Tampilkan postingan dengan label NGOMEL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NGOMEL. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Oktober 21, 2023

Review Buku - Wentira Kota Gaib

Oktober 21, 2023

Setelah sempat mengalami reading slump yang panjang. Belakangan ini saya jadi suka sama novel-novel horror terbitan Gagas Media. Bahkan, saya jadi rajin kepoin IG sama website Gagas Media buat ngeliat judul horor terbarunya. Dan ternyata, setelah saya liat-liat, hampir semua buku ber-genre horror saya masukkan ke wishlist. 


Novel-novel horror Gagas Media ini memang sengaja saya masukkan ke wishlist dulu karena nggak mungkin tiba-tiba saya langsung beli semuanya. Selain karena harga novel sekarang udah semakin nggak tahu diri, yang kedua saya khawatir pas udah beli banyak, reading slump saya kambuh lagi.

Jadilah saya mengawalinya dengan membeli 1 buah novel terlebih dahulu berjudul Ningsih sebulan yang lalu, semacam buat tes ombak bisa nggak nih saya selesaiin bacanya. Setelah butuh waktu seminggu untuk menuntaskan novel yang saya beli dengan diskon 20% dan gratis ongkir Shopee. saya mulai mewacanakan untuk berburu novel horror lainnya.

Jadilah minggu-minggu kemarin saya beli 3 novel horror dari Gagas Media sekaligus. Ada Parang Maya, Mencari Saranjana (yang sudah review di sini) dan Wentira Kota Gaib.


Awalnya saya memang sekedar tertarik aja sama novel Wentira ini, tapi pas liat nama penulisnya, kayaknya saya ngerasa nggak asing. Setelah diingat-ingat lagi, dan saya pastikan dengan browsing di Google. Ternyata benar, ini adalah Randu Alamsyah yang juga nulis buku ‘Air Mandi Mayat’ yang menurut saya ceritanya menarik.

Butuh beberapa kali ‘duduk’ untuk saya selesai membaca novel Wentira Kota Gaib ini. Mumpung kebetulan pas lagi rajin ‘ngeblog’, saya mau ngomongin novelnya di postingan ini. Tapi sebelum itu, simak dulu blurb-nya:

"Wentira daerah misteri di Sulawesi. Ternyata banyak orang memercayai kota gaib Wentira. Sesepuh desa bercerita tentang pesanan-pesanan misterius yang menghilang di wilayah itu. Para kurir pemula biasanya akan kebingungan dengan alamat yang tercantum dalam paket. Namun, biasanya selalu ada penduduk yang menyuruh mereka untuk meninggalkan saja paket di tugu yang menandai gerbang masuk Wentira.

Bukan hanya mitos yang melegenda, Wentira diyakini keberadaannya. Tempat tinggal makhluk-makhluk tak kasatmata yang berdampingan dengan sekitar."

Novel ini ditulis dengan gaya seperti Diary. Dibuka oleh Rio yang ‘seolah’ menulis catatan untuk seseorang yang dipanggil ‘Nay’. Rio ditugaskan oleh yayasannya untuk menjadi relawan di kota Palu yang telah porak poranda karena diterjang Tsunami. Ini adalah tugas pertama Rio sebagai relawan yang tentu saja tidak mudah karena Rio harus segera beradaptasi dan cepat tanggap membantu mencari mayat yang masih terkubur puing-puing reruntuhan.

Begitu sampai di Palu, Rio sudah ditunggu oleh seorang cewek bernama Yenda, yang nantinya akan membantu Rio untuk mengenal kondisi dan situasi di kota Palu. Namun, Yenda ternyata tidak bisa benar-benar terus mendampingi Rio sebagai relawan ‘amatir’ karena Yenda juga harus mengurus keluarganya yang juga menjadi korban tsunami.

Rio pun mencoba berbaur dengan relawan lainnya dan bertemu dengan Pak Ismet Loulembah dan juga dr Andi Ratna. Kedua orang inilah yang sering menjadi tempat bertanya bagi Rio selama di kota Palu. Beberapa kali pula, obrolan mereka menjadi terasa horror ketika ngomongin suasana setelah tsunami yang porak poranda.

Sampai suatu ketika, Rio ingin pergi ke Balaroa, salah satu tempat yang terkena dampak paling parah oleh tsunami. Tujuannya untuk mencari data sebanyak-banyaknya tentang kerusakan yang ditimbulkan oleh tsunami ini. Mengingat akses kendaraan yang masih jarang, Rio akhirnya bisa mendapat tumpangan ke Balaroa menumpang mobil relawan para dokter, yang salah satunya adalah dr Andi Ratna.

Setelah sampai di Balaroa, Rio segera berkeliling untuk mencari informasi. Hingga tanpa terasa waktu semakin sore, Rio harus segera kembali karena memang suasana Balaroa ketika menjelang malam hari terasa menyeramkan.

Namun Apesnya, Rio kehilangan jejak rombongan dr Andi Ratna dkk., sementara Rio nggak tahu jalan pulang dan bingung harus menumpang apa karena jarang sekali ada kendaraan yang masih beroperasi. Rio pun nekat untuk jalan kaki, hingga akhirnya bertemu sebuah mobil misterius yang bersedia mengantar Rio pulang. Meskipun kondisi mobilnya cukup menyeramkan, tidak ada pilihan lain bagi Rio. 

Sampai bab berikutnya, sudut pandang karakternya berubah menjadi seseorang yang bernama Nay, cewek yang sering sekali disebut Rio ketika menuliskan catatannya. Nay ini ternyata bernama Nayla, dia rekan kerja Rio sekaligus cewek yang ditaksir Rio.

Nayla harus menyusul ke Palu karena sudah sepuluh hari lamanya Nayla dan yayasan tempat Rio bekerja sudah kehilangan kontak dengan Rio. Merasa ada yang tidak beres dan khawatir terjadi hal-hal yang buruk. Nayla ditugaskan untuk mencari Rio di Palu.

Begitu sampai, Nayla disambut oleh Yenda yang (lagi-lagi) sudah menunggu. Nayla bergegas ke kantor polisi dan setelah berbincang, polisi memberikan tas milik Rio yang telah ditemukan di sebuah tempat dekat gapura. 

Di dalam tas itu salah satunya berisi catatan Rio yang ditulisnya untuk Nayla. Berbagai dugaan juga sempat muncul atas hilangnya Rio seperti dirampok atau diculik, tapi dugaan itu tidak terlalu meyakinkan karena tidak ada orang yang menghubungi minta tebusan.

Selanjutnya, Nayla harus menginap di sebuah penginapan yang tidak terlalu terdampak tsunami. Penginapan ini tampak sepi, kamar Nayla di lantai dua, disitu hanya ada kamar Nayla yang terisi. Beberapa hal ganjil sempat muncul selama Nayla menginap, namun karena Nayla adalah orang yang tidak percaya akan adanya hantu, Nayla tidak pernah ambil pusing. Nayla selalu berpikir menggunakan logikanya. 

Dugaan yang paling sering didengar oleh Nayla dari orang-orang sekitar adalah kalau Rio ini hilang karena tersesat di Wentira, sebuah kota gaib yang peradabannya sangat maju. Namun Nayla tidak pernah percaya akan informasi ini. Baginya ada kota yang letaknya gaib itu bullshit banget.

