayat yang masih terkubur puing-puing reruntuhan.

Begitu sampai di Palu, Rio sudah ditunggu oleh seorang cewek bernama Yenda, yang nantinya akan membantu Rio untuk mengenal kondisi dan situasi di kota Palu. Namun, Yenda ternyata tidak bisa benar-benar terus mendampingi Rio sebagai relawan ‘amatir’ karena Yenda juga harus mengurus keluarganya yang juga menjadi korban tsunami.

Rio pun mencoba berbaur dengan relawan lainnya dan bertemu dengan Pak Ismet Loulembah dan juga dr Andi Ratna. Kedua orang inilah yang sering menjadi tempat bertanya bagi Rio selama di kota Palu. Beberapa kali pula, obrolan mereka menjadi terasa horror ketika ngomongin suasana setelah tsunami yang porak poranda.

Sampai suatu ketika, Rio ingin pergi ke Balaroa, salah satu tempat yang terkena dampak paling parah oleh tsunami. Tujuannya untuk mencari data sebanyak-banyaknya tentang kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami ini. Mengingat akses kendaraan yang masih jarang, Rio akhirnya bisa mendapat tumpangan ke Balaroa menumpang mobil relawan para dokter, yang salah satunya adalah dr Andi Ratna.

Setelah sampai di Balaroa, Rio segera berkeliling untuk mencari informasi. Hingga tanpa terasa waktu semakin sore, Rio harus segera kembali karena memang suasana Balaroa ketika menjelang malam hari terasa menyeramkan.

Namun Apesnya, Rio kehilangan jejak rombongan dr Andi Ratna dkk., sementara Rio nggak tahu jalan pulang dan bingung harus menumpang apa karena jarang sekali ada kendaraan yang masih beroperasi. Rio pun nekat untuk jalan kaki, hingga akhirnya bertemu sebuah mobil misterius yang bersedia mengantar Rio pulang. Meskipun kondisi mobilnya cukup menyeramkan, tidak ada pilihan lain bagi Rio. 

Sampai bab berikutnya, sudut pandang karakternya berubah menjadi seseorang yang bernama Nay, cewek yang sering sekali disebut Rio ketika menuliskan catatannya. Nay ini ternyata bernama Nayla, dia rekan kerja Rio sekaligus cewek yang ditaksir Rio.

Nayla harus menyusul ke Palu karena sudah sepuluh hari lamanya Nayla dan yayasan tempat Rio bekerja sudah kehilangan kontak dengan Rio. Merasa ada yang tidak beres dan khawatir terjadi hal-hal yang buruk. Nayla ditugaskan untuk mencari Rio di Palu.

Begitu sampai, Nayla disambut oleh Yenda yang (lagi-lagi) sudah menunggu. Nayla bergegas ke kantor polisi dan setelah berbincang, polisi memberikan tas milik Rio yang telah ditemukan di sebuah tempat dekat gapura. 

Di dalam tas itu salah satunya berisi catatan Rio yang ditulisnya untuk Nayla. Berbagai dugaan juga sempat muncul atas hilangnya Rio seperti dirampok atau diculik, tapi dugaan itu tidak terlalu meyakinkan karena tidak ada orang yang menghubungi minta tebusan.

Selanjutnya, Nayla harus menginap di sebuah penginapan yang tidak terlalu terdampak tsunami. Penginapan ini tampak sepi, kamar Nayla di lantai dua, disitu hanya ada kamar Nayla yang terisi. Beberapa hal ganjil sempat muncul selama Nayla menginap, namun karena Nayla adalah orang yang tidak percaya akan adanya hantu, Nayla tidak pernah ambil pusing. Nayla selalu berpikir menggunakan logikanya. 

Dugaan yang paling sering didengar oleh Nayla dari orang-orang sekitar adalah kalau Rio ini hilang karena tersesat di Wentira, sebuah kota gaib yang peradabannya sangat maju. Namun Nayla tidak pernah percaya akan informasi ini. Baginya ada kota yang letaknya gaib itu bullshit banget.

