Semangat, Tante Sasa! - Buku yang Ringan dan Menghangatkan~

Kalau nggak salah ingat, saya kenal sama Mbak Thessa awal tahun 2021 kemarin. Berawal dari saya yang pindah sekolah dalam suasana covid-19 di mana anak sekolah masih belajar dari rumah. Saya dudukan di kantor yang suasananya terasa asing, sementara mulut juga masih kaku buat ngajakin guru-guru di sini bergibah karena belum pada akrab.

Maka, pelarian saya waktu itu adalah sok menyibukkan diri dengan kembali ke dunia blog. Dengan circle yang sudah usang karena sekian lamanya nggak aktif ngeblog, saya mulai mencoba blogwalking lagi dari nol dan berjuang mencari blogger yang masih aktif dari sisa-sisa circle yang saya miliki.

Waktu itu, praktis hanya Rahul yang blognya masih rajin update dan kolom komentarnya rame, berbekal dari blognya Rahul saya jelajahi satu per satu orang-orang yang ninggalin komen di blognya Rahul. Kesan saya waktu itu adalah.... GILAAAA!!! TERNYATA DUNIA BLOGGING MASIH RAME BANGET!!”

Saya juga setuju sama salah satu kutipannya Rahul yang nohok abis pada salah satu postingannya, kalau nggak salah seperti ini, “Sebenarnya bukan blog yang mati, tapi circle kita yang mati.”

Dari hasil menjelajahi orang-orang yang komen di blognya Rahul, Mbak Thessa adalah salah satu blogger yang sukses membuat saya menjelajah cukup lama di blognya. Postingannya yang sering ngebahas buku tapi nggak kaku-kaku banget, bikin saya betah buat terus baca postingan-postingan lainnya.

Bahkan setiap hari, di kantor saya pasti selalu menyempatkan untuk membuka blognya Mbak Thessa, buat sekedar baca postingan lainnya atau sekedar ngecek komentar saya sudah dibales apa belum. 😄

Untungnya, Mbak Thessa ini orangnya ramah banget. Seiring berjalannya waktu, saya dan Mbak Thessa sudah terbiasa saling mengunjungi blog masing-masing. Dan nggak nyangka juga kalau pada akhirnya Mbak Thessa mau melibatkan diri buat ngebahas dan ikut ngeramein promo buku saya Diary Teacher Keder.

Maka dari itu, ketika saya pertama kali tahu kalau Mbak Thessa ini mau bikin buku yang bakalan diterbitkan sama Gramedia. Saya langsung reflek tepuk tangan di depan laptop. waaah... Keren bangeeetttt!

Walaupun setelah saya tahu bocoran judulnya, yang waktu itu dikasih judul “40 Hari Menjadi Ibu”, dengan lugunya saya tanya, “Btw, ini bukunya novel atau parenting ya Mbak?” 😄

Jujur aja sih, menurut saya judul ‘40 Hari Menjadi Ibu’ memang cocoknya dijadiin judul buku yang berbau parenting gitu. Benar-benar semacam panduan buat menjadi ibu yang melahirkan anaknya pertama kali dan cara merawat anak di 40 hari pertama. 😁

Setelah buku ini udah kelihatan hilalnya, Mbak Thessa bilang kalau buku ini bakalan muncul duluan di Gramedia Digital. Saya langsung download aplikasinya di Playstore. Padahal selama ini, saya hampir nggak pernah baca buku digital. Bukan karena apa-apa sih, karena saya dari dulu hobi beli buku dan ditumpuk terus, sementara bacanya kapan-kapan. Jadinya stok buku di rumah saya masih banyak, selain itu saya lebih suka beli buku fisik juga karena sekalian buat dikoleksi.

Karena memang udah penasaran dari dulu sama bukunya Mbak Thessa yang akhirnya diberi judul Semangat, Tante Sasa!, untuk pertama kalinya saya pun jadi langganan Gramedia Digital.



Nah, sekarang saya mau ngomongin bukunya Mbak Thessa ini, sebelum itu saya kasih bocoran dulu begini BLURB-nya: 


Demi apa Sasita yang seorang wanita karier tiba-tiba diminta menjaga anak kecil? Sudah cukup hidupnya disibukkan dengan pekerjaan, sekarang harus memikirkan anak kecil pula. Sasita terpaksa mengorbankan kebiasaannya bersenang-senang sampai larut malam, kadang sampai mabuk, dengan teman-teman kantornya. Belum lagi Mama yang tidak memercayai Sasita sanggup mengurus Velisa, keponakannya, anak almarhum Kak Vania.

Mama tahu kebiasaan Sasita pulang malam, hura-hura, apalagi Sasita malah dekat dengan laki-laki beristri! Sasita sama sekali bukan contoh yang baik bagi Velisa. Kalau sudah begini, apakah tugas yang terpaksa Sasita emban justru akan semakin meretakkan hubungannya dengan Mama? Apakah Sasita sanggup memenuhi janjinya kepada Kak Vania?