Selanjutnya… apakah Nayla pada akhirnya bisa bertemu Rio? Atau Nayla malah jadi nyasar ke kota gaib Wentira? Cerita selengkapnya bisa kalian baca sendiri bukunya kalau penasaran.

☺☺

Jujur saya cukup excited ketika tahu ini adalah karya terbaru dari Randu Alamsyah penulis novel Air Mandi Mayat karena saya suka dengan buku pertamanya. Gaya penulisannya dalam buku ini juga terasa mengalir apa adanya, benar-benar seperti membaca sebuah buku catatan yang ditulis oleh Rio dan Nayla.

Ada banyak kata yang dicetak miring dalam penulisannya, yang saya bingung buat apa maksudnya? Tapi menurut saya sendiri, setiap kata yang dicetak miring, seperti sedang menegaskan sesuatu yang sedang ditulisnya. 

Salah satu kelebihan Randu Alamsyah di buku ini adalah dia bisa menutup setiap bab dengan kalimat yang bikin merinding. Bisa dibilang mirip seperti R.L Stine di edisi Goosebumps-nya.

Tadinya sih saya berharap bisa membaca petualangan Rio atau Nayla yang tersesat di kota Wentira. tapi ternyata Wentira ini sampai bukunya selesai dibaca ternyata masih tetap menjadi misteri.

Btw, untuk yang suka bacaan dengan genre horror novel ini bisa jadi bacaan yang pas banget buat dipilih. Atau.. buat yang udah beli buku Mencari Saranjana dan ternyata penasaran sama cerita tentang kota gaib lainnya, Wentira Kota Gaib ini jadi rekomendasi paling depan.

Senin, Oktober 16, 2023

Review Buku - Mencari Saranjana

Oktober 16, 2023

Belakanganan ini saya sering mendengar cerita tentang Saranjana yang penuh misteri. Katanya sih, Saranjana ini adalah sebuah kota tak kasat mata yang peradabannya begitu maju dan berkembang pesat. Salah satu cerita yang saya dengar adalah kejadian di mana ada pengiriman alat berat yang udah dibayar lunas dengan alamat penerimanya di Saranjana. Berita ini bikin saya jadi penasaran, ini beneran nggak sih?

Salah satu cerita terbaru tentang Saranjana yang lagi viral belakangan ini adalah cerita tentang seorang wanita yang lagi foto di sebuah tempat yang di belakangnya hanya ada bukit, tapi pas dilihat di fotonya, kelihatan ada yang aneh. Di belakangnya kelihatan ada banyak lampu seperti di sebuah kota besar. Begitu viral, orang-orang langsung banyak yang berasumsi kalau itu adalah kota Saranjana.

Rasa penasaran saya tentang cerita Saranjana yang banyak berseliweran ini yang membuat saya jadi penasaran waktu lihat IG-nya Gagas Media ada cover buku yang judulnya Mencari Saranjana.

Waktu saya baca blurb-nya pun sepertinya buku ini terlihat menarik. begini isi blurb-nya:

Keberadaanya diyakini ada, jelas terlihat bagi mereka yang katanya' beruntung.

Tempat ini masih diselimuti oleh seribu misteri dan tanda tanya. Rumor yang semakin liar justru semakin menambah penikmatnya yang kian penasaran. Dan, ini adalah perjalanan untuk kali pertamanya mencari jawaban tentang sebuah kota gaib di kampung halamanku di tanah Kalimantan, kota tak kasat mata itu bernama Saranjana. Perjalanan ini dimulai pada 2015, saat aku masih menjabat sebagai duta wisata tingkat kota. Kala itu setiap tahunnya, semua kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan akan menghadiri kegiatan festival budaya di kabupaten Kotabaru, sebuah pulau terpisah dari pulau besar Kalimantan.

Hari itu, perjalanan penuh dengan rasa antusias rombongan wisata dari Banjarbaru, dan di sanalah kali pertama aku mendengar tentang Saranjana. Layaknya dongeng, kisah sebuah kota dengan peradaban maju dari dunia saat ini ternyata ada di tempat yang kami tuju. Konon katanya, ada banyak orang yang sudah melihat hingga pindah, atau sekadar berkunjung ke Saranjana.

Belum lagi cerita seringnya kegiatan manusia alias penduduk nyata di Kotabaru yang sering bersinggungan dengan mereka, orang Saranjana. Mereka suka keramaian, suka berinteraksi, dan suka berbelanja di dunia manusia. Cerita yang disampaikan oleh salah satu temanku di dalam mobil saat itu membuat gelak tawa di antara kami. Bagiku sendiri cerita definisi Saranjana terdengar begitu fantasi, apalagi saat itu aku sedang berusaha untuk merasionalkan diri dari hal-hal gaib yang sempat membuatku nyaris gila. Denial, tentu saja.

Buku ini udah masuk wishlist saya, tapi waktu itu saya masih belum terlalu ngebet kepengen beli karena masih ada buku horror terbitan Gagas Media lainnya yang lebih pengen saya beli. Sampai akhirnya, Gusti Gina, penulis buku ini hadir di Youtube-nya Raditya Dika. Dari obrolan yang cukup panjang ini. Saya jadi memantapkan diri buat checkout buku ini.

Butuh waktu beberapa hari buat saya untuk menyelesaikan buku ini meskipun sebenarnya buku ini nggak tebal-tebal amat.

Buku ini diawali dengan bab berjudul ‘Benarkah Ini Potret Saranjana?’. Nggak disangka, bab ini nyeritain tentang mbak-mbak yang kemarin fotonya viral karena ada foto penampakan seperti lampu-lampu perkotaan. Mbak ini ternyata bernama Devi dan seorang dokter. Gusti Gina berhasil mendapatkan kontaknya dan mereka ngobrol ngomongin masalah foto ini yang tentu saja hasilnya diserahkan kembali ke pembaca masing-masing, percaya ini penampakan Saranjana atau sebenarnya cuma efek cahaya aja.

Cerita berlanjut ke bab berjudul ‘Juru Kunci Pertama’. Oh iya, sebelum saya ngomongin sedikit isi babnya. Saya salut aja sih sama Gusti Gina. Jadi, demi mengumpulkan cerita tentang Saranjana ini. Gusti Gina rela berangkat ke Kalimantan dengan waktu perjalanan yang baru denger aja udah bikin putus asa.

Gusti Gina mesti naik pesawat sama beberapa timnya selama 2 jam 30 menit dari Jakarta ke Banjar Baru, Kalimantan. Dari situ dilanjut perjalanan darat selama 7 jam. Lalu, 1 jam nyebrang laut pakai kapal feri, terus 1 jam lagi menuju kabupaten. Lalu, apakah udah sampai tujuannya? Tentu saja belum. Dari kabupaten, Gusti Gina sama timnya masih harus melanjutkan perjalanan lagi selama 4 jam. Dan perjalanan ini menjadi lebih bermakna karena tentu saja karena jalan di Kalimantan kondisinya pasti sangat memprihatinkan.

