Sempak Tidak Pernah Salah

Sempak, sebuah benda yang sakral namun kadang terlupakan. Begitu mudahnya kaum cowok make sempak, nyuci, jemur, pake, begitu seterusnya. Sampe akhirnya, kalo udah mulai kendor karetnya, langsung aja dibuang ato dibiarin aja di lemari. Seolah-olah si pemakai gak pernah inget sama jasa-jasa sempak yang telah melindunginya dari marabahaya ancaman kekondoran. Ironis.

Kenapa kali ini gue ngomongin sempak ? kenapa harus sempak ? kok bisa sempak ? ada apa dengan sempak ?

Banyak pertanyaan yang pastinya melintas di benak kalian, semua tentang sempak. Oke, semua ini karena gue prihatin dengan perlakuan para cowok pada sempak. Tidak tahu terima kasih. Jahat banget sama dek sempak. Cerita ini berawal dari kontrakan gue, dengan kondisi kejiwaan yang semuanya labil, mereka melakukan diskrimanasi terhadap sempak. Jahat ! Sempak tidak pernah salah.

Pada suatu hari, kurang dua hari. Di kontrakan yang damai, dimulailah aktivitas seperti biasa  setelah sempat libur beberapa hari, para penghuninya pun mulai berdatangan dari alamnya masing-masing. Suatu sore, Ganggo terlihat terpana melihat seonggok sempak berwarna hijau terjerembab di atas tempat sampah deket garasi rumah. Terbersitlah tanya dihatinya. "sempak siapa ini?". Sepertinya ganggo ini anak yang baik, mau memberi perhatian terhadap seonggok sempak. Namun semua itu ternyata salah. Dengan bengisnya, ganggo mengambil sempak tersebut, melesat perlahan tanpa suara bagaikan katak dalam tempurung (apa hubungannya?). Menghampiri kamar gue yang kebetulan saat itu penghuni kamar lain lagi ngaduk upil di kamar gue. Secepat kilat, ganggo masuk dan melempar sempak itu tepat pada wajah Pandik. Mutlak, pandik tak dapat menghinndar. Bersaranglah sempak itu pada wajah pandik, sepintas gue liat gak ada bedanya antara muka pandik dengan seonggok sempak tersebut. Gue pun berpikiran, "apakah pandik adalah salah satu keluarga sempak ?".

Ganggo dengan bahagianya, tertawa penuh kemenangan. "Whuahahahahahahaha". Dan gue pun pasang kuda-kuda waspada menghadapi serangan estafet dari Pandik, Pandik yang sedang bergerilya menghadapi upilnya yang keras tersentak dan tidak terima. Namun, pandik tahu. Tidak mungkin jika serangan dilakukan saat ini juga. Semuanya sudah waspada, maka setelah mencak-mencak ga karuan. Pandik pun menyimpan sejenak sempak itu sambil nunggu kesempatan untuk membalas tiba.

Esoknya, disuatu siang yang penuh aroma keringat. Masih dikamar gue, mulailah kembali perang sempak. Pandik meluncurkan sempak tersebut ke muka gue, sialan ! gue kena mutlak, gak bisa berkelit. Karena gue gak sabar, segera gue lempar sempak tersebut ke muka Irawan yang biasa dipanggil unyil. Gak terlalu sukses, tapi ni anak justru menciumi sempak tersebut. Menimang-nimang penuh sayang. Semuanya hening. Apakah sempak tersebut adalah adek si Unyil ? atau jangan-jangan? Itu adalah anak hasil hubungan gelap Unyil dengan sempaknya sendiri yang belakangan diketahui berjenis kelamin perempuan ? entahlah.

Saat semua hening, Unyil kemudian balas melempar sempak tersebut ke Ganggo. Sayang, itu terlalu mudah. Ganggo mengelak dan terjadilah perang lempar sempak di kamar gue. Gue heran, ini sempak siapa sebenernya? kenapa gak ada yang mau ngaku, malah pada lempar-lemparan ? busyet. Siapapun pemilik sempak tersebut, berdosalah engkau telah menyia-nyiakan kebaikan hati si sempak.

SEMPAK TANPA TUAN

Apa elu lupa? gimana saat-saat indah elu dan sempak waktu dulu ? Elu gak inget gimana sempak menghangatkan elu waktu dingin datang, menyelimuti elu saat elu keujanan ? bahkan sempak rela terkapar karena elu pake selama tiga hari berturut-turut gak pernah elu cuci ? siapapun pemilik sempak tersebut, segeralah hentikan aksi lempar melempar ini. Akuilah segera. Jangan jadi cowok durhaka yang gak mau ngakuin sempaknya. Daripada tar elu kena kutuk, jadi batu. Kaya di legenda "Maling Sempak" yang terkenal itu.

Gila, bener-bener gak berperikesempakan banget. Sempak tak berdosa, terus menerus dilempar sana sini. Apa sih untungnya. Kalian kan juga pake sempak, perlakukanlah sempak sebagai mana mestinya. Masih ada waktu untuk bertobat. Jangan gelap mata gitu, tanpa sempak semuanya takkan seindah sampai saat ini. (apanya yang indah ?) Kasian banget, sempak tersebut masih saja dilempar-lempar terus. Teruuus ... Teruuuus ... Teruuus dan Teruuus sampe akhirnya ketek mereka berkeringat dan mereka pun bosan. Sementara si Sempak teronggok kembali di deket pintu rumah. Sempak yang malang.

Posting Komentar

4 Komentar

  1. hhahaha ceritanya lucu banget gan , dari sempak bisa jadi cerita unik gini hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe , thanks soob
      sempak emang gak pernah boong :)

      Hapus
  2. jangan2 itu sempak pesugihan bapak kost kamu

    BalasHapus