Empat tahun yang lalu, tiba-tiba saya jadi rajin banget buka Facebook Marketplace, OLX, sampai Youtube buat nyari segala hal tentang Toyota Agya, transmisi matic.
Semua itu saya lakukan dalam keadaan sama sekali nggak ngerti tentang mobil. Bahkan buat membedakan Toyota, Nissan, Daihatsu, Mitsubishi aja nggak paham. Saya cuma paham mereknya aja sebatas Avanza, Brio, Xenia dan sisanya nggak tahu merek-merek mobil itu dari pabrikan mana.
Sampai suatu ketika, saya dapat kesempatan buat bisa berburu mobil pertama, dengan harga di bawah 100 jutaan. Maka, hari-hari saya selanjutnya dipenuhi dengan pencarian Agya dan Ayla. Dua mobil yang harganya paling sesuai dengan budget dan memang hanya dua itu yang saya tahu. Harga Honda Brio saat itu masih di atas seratus jutaan apalagi yang matic.
Sebelumnya saya juga ada opsi Datsun Go, yang harganya jauh lebih terjangkau. Tapi dipikir-pikir lagi, mobil pertama, beli merek yang kurang familiar bagi saya (waktu itu). Pilihan ini segera di-skip. Pilihan paling aman dan paling mungkin ya itu, Agya dan Ayla.
Saya terus menjelajahi Facebook Marketplace nyari mobil yang sesuai budget, padahal kalau misal ada pun saya bingung ngeceknya mobil yang sehat dan bener kayak gimana. Sengaja saya nyari yang matic biar lebih gampang menguasai, karena saat itu saya belum terlalu jago nyetir.
Saat itu saya merasa orang-orang yang jago banget nyetir mobil dengan transmisi manual adalah orang-orang yang keren banget. Kok bisa sih, mereka mindahin gigi sambil menyesuaikan kaki di kopling dengan mulus tanpa mati-mati di jalan. Kok bisa sih, mereka berhenti di lampu merah lalu jalan lagi tanpa mati mesinnya. Kok bisa sih, mereka jalan di tanjakan dan ketika macet, mobilnya nggak mundur sendiri. Mobil manual saat itu bagi saya ada level kesulitan paling ultimate yang susah sekali buat saya kuasai.
Maka dari itu, mencari transmisi matic adalah hal paling masuk akal dalam hidup saya yang pengen bisa nyetir mobil, dan juga bisa dipakai sama istri. Hampir semua konten di Youtube yang membahas tentang Agya dan Ayla sudah saya tonton sampai tuntas. Meskipun pengetahuan saya tentang mobil tidak terlalu nambah secara signifikan. Ya, setidaknya saya tahu kalau Agya ada dua 2 tipe. Agya tipe G dan Agya tipe TRD Sportivo.
Sementara Ayla tipe terendahnya ada di tipe D, yang katanya pas awal-awal keluar nggak ada AC-nya.
Suatu sore, ketika saya sibuk menjelajah grup jual beli mobil di kota Pemalang hingga Jawa Tengah. Saya melihat ada salah satu iklan mobil yang cocok banget dengan apa yang saya inginkan. Toyota Agya, transmisi matic, tipe tertinggi, harga 90 jutaan, plat masih Jawa Tengah--tetangga kota. Dan baru diposting beberapa menit yang lalu.
Sementara Ayla tipe terendahnya ada di tipe D, yang katanya pas awal-awal keluar nggak ada AC-nya.
Suatu sore, ketika saya sibuk menjelajah grup jual beli mobil di kota Pemalang hingga Jawa Tengah. Saya melihat ada salah satu iklan mobil yang cocok banget dengan apa yang saya inginkan. Toyota Agya, transmisi matic, tipe tertinggi, harga 90 jutaan, plat masih Jawa Tengah--tetangga kota. Dan baru diposting beberapa menit yang lalu.
Saya langsung gercep inbox, nanya minta nomer HP. Mengingat ini pengalaman pertama saya nyari mobil bekas sebagai orang awam. Saya setengah ragu-ragu buat nanya lokasi di mana dan kondisi mobilnya. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar sama penjualnya, saya ngabarin istri dan tentu saja ibu buat meminta persetujuan sebagai sponsor utama.
Berangkatlah saya, istri, ibu, asisten ibu, yang mijitin ibu dan sopir ibu ke Tegal di suatu sore yang sangat mendung. Perjalanan kami seolah terasa panjang sekali dengan mengandalkan Google Maps.