Selanjutnya… apakah Nayla pada akhirnya bisa bertemu Rio? Atau Nayla malah jadi nyasar ke kota gaib Wentira? Cerita selengkapnya bisa kalian baca sendiri bukunya kalau penasaran.

☺☺

Jujur saya cukup excited ketika tahu ini adalah karya terbaru dari Randu Alamsyah penulis novel Air Mandi Mayat karena saya suka dengan buku pertamanya. Gaya penulisannya dalam buku ini juga terasa mengalir apa adanya, benar-benar seperti membaca sebuah buku catatan yang ditulis oleh Rio dan Nayla.

Ada banyak kata yang dicetak miring dalam penulisannya, yang saya bingung buat apa maksudnya? Tapi menurut saya sendiri, setiap kata yang dicetak miring, seperti sedang menegaskan sesuatu yang sedang ditulisnya. 

Salah satu kelebihan Randu Alamsyah di buku ini adalah dia bisa menutup setiap bab dengan kalimat yang bikin merinding. Bisa dibilang mirip seperti R.L Stine di edisi Goosebumps-nya.

Tadinya sih saya berharap bisa membaca petualangan Rio atau Nayla yang tersesat di kota Wentira. tapi ternyata Wentira ini sampai bukunya selesai dibaca ternyata masih tetap menjadi misteri.

Btw, untuk yang suka bacaan dengan genre horror novel ini bisa jadi bacaan yang pas banget buat dipilih. Atau.. buat yang udah beli buku Mencari Saranjana dan ternyata penasaran sama cerita tentang kota gaib lainnya, Wentira Kota Gaib ini jadi rekomendasi paling depan.

Posting Komentar

16 Komentar

  1. terima kasih review-nya. Saya jadi browsing soal kota Wentira, selama ini saya hanya tau tentang Saranjana aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, saya juga awalnya cuma tau Saranjana aja, ternyata ada Wentira juga 😁

      Hapus
  2. Ternyata untuk jatuh hati pada sebuah buku juga dipengaruhi oleh siapa penulisnya ya, Pak Guru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bu, biasanya kalau udah cocok sama penulisnya, karya lainnya pasti bakal diikutin terus

      Hapus
  3. Wah.. saya tertarik sekali.. jadi pengen beli...

    BalasHapus
  4. wah jadi tambah penasaran dengan cerita selanjutnya

    BalasHapus
  5. another kota kayak saranjana y ini, seru2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ngomongin kota gaib juga, bagus siih bukunya

      Hapus
  6. Pernah dengar yang saranjana aja, bakalan susah tidur kalau baca yang serem"hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya emang Saranjana lebih terkenal dibanding Wentira ini, saya juga baru tau ada kota gaib Wentira pas liat judul buku ini

      Hapus
  7. Td cari dulu di ipusnas. Ternyata cuma 2 bukunya randu alamsyah , tp kayaknya yg lama2. Menarik nih mas ceritanya. Aku pun suka horor. Tapi terkadang kalo novel itu jrg ada yg bener2 serem. Mungkin Krn ga ada visualnya kali ya 🤭. Tapi ttp aja aku selalu mau baca cerita yg bertema horor gini. Asalkan endingnya ga gantung aja. Banyak yg gitu kan, dibuat open end 😅. Sebel jadinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak fanny kalo suka cerita horror, baca ini kemungkinan besar cocok.. walaupun nggak tentang hantu tapi misterinya dapet

      Nah setuku mbak, kebanyakan cerita horror emdingnya sering dibikin gantung, kebanyakan film juga

      Hapus
  8. Terima kasih atas reviewnya Mas Edot Herjuniot. Ijin saya posting.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah sama2 Mas Randu, terimakasih sudah mampir

      Hapus