Singkat cerita, Gusti Gina sampai di desa Oka-Oka ditemani oleh Burhan, orang asli desa Oka-oka yang bakal jadi semacam tour guide. Mereka bertemu dengan juru kunci pertama bernama Pua Bela. Setelah melalui beberapa percakapan, mulai dari seperti apa kehidupan di Saranjana, bentuk pemerintahannya, sampai adakah syarat tertentu buat bisa masuk Saranjana. Tiba-tiba Gina nyeletuk, bisa nggak kalau Gina dianter pergi ke Saranjana?

Sebuah pertanyaan yang kelihatannya, ‘Ya nggak bisa, lah!”, tapi ternyata dijawab ‘bisa’ sama Pua Bela. Mereka pun pergi Gunung Saranjana, uniknya lagi begitu sampai di sana, Pua Bela nelepon orang dari Saranjana, orang tersebut ngakunya seorang putri dari Saranjana.

Lebih kagetnya lagi, Putri ternyata mau ngobrol sama Gina yang intinya, ya… Gina belum bisa buat datang ke Saranjana. Saking penasarannya Gina sama Putri dari Saranjana tadi, Gina sampai nyatet nomernya yang isinya kebanyakan angka 1 semua. Bahkan Gina sampai niat banget ngecek di Getcontact. Dan dari hasil Getcontact, banyak yang nyimpen nomer ini dengan nama Saranjana.

Bab-bab selanjutnya, berisi pengakuan dari orang-orang yang pernah bersinggungan dengan Saranjana. Entah itu mereka nyasar di Saranjana atau ketika mereka nggak sengaja bersinggungan dengan orang Saranjana.

Contohnya ketika ada kapal yang terdampar karena ada kerusakan mesin ditemukan oleh penduduk setempat bernama Pak Jahar. Awak kapal ini pada kebingungan karena mereka awalnya melihat ada daratan yang terlihat ramai.

Singkat cerita, setelah mesin selesai dibetulkan, kapal ini mencoba untuk berlayar lagi. Anehnya, meski dengan berbagai cara, kapal ini tetep nggak mau gerak. AKhirnya, kapten kapal mencoba menghubungi juru kunci Saranjana kedua, bernama Bu Suinah. Setelah diberi beberapa syarat, ajaibnya kapal ini bisa berlayar lagi. Syaratnya apa aja? Kalian bisa baca langsung di bukunya.

Cerita-cerita lainnya ada tentang tiga orang yang sempat ditahan di Saranjana karena dikira mencuri ikan, ada juga cerita tentang orang yang dapat batu ajaib dari Saranjana, juga ada cerita tentang orang yang mau ngambil emas di sebuah sumur yang terkenal angker dekat wilayah Saranjana namun prosesnya tidak mudah karena ada syarat berat yang harus dipenuhi.

Masih ada cerita-cerita lainnya yang diceritakan langsung dari orang yang mengalami langsung, yang kalau dipikir pakai logika memang bikin saya mikir, “Ini beneran nggak, sih?”

Beberapa bab terakhir ada cerita Gina bertemu dengan sejarawan yang tertarik dengan kata ‘Saranjana’. Kalau bab sebelumnya ceritanya tentang pengalaman orang-orang yang, ya… nggak tahu bener apa nggaknya. Pada bab kali ini, ceritanya Gina mencoba melihat Saranjana dari sisi ilmiah dan dari bukti-bukti yang ada. Mulai dari peta jaman dulu yang sempet dibikin oleh Solomon Muller dari Jerman, juga peneliti-peneliti jaman dulu lainnya yang di peta bikinannya ada daerah Saranjana yang tertulis disitu yang membuktikan pada masa lalu, Saranjana ini memang pernah ada.

Begitu sampai bab ‘Legenda Saranjana yang Jarang Terdengar’. Saya seperti diajak membaca buku cerita rakyat / dongeng jaman dulu. Bab ini terlalu banyak nama tokoh jaman dulu yang sulit saya hafalkan langsung. Nggak tahu kenapa, untuk bab ini rasanya saya buru-buru pengen segera menyelesaikan karena nggak begitu tertarik. Bahkan beberapa kali saya sampai menguap bacanya.

Setelah menyelesaikan membaca buku ini, jujur saya sebenernya berharap bisa membaca sebuah buku yang menegangkan seperti buku horror Gagas Media lainnya. Tapi ternyata buku ini isinya lebih ke catatan perjalanan Gusti Gina menelusuri Saranjana hingga rela datang ke Kalimantan dan mewawancarai orang-orang yang punya pengalaman dengan hal-hal berbau Saranjana.

Kalau melihat bagaimana Gusti Gina bisa seniat itu datang ke Kalimantan demi bisa ‘menemukan’ Saranjana dengan perjalanan yang tidak mudah dan tentu saja biaya yang udah pasti lumayan juga. Buku ini akan saya kasih nilai maksimal.

Tapi ekspektasi saya sepertinya ketinggian, karena buku ini isinya hanya pengalaman-pengalaman orang-orang yang nyasar atau bersinggungan dengan Saranjana, yang saya juga nggak tahu, ya… ini bener apa enggak.

Tadinya sih saya berharap kalau pengalaman mereka bisa lebih menegangkan, tapi itu nggak saya rasakan. Mungkin karena ini buku ini konsepnya hanya seperti catatan perjalanan, kalau gaya berceritanya lebih diolah lagi dengan bumbu-bumbu dramatisnya mungkin cerita-cerita mereka sebenernya bisa bikin lebih terasa menyeramkan.

Gusti Gina, seperti hanya menuliskan cerita dari para narasumber. Mungkin buku ini akan jadi lebih dramatis, kalau Gina beneran bisa masuk Saranjana. haha

Untuk masalah typo, juga ada beberapa yang masih bertebaran. walaupun nggak banyak, tapi lumayan sih. Saya rasa harusnya editor bisa lebih jeli dan sabar lagi pas ngedit naskah ini buat meminimalisir typo yang ada.

Oh iya, buat yang mau test ombak dulu gambaran cerita buku ini lebih detail seperti apa, kalian bisa tonton obrolan tentang Saranjana ini di Youtube-nya Raditya Dika.


Lalu, apakah pada akhirnya Gusti Gina bisa menemukan Saranjana seperti rencananya? Kalian bisa baca bukunya dan simpulka sendiri.

Selasa, November 15, 2022

Review Novel Kuyang - Horor Asli Kalimantan

November 15, 2022

Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Gramedia di Rita Mall Tegal, iseng lihat-lihat buku horor terbaru yang kelihatannya menarik. Walaupun ya, sebenernya di rumah juga masih banyak buku horor yang belum dibaca.


Biasanya kalau saya nemu judul yang menarik, saya suka foto-fotoin sampul depannya. Begitu nanti udah di rumah baru deh saya buka marketplace nyari judul buku tadi dengan harga paling realistis. Maklum aja sih, harga buku di Gramedia hampir nggak pernah ada diskon, karena saya juga nggak buru-buru banget pengen baca bukunya, saya lebih milih sabar dikit beli di marketplace biar ngirit dikit.


Salah satu buku yang menarik perhatian saya sore itu adalah buku yang judulnya Kuyang karya Achmad Benbella, terbitan Gagas Media. Sebenernya sih saya udah sering liat buku ini riwa-riwi di marketplace atau Instagram, tapi waktu itu belum tertarik aja buat beli. Setelah membaca satu bab di Gramedia Rita Mall Tegal karena kebetulan ada buku yang udah nggak diplastikin, saya mantap buat meminang buku ini lewat Shopee.


