Review Buku - Mencari Saranjana

Belakanganan ini saya sering mendengar cerita tentang Saranjana yang penuh misteri. Katanya sih, Saranjana ini adalah sebuah kota tak kasat mata yang peradabannya begitu maju dan berkembang pesat. Salah satu cerita yang saya dengar adalah kejadian di mana ada pengiriman alat berat yang udah dibayar lunas dengan alamat penerimanya di Saranjana. Berita ini bikin saya jadi penasaran, ini beneran nggak sih?

Salah satu cerita terbaru tentang Saranjana yang lagi viral belakangan ini adalah cerita tentang seorang wanita yang lagi foto di sebuah tempat yang di belakangnya hanya ada bukit, tapi pas dilihat di fotonya, kelihatan ada yang aneh. Di belakangnya kelihatan ada banyak lampu seperti di sebuah kota besar. Begitu viral, orang-orang langsung banyak yang berasumsi kalau itu adalah kota Saranjana.

Rasa penasaran saya tentang cerita Saranjana yang banyak berseliweran ini yang membuat saya jadi penasaran waktu lihat IG-nya Gagas Media ada cover buku yang judulnya Mencari Saranjana.

Waktu saya baca blurb-nya pun sepertinya buku ini terlihat menarik. begini isi blurb-nya:

Keberadaanya diyakini ada, jelas terlihat bagi mereka yang katanya' beruntung.

Tempat ini masih diselimuti oleh seribu misteri dan tanda tanya. Rumor yang semakin liar justru semakin menambah penikmatnya yang kian penasaran. Dan, ini adalah perjalanan untuk kali pertamanya mencari jawaban tentang sebuah kota gaib di kampung halamanku di tanah Kalimantan, kota tak kasat mata itu bernama Saranjana. Perjalanan ini dimulai pada 2015, saat aku masih menjabat sebagai duta wisata tingkat kota. Kala itu setiap tahunnya, semua kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan akan menghadiri kegiatan festival budaya di kabupaten Kotabaru, sebuah pulau terpisah dari pulau besar Kalimantan.

Hari itu, perjalanan penuh dengan rasa antusias rombongan wisata dari Banjarbaru, dan di sanalah kali pertama aku mendengar tentang Saranjana. Layaknya dongeng, kisah sebuah kota dengan peradaban maju dari dunia saat ini ternyata ada di tempat yang kami tuju. Konon katanya, ada banyak orang yang sudah melihat hingga pindah, atau sekadar berkunjung ke Saranjana.

Belum lagi cerita seringnya kegiatan manusia alias penduduk nyata di Kotabaru yang sering bersinggungan dengan mereka, orang Saranjana. Mereka suka keramaian, suka berinteraksi, dan suka berbelanja di dunia manusia. Cerita yang disampaikan oleh salah satu temanku di dalam mobil saat itu membuat gelak tawa di antara kami. Bagiku sendiri cerita definisi Saranjana terdengar begitu fantasi, apalagi saat itu aku sedang berusaha untuk merasionalkan diri dari hal-hal gaib yang sempat membuatku nyaris gila. Denial, tentu saja.

Buku ini udah masuk wishlist saya, tapi waktu itu saya masih belum terlalu ngebet kepengen beli karena masih ada buku horror terbitan Gagas Media lainnya yang lebih pengen saya beli. Sampai akhirnya, Gusti Gina, penulis buku ini hadir di Youtube-nya Raditya Dika. Dari obrolan yang cukup panjang ini. Saya jadi memantapkan diri buat checkout buku ini.

Butuh waktu beberapa hari buat saya untuk menyelesaikan buku ini meskipun sebenarnya buku ini nggak tebal-tebal amat.

Buku ini diawali dengan bab berjudul ‘Benarkah Ini Potret Saranjana?’. Nggak disangka, bab ini nyeritain tentang mbak-mbak yang kemarin fotonya viral karena ada foto penampakan seperti lampu-lampu perkotaan. Mbak ini ternyata bernama Devi dan seorang dokter. Gusti Gina berhasil mendapatkan kontaknya dan mereka ngobrol ngomongin masalah foto ini yang tentu saja hasilnya diserahkan kembali ke pembaca masing-masing, percaya ini penampakan Saranjana atau sebenarnya cuma efek cahaya aja.

