Review Boneka Sandya - Kisah Cowok yang Dititipin Boneka, tapi Bonekanya Serem

Sepertinya udah lumayan lama saya nggak nulis di blog ini. Ya.. bukan karena kesibukan sih, tapi kayaknya emang lagi nggak mood aja buat ngeblog. Padahal kehidupan sehari-hari saya juga diisi dengan hal-hal yang nggak berguna, seharian megang HP cuma buat scroll timeline sosial media, buka aplikasi, pindah ke aplikasi lain, buka lagi, pindah lagi. Kayak gitu seterusnya.

Btw, kali ini saya mau ngomongin buku yang baru beberapa hari lalu saya beli di Gramedia Rita Mall, Tegal... dan tanpa diskon.

Ya.. setelah muter-muter hampir setengah jam kira-kira mau beli buku yang mana, akhirnya saya mantap juga buat beli buku Boneka Sandya karya Eve Shi ini. Jujur saya, udah sempet pengen beli buku ini sebulan yang lalu, tapi entah kenapa akhirnya saya lebih memilih novel horror Anjana buat dibawa pulang.

Boneka Sandya ini karena dari blurb-nya kelihatan bagus, penulisnya juga udah teruji beberapa kali nulis novel horror. Walaupun ya... saya nggak terlalu puas sama novel Eve Shi yang ‘Unforgiven’ dan ‘Lost’ karena terlalu ‘remaja’ banget. Boneka Sandya ini kayaknya bagus karena settingnya bukan anak sekolahan. Oh iya, pertimbangan yang paling penting juga harganya lumayan terjangkau, 60 ribu rupiah. Harga yang wajar dan nggak nyesek-nyesek amat dibayar tanpa diskon.

Nah, berikut data buku tentang Boneka Sandya ini:


Penulis : Eve Shi
Penerbit : Elex Media Komputindo
ISBN : 9786230007828
Ukuran : 19,5 x 12,5 cm
Tebal : 224 Halaman
Soft Cover
Harga : 60.000

##

BLURB:

Maukah kamu mendengar kisah tentang boneka-boneka hidup?

Aku tinggal bersama mereka sejak kecil. Ada yang senang berbuat iseng, dan ada yang menolongku. Ada pula yang pernah membunuh manusia. Aku menjalani hidupku dengan wajar, bersekolah dan bekerja. Sampai akhirnya aku harus mengurus boneka-boneka itu seorang diri.
Lalu, jika mereka tak suka padaku dan menyerangku, sanggupkah aku melawan?

 

 ⧭⧭


Buku ini menceritakan tentang seorang anak berusia delapan tahun bernama Aris. Karena sejak kecil Aris sering sakit-sakitan, seperti umumnya orang jawa, bapaknya pun berinisiatif mengganti nama anaknya dengan harapan anaknya jadi lebih sehat dan nggak sakit-sakitan. Bapak mengganti nama Aris menjadi Sandya.

Bapak Aris kerja sebagai kuli di proyek jalan tol dan pulangnya jam tujuh malam. Sementara ibunya sudah lima tahun pergi jadi TKI dan nggak ada kabar. Warga desa menduga ibunya ditelantarkan oleh pihak yang membawanya sehingga sampai sekarang nggak jelas ada dimana keberadaannya.

Sandya hidup di rumah bangunan kayu bersama bapaknya. Hidup dengan ala kadarnya, bapak pulang kerja jam tujuh malam. Bapak memberi uang untuk hidup sehari-hari dengan pas-pasan, Sandya memijit badan bapak yang pegal dan besoknya bapak kerja lagi, begitu seterusnya.

Sampai suatu hari, Mama datang ke rumah Sandya saat Sandya sedang termangu di dekat mayat. Mayat itu adalah orang yang membunuh bapak Sandya karena menagih hutang. Bapak Sandya memang terlilit hutang karena Bapak sering bermain judi di rumah Kartolo berharap bapak bisa menang dan dapat uang yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sayangnya, bapak lebih sering kalah. Jadi bapak lebih banyak berhutang.

Mayat tadi bisa ada di rumah Sandya, karena orang ini melihat Sandya memergoki orang ini membunuh bapaknya di sebuah perkebunan. Ketika orang ini mau menghabisi Sandya di rumahnya, ternyata Sandya lebih cekatan dan berhasil membunuh orang ini lebih dulu.

Sementara itu, orang yang disebut Mama, tanpa diduga, berniat melindungi Sandya agar tidak ditangkap polisi dan menyusun skenario agar kematian orang ini dicap bunuh diri. Selanjutnya Mama berniat mengadopsi Sandya yang sekarang sudah menjadi sebatang kara.