Setelah nunggu selama tiga hari, buku Kuyang ini akhirnya sampai juga di rumah. Kalau biasanya saya nunda-nunda buat baca buku yang dateng, kali ini saya langsung khusyu baca novel Kuyang ini.


Berikut data & blurb novel Kuyang:

Berat buku: 300 gram

Ukuran: 14 x 20 cm

Halaman : 308 hlm

 Tanggal terbit : 26 Januari 2022

Penerbit : Gagas Media


BLURB

“Tipuan terhebat iblis adalah saat kau percaya ia tidak ada.”

Kata-kata itu terngiang terus di benak Bimo. Ia tak bisa lagi mengelak, keputusannya untuk mengubah nasib ke Desa Muara Tapah adalah hal yang akan ia sesali seumur hidup. Kini, ia harus menghadapi kenyataan, makhluk yang bersekutu dengan iblis sedang mengincar istri dan calon anaknya.

Ada banyak sesal tertumpuk dalam hatinya. Ia juga tak bisa lagi memutuskan siapa yang layak dipercaya. Pak Kasno dan Pak Tingen, teman mengajarnya? Pak Sekdes dan istrinya? Atau dukun beranak yang selama ini membantu istrinya? Bagi Bimo semua mengabur dan meresahkan. Ia hanya memiliki sang istri yang sedang hamil di desa ini, dan itulah yang hendak dirampas.

Iblis dengan kepala tanpa tubuh melayang-layang terus terbayang dalam ingatan Bimo. Di sela seringainya, ia memamerkan kaki bayi yang ada di mulutnya bersimbah darah. Bimo tahu, jika ia terlambat bertindak, istri dan calon anaknya akan bernasib sama. Ia menyusun berbagai rencana di kepala. Tak boleh ada yang merenggut istri dan calon anaknya.

Satu yang tak ia sadari; makhluk yang bersekutu dengan iblis itu selalu mengintai dari balik tirai!

🔥🔥


Buku ini bercerita tentang Bimo, seorang guru olahraga asal Sleman yang keterima CPNS di sebuah desa pedalaman Kalimantan. Bimo mau nggak mau ambil peluang ini meskipun harus ditempatkan di Kalimantan karena Bimo pengen memperbaiki kualitas hidupnya, mengingat selama ini Bimo udah lelah merasakan jadi guru honorer yang digaji dengan alakadarnya.


Cerita Bimo ini relate banget buat saya yang sama-sama jadi guru. Saya juga dulu sempat kepikiran rela buat ditempatin di mana aja bebas deh, asal bisa lulus jadi PNS. Walaupun nyatanya setelah jadi PNS di kota sendiri, kadang mau berangkat kerja aja rasanya males, apalagi jadi PNS di luar kota jauh yang banget dari rumah sendiri. Bisa-bisa tiap malem nangis kangen sama orang rumah.


Bimo akhirnya berangkat ke Kalimantan bareng sama istrinya, Sriatun. Sri memaksa untuk ikut merantau karena lelah dengan ocehan mertua dan khawatir kalau Bimo bakal macem-macem di tanah perantauan.


Membayangkan ribetnya jalan yang harus ditempuh Bimo dan Sri buat sampai ke sekolah yang dituju, saya jadi putus asa sendiri kalau hal itu terjadi pada saya. Menempuh perjalanan berjam-jam dari Jawa ke Kalimantan, begitu sampai Kalimantan mesti naik travel lagi membelah hutan sepanjang malam, begitu sampai dermaga, masih harus melanjutkan perjalanan lagi dengan perahu sekitar lima jam buat sampai ke desa Muara Tapah.


Tragisnya lagi, begitu sampai di desa, keadannya sangat sepi sekali, bahkan tidak ada sinyal sama sekali. Udah gitu, warga desa yang hampir nggak ada anak kecilnya ini juga sepertinya tidak terlalu suka dengan kehadiran Bimo dan Sri.


Cukup lama berjalan kaki melewati desa yang sepi, mereka akhirnya berhasil sampai di sekolah tujuan setelah di tengah perjalanan mereka diantar oleh seorang kakek yang ditemuinya tanpa sengaja bernama Bue Alang. Di desa ini Bimo dan Sri menempati rumah dinas SD di sebelah rumah kepala sekolah bernama Pak Kusno.


Besoknya, Bimo mulai diperkenalkan sebagai guru baru untuk ngajar di hadapan tujuh siswa SD sekolah tersebut. Iya, satu sekolah siswanya cuma tujuh, bukan satu kelas. Istrinya, Sri juga dapat kesempatan jadi guru honorer di SD ini buat ngajar bahasa inggris. Dan nggak butuh waktu lama untuk merasakan teror pertama, Bimo dan Sri langsung mendapati salah satu muridnya bernama Mayang kesurupan sampai naik ke atap sekolah, lebih sadisnya lagi Mayang sempat makan tikus yang membuat darah tikus berceceran kemana-mana.


Melihat kejadian yang menyeramkan ini, Pak Kusno sebagai kepala sekolah mengajak Bimo dan Sri untuk laporan ke rumah Pak Kades yang rumahnya cukup jauh dari sekolah. Mereka harus berjalan masuk ke dalam hutan untuk bisa sampai ke rumah Pak Kades.


Setelah melalui beberapa hal mistis di dalam hutan, mereka akhirnya sampai di rumah Pak Kades, yang ngerinya mereka tiba-tiba mendapat ‘serangan’ entah dari siapa berupa angin kencang yang berhasil membuat bangunan di sekitar rumah Pak Kades runtuh seketika. Beruntung, disitu ada Mina Uwe, seorang perempuan yang sudah cukup berumur, berhasil menghalau serangan angin ribut itu meskipun dengan kewalahan.


Mina Uwe pula yang akhirnya mengetahui kalau Sri ternyata sedang hamil dan perlu mendapat perlindungan dari incaran teror Kuyang.


Hari-hari selanjutnya dapat dipastikan hidup Bimo dan Sri jadi tidak tenang, penuh dengan teror hantu yang bikin mental ngedrop. Bahkan Sri yang tadinya percaya diri mau mendampingi Bimo di Kalimantan, akhirnya merengek minta pulang saking ‘berbahaya’-nya daerah Kalimantan ini.


Setelah mengetahui kalau Sri ternyata hamil, mereka mulai dincar hantu Kuyang yang ingin merebut janin. Hingga di suatu malam, sebuah kejadian di rumah Bimo membuat gempar seisi desa yang terpaksa membuat mereka harus memasuki hutan.


Pada akhirnya, siapa sosok yang menjelma menjadi kuyang ini benar-benar membuat Bimo dan warga desa lainnya terkejut.



Setelah menyelesaikan halaman terakhir, saya mantap memberi nilai bintang lima untuk novel ini. Gaya berceritanya asyik untuk dinikmati, penulisnya bisa membuat deskripsi horor yang pas, membuat saya ikut membayangkan betapa seramnya desa di Kalimantan ini.