Cerita berlanjut ke bab berjudul ‘Juru Kunci Pertama’. Oh iya, sebelum saya ngomongin sedikit isi babnya. Saya salut aja sih sama Gusti Gina. Jadi, demi mengumpulkan cerita tentang Saranjana ini. Gusti Gina rela berangkat ke Kalimantan dengan waktu perjalanan yang baru denger aja udah bikin putus asa.

Gusti Gina mesti naik pesawat sama beberapa timnya selama 2 jam 30 menit dari Jakarta ke Banjar Baru, Kalimantan. Dari situ dilanjut perjalanan darat selama 7 jam. Lalu, 1 jam nyebrang laut pakai kapal feri, terus 1 jam lagi menuju kabupaten. Lalu, apakah udah sampai tujuannya? Tentu saja belum. Dari kabupaten, Gusti Gina sama timnya masih harus melanjutkan perjalanan lagi selama 4 jam. Dan perjalanan ini menjadi lebih bermakna karena tentu saja karena jalan di Kalimantan kondisinya pasti sangat memprihatinkan.

Singkat cerita, Gusti Gina sampai di desa Oka-Oka ditemani oleh Burhan, orang asli desa Oka-oka yang bakal jadi semacam tour guide. Mereka bertemu dengan juru kunci pertama bernama Pua Bela. Setelah melalui beberapa percakapan, mulai dari seperti apa kehidupan di Saranjana, bentuk pemerintahannya, sampai adakah syarat tertentu buat bisa masuk Saranjana. Tiba-tiba Gina nyeletuk, bisa nggak kalau Gina dianter pergi ke Saranjana?

Sebuah pertanyaan yang kelihatannya, ‘Ya nggak bisa, lah!”, tapi ternyata dijawab ‘bisa’ sama Pua Bela. Mereka pun pergi Gunung Saranjana, uniknya lagi begitu sampai di sana, Pua Bela nelepon orang dari Saranjana, orang tersebut ngakunya seorang putri dari Saranjana.

Lebih kagetnya lagi, Putri ternyata mau ngobrol sama Gina yang intinya, ya… Gina belum bisa buat datang ke Saranjana. Saking penasarannya Gina sama Putri dari Saranjana tadi, Gina sampai nyatet nomernya yang isinya kebanyakan angka 1 semua. Bahkan Gina sampai niat banget ngecek di Getcontact. Dan dari hasil Getcontact, banyak yang nyimpen nomer ini dengan nama Saranjana.

Bab-bab selanjutnya, berisi pengakuan dari orang-orang yang pernah bersinggungan dengan Saranjana. Entah itu mereka nyasar di Saranjana atau ketika mereka nggak sengaja bersinggungan dengan orang Saranjana.

Contohnya ketika ada kapal yang terdampar karena ada kerusakan mesin ditemukan oleh penduduk setempat bernama Pak Jahar. Awak kapal ini pada kebingungan karena mereka awalnya melihat ada daratan yang terlihat ramai.

Singkat cerita, setelah mesin selesai dibetulkan, kapal ini mencoba untuk berlayar lagi. Anehnya, meski dengan berbagai cara, kapal ini tetep nggak mau gerak. AKhirnya, kapten kapal mencoba menghubungi juru kunci Saranjana kedua, bernama Bu Suinah. Setelah diberi beberapa syarat, ajaibnya kapal ini bisa berlayar lagi. Syaratnya apa aja? Kalian bisa baca langsung di bukunya.

Cerita-cerita lainnya ada tentang tiga orang yang sempat ditahan di Saranjana karena dikira mencuri ikan, ada juga cerita tentang orang yang dapat batu ajaib dari Saranjana, juga ada cerita tentang orang yang mau ngambil emas di sebuah sumur yang terkenal angker dekat wilayah Saranjana namun prosesnya tidak mudah karena ada syarat berat yang harus dipenuhi.

Masih ada cerita-cerita lainnya yang diceritakan langsung dari orang yang mengalami langsung, yang kalau dipikir pakai logika memang bikin saya mikir, “Ini beneran nggak, sih?”

Beberapa bab terakhir ada cerita Gina bertemu dengan sejarawan yang tertarik dengan kata ‘Saranjana’. Kalau bab sebelumnya ceritanya tentang pengalaman orang-orang yang, ya… nggak tahu bener apa nggaknya. Pada bab kali ini, ceritanya Gina mencoba melihat Saranjana dari sisi ilmiah dan dari bukti-bukti yang ada. Mulai dari peta jaman dulu yang sempet dibikin oleh Solomon Muller dari Jerman, juga peneliti-peneliti jaman dulu lainnya yang di peta bikinannya ada daerah Saranjana yang tertulis disitu yang membuktikan pada masa lalu, Saranjana ini memang pernah ada.