***


Semangat Tante Sasa ini nyeritain tentang cewek yang bernama Sasita yang diminta ibunya buat jagain anak kakaknya bernama Velisa. Sasita yang selama ini hidupnya dipenuhi dengan kesibukan kerja, biasanya bisa pulang sampai larut malam karena mesti ngelembur terus di kantor gara-gara sering ngerasa nggak enakan dan nggak bisa nolak kerjaan dari bosnya, ngerasa nggak yakin kalau bisa merawat Velisa selama neneknya pergi haji.

Permasalahannya adalah nggak ada orang lain lagi yang bisa dimintain tolong buat jagain Velisa. Akhirnya mau nggak mau Sasita pun mengiyakan permintaan ibunya buat jagain Velisa.

Sasita yang awalnya ngerasa keberatan, lama kelamaan justru semakin ngerasa senang dengan kehadiran Velisa. Anak dari kakak Sasita yang bernama Vania, yang meninggal karena kecelakaan.

Vania sendiri di mata Sasita adalah kakak yang sempurna, kakak yang paling mengerti keadaan adiknya, kakak yang selalu ada waktu Sasita ngerasa kalau kehadiran Sasita di dunia nggak ada yang mengharapkan. Ya, nggak cuma di mata Sasita aja sih sebenarnya, bagi semua orang terutama Mama, Vania adalah orang yang pintar dan selalu bisa diandalkan. 

Berbeda dengan kakaknya, Sasita justru ngerasa seperti orang yang paling nggak pernah benar di mata mamanya. Apa yang Sasita lakukan selalu salah di mata mama, itu sebabnya setelah Sasita dapat kerja, Sasita lebih milih buat tinggal di apartemen pisah sama mamanya.

Hari demi hari berjalan, Sasita menghadapi kenyataan bagaimana persoalan yang muncul ketika mengurus anak kecil. Mulai dari Velisa yang makannya lama banget, sukanya nonton Youtube terus, pola makan yang juga harus diperhatikan biar nggak sembelit, persoalan di sekolah dan lain-lain.

Pelan-pelan Sasita terus berusaha untuk terus mengurus Velisa dengan baik. Sasita yang biasanya suka lembur di kantor, mulai merutinkan pulang sesuai jam kerja karena Sasita sekarang punya alasan untuk pulang ke apartemennnya. Ketemu Velisa.

Konflik lain yang muncul selain persoalan mengurus Velisa adalah hubungan antara Sasita dan Seno. Seorang laki-laki yang dulu pernah berjanji untuk menikahinya tapi kemudian hilang, dan tiba-tiba muncul lagi di hadapan Sasita setelah Seno sudah berkeluarga dan memiliki dua anak. 

Saya sebenernya kepikiran ini Mbak Thessa dapat inspirasi nama Seno dari mana, ya? Soalnya namanya agak jamet gitu 😄

Padahal bisa aja sih sebenernya kalau namanya dibikin lebih keren dikit, Sean misalnya. Kan keren tuh, agak kebarat-baratan. Cocok lah sama harta berlimpah yang dimiliki seorang Sean. Nah, kalau ditanya nama panjangnya baru deh tuh, dijawab... Seano 😄🙏

Lanjut ke Sasita dan Seno. Sasita yang sebenarnya masih berharap sama Seno, mendadak bucin dan akhirnya tetap menjalin hubungan bersama Seno, dengan pembelaannya kalau Seno ini hanya teman biasa, yang tentu saja Sasita juga tahu sebenarnya ini salah.

Lalu, apakah Sasita berhasil ngurus Velisa dengan baik? Bagaimana hubungannya dengan Seno yang sebenarnya sudah punya istri?  Selanjutnya bisa kalian baca sendiri di aplikasi Gramedia Digital ya ... 😄

***

Awalnya saya baca buku ini satu dua bab setiap harinya, tapi di hari ketiga akhirnya keterusan dan saya baca sampai tuntas di sela-sela ‘nggak ada kerjaan’ di sekolah. Sewaktu membaca buku ini, pikiran saya mencoba menebak bakalan seperti apa hubungan Velisa dengan Seno. Secara gitu ya, persoalannya Seno ini sudah jadi suami orang. Saya was-was apakah Mbak Thessa akan membawa konflik ini pada sesuatu yang ‘tidak melegakan’. Hasilnya? Buat yang penasaran, baca sendiri aja nanti, ya....

Menikmati hubungan Velisa dan Sasita di buku ini juga terasa menyenangkan. Mengalir begitu saja, dan hangatnya sampai menular. Sasita yang terus berusaha untuk menjadi ‘ibu’ yang baik, juga Velisa yang kadang bisa menjadi lebih ‘dewasa’ dari umurnya.