Mengingat penulisnya yang memang asli Kalimantan, memang terlihat penulis memiliki wawasan yang luas tentang seluk beluk Kalimantan ini.


Buku ini juga sangat sedikit typo-nya, tidak ada plot hole yang membuat saya ‘memprotes’ alur ceritanya. Semuanya pas, dari bab pertama sampai terakhir semuanya menjadi satu cerita yang padu.


Jadi, buat yang lagi bingung cari bacaan horor yang tidak mengecewakan, buku ini sepertinya pas banget buat dibaca.

Selasa, Juli 26, 2022

Hilang dalam Dekapan Semeru - Kisah Horror Pendaki Gunung

Juli 26, 2022

Postingan ini seharusnya di-publish awal bulan lalu, tapi mengendap di-draft sampai berminggu-minggu lamanya karena saya belum sempat buat buka-buka novel ini lagi buat mengulas sedikit isi bukunya, yang tentu saja alasan sebenernya adalah males, bukannya nggak sempet. Jadi, langsung aja deh...


🔁🔁🔁


Sepertinya saya sudah mengidap reading slump selama empat bulan lebih. Selama itu nggak ada satu pun novel yang berhasil saya selesaikan, padahal sebenernya antrian buku yang semestinya bisa saya baca masih banyak banget. Tapi anehnya minat buat baca buku bener-bener nggak ada sama sekali.


Minggu kemarin (akhir bulan sebelum awal bulan tentunya), secara tiba-tiba saya kepengen liat-liat buku horor terbaru. Saya pun iseng buka website bukabuku.com, penasaran selama saya mengalami masa-masa reading slump, ada buku horor apa aja yang udah terbit. Siapa tau saya minat, bisa check out buat sedikit mengobati saya yang malas baca buku. Walaupun ya, sebenernya buku horor yang masih di rumah juga banyak yang belum dibaca.


Kebetulan, pas lagi liat-liat, saya nemu buku yang judulnya, Hilang dalam Dekapan Semeru, dalam hati saya, wah kayaknya bagus nih.. pas saya baca blurb-nya, saya makin yakin buat beli buku ini. 


Pas saya liat detailnya, ternyata buku ini statusnya masih pre order. Duh.. ini kalau saya beli terus datangnya lama, bisa-bisa minat saya buat baca bukunya udah menguap entah kemana. Saya pun coba nyari-nyari Tokopedia dan DM beberapa toko buku nyari yang bisa kirim secepatnya dan akhirnya nemu, alhamdulillahnya cuma dalam waktu dua hari bukunya udah sampai di rumah.


Buku Hilang dalam Dekapan Semeru ini bisa dibilang buku yang sangat-sangat pas sekali sama apa yang saya cari selama ini. Karena saya emang suka banget baca buku horor yang temanya tentang pendakian. Ngebayangin kisah mereka ketemu penampakan di gunung, tersesat di gunung yang kalau malam gelapnya udah nggak bisa liat apa-apa. Kayaknya horrornya dapet banget.


Btw, buku horor tentang pendakian yang sebelumnya saya baca ada Penunggu Puncak Ancala dan Mereka Ada - 2. Setelah itu, saya penasaran nyari-nyari judul horror pendakian lainnya tapi nggak dapet-dapet.


Buku Hilang dalam Dekapan Semeru ini ditulis sama RJL 5, salah satu channel Youtube yang emang biasa ngebahas kisah mistis pendakian dan kisah-kisah seram lainnya. Dan jujur aja, saya sama sekali belum pernah sekali pun nonton Youtube-nya RJL 5 ini. Saya nemu buku Hilang dalam Dekapan Semeru ini bener-bener karena tertarik sama judul sama blurb-nya. 👇


“INI SIAPA YANG MASUK? JANGAN MAIN-MAIN! GUE NGGAK PERCAYA KALO TEMEN GUE UDAH NGGAK
ADA!” Sosok jelangkung itu lantas menulis, INI SAYA, DARIS. Arif semakin terkejut atas jawaban tersebut.


Dia pun maju. Perasaannya campur aduk antara takut, khawatir, dan sedih, seakan tak terima kalau yang datang pada jelangkung tersebut adalah Bang Daing. Saking emosinya, Arif kembali bertanya. “Kalau ini beneran lo, Bang, tolong jawab satu pertanyaan gue. Lo terakhir pake baju apaan?” Jelangkung itu kemudian menuliskan jawaban yang membuat tubuh Arif seketika luruh. 


Inilah jawaban atas pencarian yang dilakukan tim selama berminggu-minggu. Arif masih tertegun di tempat, sama sekali tidak menyangka bahwa pendakian ke Semeru akan menjadi perjalanan terakhirnya bersama sahabatnya.


Lalu gimana sama isi bukunya?


Bisa dibilang buku ini bahasanya ringan kayak nulis di blog. Penulisannya juga nggak terlalu memperhatikan detail karakter. Jadi di buku ini, kita diajak kenal sama tokohnya cuma dari nama. Nggak ada detail karakter, ciri-ciri fisiknya kayak gimana, intinya cuma dalam cerita ini tokohnya namanya ini, terus dia ngalamin hal kayak gini dan bla bla bla. Bahkan ada di salah satu bab yang judulnya Dimintai Tolong Korban Kasus Pembunuhan, saya bener-bener nggak tahu, tokoh ini cowok seperti apa atau cewek seperti apa. Nama karakternya Artwin, Mas Gun, Mok, Fat dan enam perempuan. Udah gitu aja, ceritanya langsung ke kejadiannya, nggak ada basa-basi karakter tokohnya seperti apa.


Kalau untuk ceritanya serem apa nggak. Kayaknya kalau dibaca sendirian malem-malem, lumayan bisa bikin parno sendiri, bisa bikin mendadak nengok ke belakang. Buku ini sesuai sama ekspektasi saya banget sih. Bener-bener kisah pendakian yang lumayan serem. Bahkan saya sampai ngirit-ngirit bacanya biar nggak cepet selesai bacanya. 


Walaupun buku ini baru banget terbit. Saya berharap nantinya bakalan ada buku selanjutnya dari RJL 5 yang bisa digarap lebih matang, nggak terburu-buru dan tentunya lebih tebal. 


Oh iya, gara-gara baca buku ini saya jadi mulai kepo sama channel RJL 5, saya udah nonton beberapa videonya dan layak banget sih buat di-subscribe. Apalagi yang kisah tentang Eva hilang selama empat hari di gunung Abbo, gilaaa.. nontonnya ikut kebawa suasana jadi ngerasain serem dan ngerinya. Walaupun banyak pro dan kontra setelahnya.


Mungkin nih, kalau nantinya RJL 5 mau ngeluarin buku keduanya, kisah tentang Eva yang hilang selama empat hari ini bisa dimasukkan juga di buku, dengan penulisan yang lebih detail dan ‘nggak terburu-buru’.


Ya, intinya apakah buku ini recommended? 