Begitu sampai bab ‘Legenda Saranjana yang Jarang Terdengar’. Saya seperti diajak membaca buku cerita rakyat / dongeng jaman dulu. Bab ini terlalu banyak nama tokoh jaman dulu yang sulit saya hafalkan langsung. Nggak tahu kenapa, untuk bab ini rasanya saya buru-buru pengen segera menyelesaikan karena nggak begitu tertarik. Bahkan beberapa kali saya sampai menguap bacanya.

Setelah menyelesaikan membaca buku ini, jujur saya sebenernya berharap bisa membaca sebuah buku yang menegangkan seperti buku horror Gagas Media lainnya. Tapi ternyata buku ini isinya lebih ke catatan perjalanan Gusti Gina menelusuri Saranjana hingga rela datang ke Kalimantan dan mewawancarai orang-orang yang punya pengalaman dengan hal-hal berbau Saranjana.

Kalau melihat bagaimana Gusti Gina bisa seniat itu datang ke Kalimantan demi bisa ‘menemukan’ Saranjana dengan perjalanan yang tidak mudah dan tentu saja biaya yang udah pasti lumayan juga. Buku ini akan saya kasih nilai maksimal.

Tapi ekspektasi saya sepertinya ketinggian, karena buku ini isinya hanya pengalaman-pengalaman orang-orang yang nyasar atau bersinggungan dengan Saranjana, yang saya juga nggak tahu, ya… ini bener apa enggak.

Tadinya sih saya berharap kalau pengalaman mereka bisa lebih menegangkan, tapi itu nggak saya rasakan. Mungkin karena ini buku ini konsepnya hanya seperti catatan perjalanan, kalau gaya berceritanya lebih diolah lagi dengan bumbu-bumbu dramatisnya mungkin cerita-cerita mereka sebenernya bisa bikin lebih terasa menyeramkan.

Gusti Gina, seperti hanya menuliskan cerita dari para narasumber. Mungkin buku ini akan jadi lebih dramatis, kalau Gina beneran bisa masuk Saranjana. haha

Untuk masalah typo, juga ada beberapa yang masih bertebaran. walaupun nggak banyak, tapi lumayan sih. Saya rasa harusnya editor bisa lebih jeli dan sabar lagi pas ngedit naskah ini buat meminimalisir typo yang ada.

Oh iya, buat yang mau test ombak dulu gambaran cerita buku ini lebih detail seperti apa, kalian bisa tonton obrolan tentang Saranjana ini di Youtube-nya Raditya Dika.


Lalu, apakah pada akhirnya Gusti Gina bisa menemukan Saranjana seperti rencananya? Kalian bisa baca bukunya dan simpulka sendiri.

Posting Komentar

6 Komentar

  1. Wah... Ternyata Mas Edot ini penulis beneran yang produktif. Keren euy. Terima kasih sudah berkenan mampir ke blog saya. :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya sih nggak bisa dibilang produktif juga karena lebih banyak rebahannya...

      Siapp.. sama2 mas 😁

      Hapus
  2. Aku pikir ini buku fiksi soal kota berhantu, Kak, soalnya belakangan ini hype banget kayaknya 😂
    Terima kasih udah bikin ulasannya Kak Edot! Aku jadi tahu isi bukunya gimana dan ternyata bukan seperti yang aku bayangkan juga wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukunya emang laris banget, Li.. soalnya promonya kenceng sampe ke channel gede2 juga (btw, channelnya Gusti Gina juga gede sih) 😁

      Buat yang tertarik sama Saranjana, novel ini tetep menarik sih pastinya 😁

      Hapus
  3. saya memang suka penasaran dengan misteri, saranjana emang kemaren sempat viral, sampai diangkat jadi film bioskop tapi sayang kurang mendapat perhatian sih.
    sempat ngelihat link tentang bukunya, tapi saya masih memilih beli alice in borderland kemaren hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayaknya karena emang belum tayang mas, 26 Oktober baru mau tayang.
      Wah Alice In Borderland kalau set harganya mahal ya haha
      Saya udah punya tuh lengkap, tapi ngenes banget malah kena air pas rumah bocor gara2 hujan deres.😅

      Hapus