Beberapa keluguan Ve juga nggemesin banget sih, kayak yang pagi-pagi nyeletuk perlu dibawain sesuatu buat tugas sekolah bikin Sasita kelimpungan pagi-pagi muter nyari toko yang jual. Begitu misi berhasil walaupun harus datang telat ke kantor. Eh, nggak taunya tugasnya bukan buat hari ini. 😂

Oh iya, di buku ini juga ada pesan bagaimana untuk menjadi ibu yang baik ketika menghadapi anak-anak. Pesan yang kadang terlalu singkat, menurut saya justru terlihat seolah hanya dibuat buat pantes-pantes aja. Kalau dikemas dengan lebih panjang mungkin bisa lebih menyenangkan. Ini cuma pendapat saya saja sih. Hehe

Bab-bab yang pendek dalam buku ini menurut saya justru menjadi poin tersendiri. Karena saya sendiri memang suka membaca buku yang bab-nya pendek-pendek. Lebih nggak terasa aja bacanya, jadi tahu-tahu eh udah mau selesai saja.

Secara keseluruhan, buku ini adalah buku yang menyenangkan dan bisa membawa perasaan hangat bagi pembacanya. Salut banget sama Mbak Thessa yang bisa menyusun plot cerita serapi ini. Satu per satu dibahas dengan santai dan semua bisa diterima dengan logika. Jadi pembaca bisa ikut larut dalam cerita ini.

Btw, denger-denger sih buku ini versi cetaknya bakalan terbit. Jadi buat kalian yang lebih suka baca buku cetak udah bisa siap-siap masukin wishlist dari sekarang. Saya juga sih, walaupun udah baca versi digitalnya. Tetep aja kalau nanti buku ini udah terbit saya bakalan tetep beli, selain buat mengapresiasi karya Mbak Thessa, ya karena saya emang hobi ngoleksi buku juga. Apalagi kalau udah kenal sama penulisnya 😁

Posting Komentar

9 Komentar

  1. bukannya nama seno kedengeran macho pak guru edotz heheh

    sasita namanya unik ya...sasanya mungkinkah keinspirasi dari nama mba thessa sendiri.

    ternyata bukunya bercerita tentang perempuan single takirain udah jadi ibu karena covernya ada anak kecilnya yang ternyata adalah anak almarhumah kakaknya yang meninggal karena kecelakaan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha iya sih mbul, ini udah pilihannya Mbak Thessa juga sih ya 😁

      Iya bener.. perjalanan wanita single ngurus anaknya, bagus loh bukunya 👍

      Hapus
  2. Mas Edooot, yaampun menyenangkan banget baca tulisan ini tntng Semangat, Tante Sasa!😍😍
    Makasii banyaak ya Mas edot, udah baca kisah Ve dan Sasa. Alhamduliah hangatnya bs menular...
    Makasii jg buat masukannya ya Mas edot. Hehehe.. Aku kurang kreatif memang tntng nama 😅 awalnya malah namanya bukan Seno, lbh ga banget lg 🤣🤣 Kalau Sasita dan velisa, itu dr nama temen2 anakku di sekolah. Hahahaha 😂

    Btw, aku jg sering loh bolak balik baca blog mas edot. Sampe ubek2 postingan lama 😅 tp ga selalu sempet ninggalin postingan nih 😆.

    Insya Allah buku cetaknya udah terbit bulan depan. Ntr aku colek2 lg Mas Edot yaa. Makasii banyak supportnyaa yaa Mas edoot. Doakan pas buku cetaknya rilis, ramee yg beli yaaa. Hehehe 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Thessa sama2, emang bagus bukunya 👍

      Eh tapi kalau pakai nama Seno juga gapapa Mbak, ini buat bercanda aja 😄
      Velisa Sasita emang nama anak2 jaman now ya, anak2 di sekolahku juga namanya bagus2 bangett.. udah nggak ada yang namanya Seno .. hahaha bercanda lagi mbak 😁🙏🙏

      Waah makasiih mbak, postinganku yang dulu agak2 menyedihkan tulisannya 😅

      Siaap.. ditunggu selesai cetaknya .. semoga lancar, semoga laris dan cetak ulang Mbak 😁💪

      Hapus
  3. Find out the most premium health and beauty products in Pakistan at Posch Care that is stocked with a wide variety of skin care items for you.

    BalasHapus
  4. Bacanya ga sampe habis takut spoiler. Lumayan nih bukunya Mba Thessa bisa dimasukin readlist

    BalasHapus
  5. yesss aku baca versi digitalnya dan masih belum selesai
    sejak kenal mbak thessa, dulu semangat ngedraft novel aku yang cukup besar,kayak jadi bangkit lagi, tapi kadang niatnya belum kuat nih.
    temen kuliah aku udah nerbitin buku kesekian kali dan aku masih aja stuck hahaha
    kudu cemungudd

    BalasHapus
  6. Lovine is one of the well-known online Cosmetics platforms in Pakistan for Women and Men items. Here you'll get a variety of Products including amazing fragrances, cosmetics, hair care, skincare, body care, makeup tools, beauty set, and a lot.

    BalasHapus
  7. I really enjoy your Post. Very creative and Wonderful. Definitely bookmark this and follow it every day.
    Azmat-e-danish

    BalasHapus