Kalau kalian emang suka baca buku horror, buku ini recommended buat jadi pilihan bacaan kalian. Saya nggak bisa pakai recommended banget karena kadang kalau baca buku balik lagi jatuhnya ke selera. 😁

Jumat, November 19, 2021

Novel The Million Faces - Serunya jadi PSA di Dubai~

November 19, 2021

Perkenalan saya dengan Mbak Ziwa, penulis buku The Million Faces ini berawal ketika saya diajakin Mbak Ayu (@kakipendek) dan Mbak Aul (@auliya.inrani) buat live IG ngomongin buku Diary Teacher Keder. Setelah obrolan yang nggak kerasa hampir satu setengah jam itu, tiba-tiba ada DM masuk dari cewek yang belakangan saya tahu namanya Mbak Ziwa, yang tertarik sama buku Diary Teacher Keder, tapi dikirimnya mesti nunggu dia pulang dulu. 


Dalam hati saya, ‘eh, pulang dari mana emang?’


Saya pun iseng kepoin IG-nya dan saya langsung shock waktu tahu Mbak Ziwa kerjanya di bandara, nggak tanggung-tanggung, bandaranya di Dubai. 


Gilaaa... keren bangeettt~ kira-kira di sana ada Alfamart yang sebelahan sama Indomaret nggak, ya?


Saya yang selama ini kerjanya cuma bolak-balik kerja dari rumah ke sekolah naik motor, itu juga sesekali mesti minum tolak angin karena masuk angin. Ngeliat kerja Mbak Ziwa yang urusannya sama pesawat berasa waah banget ngeliatnya.


Pernah tuh, Mbak Ziwa cerita kalau dia sempet-sempetnya naik pesawat ke Jakarta cuma buat ambil pete dan numpang pipis aja. Ya Allah... naik pesawat cuma buat ambil pete. Udah kayak naik ojek online aja.


Terus waktu lagi ngobrol masalah buku Diary Teacher Keder mau tak kirim kapan, Mbak Ziwa ngasih tawaran gimana kalau barter buku aja? Sebuah tawaran yang langsung saya setujui, karena waktu liat bukunya Mbak Ziwa dan baca blurb-nya saya juga penasaran sama dunia kerjanya Mbak Ziwa, seketika pengin order bukunya. Eh, malah

jadi win win solution dengan barter.

Beberapa waktu yang lalu buku The Million Faces akhirnya datang, Berhubung Mbak Ziwa masih di luar negeri, jadilah buku yang datang masih belum ada tanda tangannya. Mungkin nanti kalau pas Mbak Ziwa pulang dan saya kirim buku Diary Teacher Keder, buku The Million Faces bisa saya kirimin sekalian biar ditanda tanganin dulu, baru dikirim kesini lagi. Haha


Sebelum saya ngomongin bukunya, begini blurb-nya:

 

Ziwa Raisa, seorang perempuan Indonesia yang bekerja sebagai Passenger Service Agent (PSA) di United Arab Emirates. The Million Faces berisi tentang cerita-cerita Ziwa selama bekerja dan menetap hampir sepuluh tahun di UAE. Mulai dari pengalaman bekerja di perusahaan internasional dengan karyawan lebih dari 130 kewarganegaraan, hingga pertemuannya dengan banyak "wajah" di salah satu bandara tersibuk di dunia yang punya kisah unik tiap harinya. Sebagian bikin terkejut dan tak sedikit pula yang bikin makan hati.


Buku ini bergenre personal literatur, ngomongin tentang pengalaman Ziwa selama 10 tahun (waaah.. betah banget, hehe) lebih kerja di UAE sebagai Passenger Service Agent (PSA). Apaan sih, PSA ini? Dari penjelasan di awal buku ini, PSA bertugas menyediakan jasa yang proaktif, termasuk menyambut penumpang dan memberikan informasi mengenai suatu penerbangan, memproses lapor masuk yang efisien dalam perjalanan satu atau lebih penerbangan, memastikan penanganan bagasi yang akurat dan aman, bertanggungjawab atas proses embarkasi penumpang di pintu keberangkatan, bahkan terkadang merangkap sebagai kuli angkut barang atau sampah.


Cerita dimulai dari Ziwa yang waktu kecil pengin jadi dokter, tapi nggak kesampaian. Setelah lulus SMA Ziwa justru melanjutkan kuliahnya ke Malaysia. Hingga akhirnya begitu lulus, Ziwa diterima kerja di sebuah anak perusahaan maskapai. Sejak tahun 2011, sampai sekarang.


Ziwa banyak bercerita tentang keunikan, kelucuan, keresahan dari pengalamannya kerja jadi PSA selama 10 tahun. Karena kerja di bandara, udah jelas Ziwa jadi ketemu sama banyak orang dari berbagai negara, dengan beragam bahasa. Beda sama saya, yang udah kerja jadi guru selama tujuh tahunan, paling ketemunya sama anak-anak dari berbagai kecamatan dengan seragam yang sama.


Ziwa menemui banyak nama-nama unik, seperti orang Zimbabwe yang namanya banyak terinspirasi dari bahasa inggris. Seperti Blessing, Big Boy, Liberty, Precious sampa Rejoice. Dan ya, yang terakhir itu memang lebih dikenal kayak merek shampoo sih. Mungkin di pengalamannya Ziwa ke-15 tahun nanti, Ziwa juga bakalan ketemu sama orang-orang yang namanya: Pantene, Head & Shoulders bahkan Rose Brand. 


Eh, yang terakhir itu kayaknya lebih mirip merek tepung beras, ding.


Ziwa juga jadi sering ngeliat banyak orang yang kadang suka cuek sama penampilannya. Ada yang mau terbang pakainya cuma piyama, belum mandi, bahkan belum gosok gigi. Entah karena udah saking terbiasa terbang atau memang masa bodo amat.


Jujur, saya salut sama orang-orang yang bisa semasa bodoh ini. Saya yang kalau mau pergi wisata sama anak-anak naik bus mini aja udah persiapan segala macam dari setahun sebelumnya. Lah Ini orang naik pesawat bisa secuek itu, keren bangetlah. 😄😄


Pada lain kesempatan, ZIwa juga ketemu sama orang-orang ajaib dengan kekuatan super. Ada nenek Ethiopia lahiran tahun 1939, dengan santainya ngangkat bagasi yang beratnya 57 kilogram begitu saja dan nyerahin ke konter. Juga ada ibu-ibu hamil 30 minggu yang bawa bagasi seberat 40 kilogram, tapi bisa meletakkanya sendiri di belt.


Pokoknya banyak banget deh pengalaman unik Ziwa dengan orang-orang yang lalu lalang dalam kehidupannya selama di bandara.


Jujur saya salut sama Mbak Ziwa karena masih banyak ingat sama pengalaman-pengalaman serunya selama jadi PSA. Apalagi ada lumayan banyak dialog dari para penumpang yang diucapkan, dan Mbak Ziwa masih bisa menuliskannya dengan baik di sini. 


Beberapa hal yang cukup disayangkan dari buku ini adalah kalau buku ini dibaca sama orang yang kemampuan bahasa inggrisnya pas-pasan atau cetek banget. Pasti bakalan banyak mengernyitkan dahi dan khawatirnya bikin apa yang mau diceritakan di buku ini nggak sampai ke pembacanya. 


Hampir semua percakapan penumpang di buku ini ditulis dengan bahasa inggris.


Kemudian di buku ini juga ada beberapa cerita yang diakhiri begitu saja padahal saya masih berharap ada kelanjutannya bakalan seperti apa, seperti contoh gambar di bawah ini. 