Dan kami tiba menjelang maghrib, di sebuah ruko, yang ternyata showroom, namun hanya ada tiga mobil. Toyota Agya, Honda Brio dan Toyota Yaris Bapau yang tidak dijual karena itu punya pemiliknya. Karyawannya bilang, ini showroom kedua, stok mobil yang lebih lengkap ada di showroom-nya yang pertama.
Sebagai orang yang nggak ngerti mobil, kesan pertama saya ngeliat mobilnya jelas langsung suka. Kondisinya bersih, kilometernya baru 56 ribuan, joknya udah dicover, udah pakai head unit double din, ada kamera mundurnya juga. Selebihnya urusan mesin, saya nggak paham sama sekali. Maka, supir ibu yang bertugas ngecek hal-hal semacam itu.
Saya diminta buat test drive mobilnya, berhubung saya masih belum jago nyetir. Maka supir ibu yang nyetir, saya di sebelahnya, istri di belakang. Sebagai orang yang awam banget soal mobil, naik mobil Agya aja rasanya udah enak banget. Pikiran saya membayangkan, kalau mobil ini deal jadi dibeli, saya bisa kemana-mana naik mobil yang sebelumnya nggak pernah terpikirkan.
Dan kami tiba menjelang maghrib, di sebuah ruko, yang ternyata showroom, namun hanya ada tiga mobil. Toyota Agya, Honda Brio dan Toyota Yaris Bapau yang tidak dijual karena itu punya pemiliknya. Karyawannya bilang, ini showroom kedua, stok mobil yang lebih lengkap ada di showroom-nya yang pertama.
Sebagai orang yang nggak ngerti mobil, kesan pertama saya ngeliat mobilnya jelas langsung suka. Kondisinya bersih, kilometernya baru 56 ribuan, joknya udah dicover, udah pakai head unit double din, ada kamera mundurnya juga. Selebihnya urusan mesin, saya nggak paham sama sekali. Maka, supir ibu yang bertugas ngecek hal-hal semacam itu.
Saya diminta buat test drive mobilnya, berhubung saya masih belum jago nyetir. Maka supir ibu yang nyetir, saya di sebelahnya, istri di belakang. Sebagai orang yang awam banget soal mobil, naik mobil Agya aja rasanya udah enak banget. Pikiran saya membayangkan, kalau mobil ini deal jadi dibeli, saya bisa kemana-mana naik mobil yang sebelumnya nggak pernah terpikirkan.
Akhirnya, saya dan istri setuju sama mobil ini. Tibalah giliran ibu nego-nego sama yang jual, yang tadinya langsung ngasih harga nett 95 juta. Setelah minta kurang-kurangin, akhirnya harganya bisa turun sedikit dan sore itu mobilnya ter-DP.
Tiga hari kemudian, saya ngajak teman saya balik lagi ke Tegal, kali ini dengan jalan yang ternyata jauh lebih mudah dan cepet. Tinggal lurus aja di panturan lalu belok kiri sekitar 1 kilometer langsung udah sampai. Beda sama Google Maps kemarin yang nyasar-nyasarin sampai lewat jalan desa seperti letter U makanya kerasanya jadi jauh banget.
Hari itu, saya melakukan pelunasan dan membawa mobil pulang Agya sendirian. Meskipun masih agak grogi langsung nyetir di pantura. Tapi berhubung mobilnya matic, saya nggak perlu khawatir mesinnya mendadak mati ketika kedua kaki nggak sinkron antara nginjek kopling dan mindahin gigi.
Jadilah Toyota Agya TRD Sportivo 2016 warna merah dengan transmisi matic menjadi mobil pertama saya, yang selanjutnya akan membuat saya jadi tertarik sama hal-hal berbau mobil. Dari yang tadinya nggak bisa bedain merek mobil dan di mata saya semua mobil sama, minimal jadi bisa ngerti bedain mobil hanya dari ngeliat lampu belakangnya, dan dari tampilan depannya.
Saat itu, saya nggak peduli ada mobil merek lain dengan harga berkali-kali lipat lebih nyaman dari Agya yang ada di dunia ini. Buat saya, udah punya Agya yang katanya mobil LCGC (bodi tipis, mobil tapi kayak odong-odong--seperti yang orang-orang di luar sana bilang) ini aja udah alhamdulillah banget. Ini adalah mobil yang nggak pernah kepikiran dalam hidup saya.
0 Komentar