Profesi Mama adalah penjual boneka. Hal yang wajar ketika Sandya melihat ada banyak boneka di rumah Mama. Dan tentu saja, beberapa boneka di rumah ini bukanlah boneka biasa. Tapi boneka yang usil, bisa ketawa bahkan ada yang bisa mencelakai orang.

Mama mengadopsi Sandya dengan tujuan agar Sandya kelak membantu mengurus boneka Mama. Maka dari itu, Sandya akan disekolahkan dengan layak sampai kuliah dan kerja, sampai akhirnya Sandya harus menerima tugas untuk menjaga boneka yang ada di dalam rak lemari, yang nggak boleh dibuka sembarangan.

Selama proses menuju dewasa, Sandya mengetahui dari Mama sendiri kalau boneka yang Mama jual bukanlah boneka biasa, tapi boneka yang bisa mencelakai orang. Sandya juga tahu resiko yang harus ia terima kelak, ketika tugas sebagai penjaga boneka harus dilakukannya. Resiko yang sangat berat dan kalian bisa tahu kalau baca sendiri bukunya.

Sandya akhirnya lulus kuliah dan kerja di Jakarta sebagai editor. Sandya mengontrak sebuah rumah dan saat itu tugas menjaga boneka juga sudah diterimanya. Sementara Mama, pergi jauh entah kemana karena harus mengejar boneka lain yang jahat dan usil.

Di tempat kerja, Sandya sebelahan sama cewek bernama Renata, rekan kerjanya, yang pada akhirnya bikin Sandya pengen bilang sayang tapi galau karena Sandya tahu kalau dia sedang bersiap menerima resiko besar karena menjadi penjaga boneka Mama.

Nantinya, Sandya akan bertemu dengan Bu Dewi yang kepo banget pengen tahu keberadaan Mama karena dulu Mama dituduh telah berbuat sesuatu yang buruk kepada kakaknya. Bu Dewi semacam ingin balas dendam. Dan ternyata disinilah letak konlik sebenarnya. Sandya dan Bu Dewi.

🔖🔖

Saya kira buku ini akan lebih banyak bercerita bagaimana Sandya berhadapan dengan keusilan atau kejahatan para boneka dari Mama. Tapi ternyata, konflik utamanya Sandya harus berhadapan dengan Bu Dewi dan orang-orang suruhannya yang pengen memata-matai Sandya dan balas dendam.

Kalau dibilang serem, buku ini menurut saya sih nggak serem. Tapi lebih ke bikin deg-degan dan cukup menegangkan. Waktu peti mati boneka di rumah Sandya tiba-tiba udah terbuka, waktu rumah Sandya seperti ada yang mengawasi, dan beberapa kejadian lainnya. Buku ini juga berhasil membuat saya tetap fokus membaca sampai selesai, maksudnya nggak bikin saya kelamaan nunda-nunda bacanya sampai berhari-hari. Saya menikmati membaca buku ini, sama sekali nggak jadi beban buat menyelesaikan membacanya.

Secara keseluruhan sih intinya buku ini bercerita tentang boneka yang punya kekuatan bisa mencelakai manusia dan Sandya harus memastikan kalau boneka ini nggak sampai bebas berkeliaran.

Jadi, apakah buku ini recommended?

Kalau buat saya sih, iya. Buku ini cocok buat kalian yang suka baca horror tapi nggak pengen yang serem-serem banget. Saya juga nggak sampai nyesel beli buku ini dengan harga normal tanpa diskon. 😁

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Haloo kang, sama nih. Aku juga udah lama ga update blog nih. Akhirnya kembali "Sempat", setelah sangat sibuk.
    sibuk scroll twitter dan instagram hahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha kesibukan yang tidak berguna tapi nikmat dijalanin yaa

      Hapus
  2. Menarik. Apalagi aku suka buku bergenre horor sebenrnya. Walopun abis itu biasa lgs ketakutan bbrp hari, sampe harus ditemenin ke toilet doang hahahaha.

    Ntr mau cek dulu deh di IPUSNAS. Kalo ga ada, baru cari di toko buku :D.

    Udh lama aku ga baca buku horor yg seru gitu. Krn memang jrg sih yg bener2 serem.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha kalau di toilet pom bensin minta ditemenin juga nggak mbak :-D

      Iya Mbak, emang kebanyakan nggak pada serem, kalau misal beli buku baru di gramed semacam kayak pertaruhan hidup. Udah rela beli tanpa diskon eh nggak sesuai ekspektasi :-D

      Hapus