Jadi dalam satu bab pembahasannya bisa ada beberapa pengalaman Mbak Ziwa. Tapi hal ini bisa dimaklumi karena emang sesuai dengan judul bukunya yang emang memotret begitu banyak wajah yang hadir di bandara.


Secara keseluruhan buku ini ringan dan seru banget. Tema yang diambil juga masih fresh, tentang pekerjaan sebagai PSA di sebuah bandara luar negeri, yang setahu saya, belum pernah ada yang bikin buku dengan genre ini. 


Sebagai orang yang belum pernah naik pesawat sama sekali. Membaca buku ini jadi bikin saya banyak bilang, ‘Oh...” 


“Oh, ternyata kalau hamil mau naik pesawat, mesti gini...”


“Oh, ternyata passport tiap negara bentuknya beda”



“Oh, ternyata orang luar negeri sifatnya ada yang sampai kayak gini.”


“Oh, ternyata ini sudah waktunya bayar cicilan Spaylater.”


Btw, ‘Oh..” yang terakhir itu, saya baru sadar kalau ini sudah mau ganti bulan.

Banyak hal baru yang saya dapatkan dari membaca buku ini. Tentang keramaian di bandara, bagaimana memandang pekerjaan sebagai PSA, tentang keunikan orang-orang dari berbagai negara juga dan masih banyak keunikan lainnya yang bisa ditemukan di buku ini.


Tadinya saya berharap buku ini bisa lebih tebal lagi, karena saking larutnya saya jadi nggak sadar tahu-tahu udah mau selesai saja. Saya masih penasaran sama yang bab perdagangan bebas. Apakah Mbak Ziwa ini cuma sekali saja ketemunya, atau ada cerita lain, terus bagaimana kelanjutannya? Seru aja sih, kalau baca langsung dari orang yang ngeliat langsung kejadiannya.



Saya sih berharap mungkin Mbak Ziwa bisa membuat buku selanjutnya, ngomongin keunikan rekan kerjanya, kekonyolannya atau hal-hal seru lainnya. Coba deh Mbak Ziwa, seru loh kalo ghibahin temennya sendiri. haha


Oh iya, mungkin Mbak Ziwa bisa lanjut nulis keseruan jadi PSA ini di sebuah blog. Saya yakin pasti banyak pembaca buku ini yang masih ingin baca pengalaman Mbak Ziwa lainnya.  


Nah.. buat kalian yang mau order buku ini, kalian bisa hubungi penulisnya lewat ig : @themillion.faces atau ke penerbitnya langsung @ellunarpublish_ 

Jumat, Oktober 15, 2021

Semangat, Tante Sasa! - Buku yang Ringan dan Menghangatkan~

Oktober 15, 2021

Kalau nggak salah ingat, saya kenal sama Mbak Thessa awal tahun 2021 kemarin. Berawal dari saya yang pindah sekolah dalam suasana covid-19 di mana anak sekolah masih belajar dari rumah. Saya dudukan di kantor yang suasananya terasa asing, sementara mulut juga masih kaku buat ngajakin guru-guru di sini bergibah karena belum pada akrab.


Maka, pelarian saya waktu itu adalah sok menyibukkan diri dengan kembali ke dunia blog. Dengan circle yang sudah usang karena sekian lamanya nggak aktif ngeblog, saya mulai mencoba blogwalking lagi dari nol dan berjuang mencari blogger yang masih aktif dari sisa-sisa circle yang saya miliki.


Waktu itu, praktis hanya Rahul yang blognya masih rajin update dan kolom komentarnya rame, berbekal dari blognya Rahul saya jelajahi satu per satu orang-orang yang ninggalin komen di blognya Rahul. Kesan saya waktu itu adalah.... GILAAAA!!! TERNYATA DUNIA BLOGGING MASIH RAME BANGET!!”


Saya juga setuju sama salah satu kutipannya Rahul yang nohok abis pada salah satu postingannya, kalau nggak salah seperti ini, “Sebenarnya bukan blog yang mati, tapi circle kita yang mati.”


Dari hasil menjelajahi orang-orang yang komen di blognya Rahul, Mbak Thessa adalah salah satu blogger yang sukses membuat saya menjelajah cukup lama di blognya. Postingannya yang sering ngebahas buku tapi nggak kaku-kaku banget, bikin saya betah buat terus baca postingan-postingan lainnya.


Bahkan setiap hari, di kantor saya pasti selalu menyempatkan untuk membuka blognya Mbak Thessa, buat sekedar baca postingan lainnya atau sekedar ngecek komentar saya sudah dibales apa belum. 😄


Untungnya, Mbak Thessa ini orangnya ramah banget. Seiring berjalannya waktu, saya dan Mbak Thessa sudah terbiasa saling mengunjungi blog masing-masing. Dan nggak nyangka juga kalau pada akhirnya Mbak Thessa mau melibatkan diri buat ngebahas dan ikut ngeramein promo buku saya Diary Teacher Keder.


Maka dari itu, ketika saya pertama kali tahu kalau Mbak Thessa ini mau bikin buku yang bakalan diterbitkan sama Gramedia. Saya langsung reflek tepuk tangan di depan laptop. waaah... Keren bangeeetttt!


Walaupun setelah saya tahu bocoran judulnya, yang waktu itu dikasih judul “40 Hari Menjadi Ibu”, dengan lugunya saya tanya, “Btw, ini bukunya novel atau parenting ya Mbak?” 😄


Jujur aja sih, menurut saya judul ‘40 Hari Menjadi Ibu’ memang cocoknya dijadiin judul buku yang berbau parenting gitu. Benar-benar semacam panduan buat menjadi ibu yang melahirkan anaknya pertama kali dan cara merawat anak di 40 hari pertama. 😁


Setelah buku ini udah kelihatan hilalnya, Mbak Thessa bilang kalau buku ini bakalan muncul duluan di Gramedia Digital. Saya langsung download aplikasinya di Playstore. Padahal selama ini, saya hampir nggak pernah baca buku digital. Bukan karena apa-apa sih, karena saya dari dulu hobi beli buku dan ditumpuk terus, sementara bacanya kapan-kapan. Jadinya stok buku di rumah saya masih banyak, selain itu saya lebih suka beli buku fisik juga karena sekalian buat dikoleksi.


Karena memang udah penasaran dari dulu sama bukunya Mbak Thessa yang akhirnya diberi judul Semangat, Tante Sasa!, untuk pertama kalinya saya pun jadi langganan Gramedia Digital.



Nah, sekarang saya mau ngomongin bukunya Mbak Thessa ini, sebelum itu saya kasih bocoran dulu begini BLURB-nya:

 

 

Demi apa Sasita yang seorang wanita karier tiba-tiba diminta menjaga anak kecil? Sudah cukup hidupnya disibukkan dengan pekerjaan, sekarang harus memikirkan anak kecil pula. Sasita terpaksa mengorbankan kebiasaannya bersenang-senang sampai larut malam, kadang sampai mabuk, dengan teman-teman kantornya. Belum lagi Mama yang tidak memercayai Sasita sanggup mengurus Velisa, keponakannya, anak almarhum Kak Vania.

Mama tahu kebiasaan Sasita pulang malam, hura-hura, apalagi Sasita malah dekat dengan laki-laki beristri! Sasita sama sekali bukan contoh yang baik bagi Velisa. Kalau sudah begini, apakah tugas yang terpaksa Sasita emban justru akan semakin meretakkan hubungannya dengan Mama? Apakah Sasita sanggup memenuhi janjinya kepada Kak Vania?


***


Semangat Tante Sasa ini nyeritain tentang cewek yang bernama Sasita yang diminta ibunya buat jagain anak kakaknya bernama Velisa. Sasita yang selama ini hidupnya dipenuhi dengan kesibukan kerja, biasanya bisa pulang sampai larut malam karena mesti ngelembur terus di kantor gara-gara sering ngerasa nggak enakan dan nggak bisa nolak kerjaan dari bosnya, ngerasa nggak yakin kalau bisa merawat Velisa selama neneknya pergi haji.


Permasalahannya adalah nggak ada orang lain lagi yang bisa dimintain tolong buat jagain Velisa. Akhirnya mau nggak mau Sasita pun mengiyakan permintaan ibunya buat jagain Velisa.


Sasita yang awalnya ngerasa keberatan, lama kelamaan justru semakin ngerasa senang dengan kehadiran Velisa. Anak dari kakak Sasita yang bernama Vania, yang meninggal karena kecelakaan.


Vania sendiri di mata Sasita adalah kakak yang sempurna, kakak yang paling mengerti keadaan adiknya, kakak yang selalu ada waktu Sasita ngerasa kalau kehadiran Sasita di dunia nggak ada yang mengharapkan. Ya, nggak cuma di mata Sasita aja sih sebenarnya, bagi semua orang terutama Mama, Vania adalah orang yang pintar dan selalu bisa diandalkan. 


Berbeda dengan kakaknya, Sasita justru ngerasa seperti orang yang paling nggak pernah benar di mata mamanya. Apa yang Sasita lakukan selalu salah di mata mama, itu sebabnya setelah Sasita dapat kerja, Sasita lebih milih buat tinggal di apartemen pisah sama mamanya.


Hari demi hari berjalan, Sasita menghadapi kenyataan bagaimana persoalan yang muncul ketika mengurus anak kecil. Mulai dari Velisa yang makannya lama banget, sukanya nonton Youtube terus, pola makan yang juga harus diperhatikan biar nggak sembelit, persoalan di sekolah dan lain-lain.


Pelan-pelan Sasita terus berusaha untuk terus mengurus Velisa dengan baik. Sasita yang biasanya suka lembur di kantor, mulai merutinkan pulang sesuai jam kerja karena Sasita sekarang punya alasan untuk pulang ke apartemennnya. Ketemu Velisa.


Konflik lain yang muncul selain persoalan mengurus Velisa adalah hubungan antara Sasita dan Seno. Seorang laki-laki yang dulu pernah berjanji untuk menikahinya tapi kemudian hilang, dan tiba-tiba muncul lagi di hadapan Sasita setelah Seno sudah berkeluarga dan memiliki dua anak. 


Saya sebenernya kepikiran ini Mbak Thessa dapat inspirasi nama Seno dari mana, ya? Soalnya namanya agak jamet gitu 😄


Padahal bisa aja sih sebenernya kalau namanya dibikin lebih keren dikit, Sean misalnya. Kan keren tuh, agak kebarat-baratan. Cocok lah sama harta berlimpah yang dimiliki seorang Sean. Nah, kalau ditanya nama panjangnya baru deh tuh, dijawab... Seano 😄🙏


Lanjut ke Sasita dan Seno. Sasita yang sebenarnya masih berharap sama Seno, mendadak bucin dan akhirnya tetap menjalin hubungan bersama Seno, dengan pembelaannya kalau Seno ini hanya teman biasa, yang tentu saja Sasita juga tahu sebenarnya ini salah.


Lalu, apakah Sasita berhasil ngurus Velisa dengan baik? Bagaimana hubungannya dengan Seno yang sebenarnya sudah punya istri?  Selanjutnya bisa kalian baca sendiri di aplikasi Gramedia Digital ya ... 😄


***


Awalnya saya baca buku ini satu dua bab setiap harinya, tapi di hari ketiga akhirnya keterusan dan saya baca sampai tuntas di sela-sela ‘nggak ada kerjaan’ di sekolah. Sewaktu membaca buku ini, pikiran saya mencoba menebak bakalan seperti apa hubungan Velisa dengan Seno. Secara gitu ya, persoalannya Seno ini sudah jadi suami orang. Saya was-was apakah Mbak Thessa akan membawa konflik ini pada sesuatu yang ‘tidak melegakan’. Hasilnya? Buat yang penasaran, baca sendiri aja nanti, ya....


Menikmati hubungan Velisa dan Sasita di buku ini juga terasa menyenangkan. Mengalir begitu saja, dan hangatnya sampai menular. Sasita yang terus berusaha untuk menjadi ‘ibu’ yang baik, juga Velisa yang kadang bisa menjadi lebih ‘dewasa’ dari umurnya.


Beberapa keluguan Ve juga nggemesin banget sih, kayak yang pagi-pagi nyeletuk perlu dibawain sesuatu buat tugas sekolah bikin Sasita kelimpungan pagi-pagi muter nyari toko yang jual. Begitu misi berhasil walaupun harus datang telat ke kantor. Eh, nggak taunya tugasnya bukan buat hari ini. 😂


Oh iya, di buku ini juga ada pesan bagaimana untuk menjadi ibu yang baik ketika menghadapi anak-anak. Pesan yang kadang terlalu singkat, menurut saya justru terlihat seolah hanya dibuat buat pantes-pantes aja. Kalau dikemas dengan lebih panjang mungkin bisa lebih menyenangkan. Ini cuma pendapat saya saja sih. Hehe


Bab-bab yang pendek dalam buku ini menurut saya justru menjadi poin tersendiri. Karena saya sendiri memang suka membaca buku yang bab-nya pendek-pendek. Lebih nggak terasa aja bacanya, jadi tahu-tahu eh udah mau selesai saja.


Secara keseluruhan, buku ini adalah buku yang menyenangkan dan bisa membawa perasaan hangat bagi pembacanya. Salut banget sama Mbak Thessa yang bisa menyusun plot cerita serapi ini. Satu per satu dibahas dengan santai dan semua bisa diterima dengan logika. Jadi pembaca bisa ikut larut dalam cerita ini.



Btw, denger-denger sih buku ini versi cetaknya bakalan terbit. Jadi buat kalian yang lebih suka baca buku cetak udah bisa siap-siap masukin wishlist dari sekarang. Saya juga sih, walaupun udah baca versi digitalnya. Tetep aja kalau nanti buku ini udah terbit saya bakalan tetep beli, selain buat mengapresiasi karya Mbak Thessa, ya karena saya emang hobi ngoleksi buku juga. Apalagi kalau udah kenal sama penulisnya 😁

About Us

DiaryTeacher Keder

Blog personal Edot Herjunot yang menceritakan keresahannya sebagai guru SD. Mulai dari cerita ajaib, absurd sampai yang biasa-biasa saja. Sesekali juga suka nulis hal yang nggak penting.




Labels

Random

randomposts