Selasa, Mei 25, 2021

Review Boneka Sandya - Kisah Cowok yang Dititipin Boneka, tapi Bonekanya Serem

Mei 25, 2021

Sepertinya udah lumayan lama saya nggak nulis di blog ini. Ya.. bukan karena kesibukan sih, tapi kayaknya emang lagi nggak mood aja buat ngeblog. Padahal kehidupan sehari-hari saya juga diisi dengan hal-hal yang nggak berguna, seharian megang HP cuma buat scroll timeline sosial media, buka aplikasi, pindah ke aplikasi lain, buka lagi, pindah lagi. Kayak gitu seterusnya.


Btw, kali ini saya mau ngomongin buku yang baru beberapa hari lalu saya beli di Gramedia Rita Mall, Tegal... dan tanpa diskon.


Ya.. setelah muter-muter hampir setengah jam kira-kira mau beli buku yang mana, akhirnya saya mantap juga buat beli buku Boneka Sandya karya Eve Shi ini. Jujur saya, udah sempet pengen beli buku ini sebulan yang lalu, tapi entah kenapa akhirnya saya lebih memilih novel horror Anjana buat dibawa pulang.


Boneka Sandya ini karena dari blurb-nya kelihatan bagus, penulisnya juga udah teruji beberapa kali nulis novel horror. Walaupun ya... saya nggak terlalu puas sama novel Eve Shi yang ‘Unforgiven’ dan ‘Lost’ karena terlalu ‘remaja’ banget. Boneka Sandya ini kayaknya bagus karena settingnya bukan anak sekolahan. Oh iya, pertimbangan yang paling penting juga harganya lumayan terjangkau, 60 ribu rupiah. Harga yang wajar dan nggak nyesek-nyesek amat dibayar tanpa diskon.


Nah, berikut data buku tentang Boneka Sandya ini:


Penulis : Eve Shi
Penerbit : Elex Media Komputindo
ISBN : 9786230007828
Ukuran : 19,5 x 12,5 cm
Tebal : 224 Halaman
Soft Cover
Harga : 60.000

##

BLURB:

Maukah kamu mendengar kisah tentang boneka-boneka hidup?

Aku tinggal bersama mereka sejak kecil. Ada yang senang berbuat iseng, dan ada yang menolongku. Ada pula yang pernah membunuh manusia. Aku menjalani hidupku dengan wajar, bersekolah dan bekerja. Sampai akhirnya aku harus mengurus boneka-boneka itu seorang diri.
Lalu, jika mereka tak suka padaku dan menyerangku, sanggupkah aku melawan?

 

 ⧭⧭


Buku ini menceritakan tentang seorang anak berusia delapan tahun bernama Aris. Karena sejak kecil Aris sering sakit-sakitan, seperti umumnya orang jawa, bapaknya pun berinisiatif mengganti nama anaknya dengan harapan anaknya jadi lebih sehat dan nggak sakit-sakitan. Bapak mengganti nama Aris menjadi Sandya.


Bapak Aris kerja sebagai kuli di proyek jalan tol dan pulangnya jam tujuh malam. Sementara ibunya sudah lima tahun pergi jadi TKI dan nggak ada kabar. Warga desa menduga ibunya ditelantarkan oleh pihak yang membawanya sehingga sampai sekarang nggak jelas ada dimana keberadaannya.


Sandya hidup di rumah bangunan kayu bersama bapaknya. Hidup dengan ala kadarnya, bapak pulang kerja jam tujuh malam. Bapak memberi uang untuk hidup sehari-hari dengan pas-pasan, Sandya memijit badan bapak yang pegal dan besoknya bapak kerja lagi, begitu seterusnya.


Sampai suatu hari, Mama datang ke rumah Sandya saat Sandya sedang termangu di dekat mayat. Mayat itu adalah orang yang membunuh bapak Sandya karena menagih hutang. Bapak Sandya memang terlilit hutang karena Bapak sering bermain judi di rumah Kartolo berharap bapak bisa menang dan dapat uang yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sayangnya, bapak lebih sering kalah. Jadi bapak lebih banyak berhutang.


Mayat tadi bisa ada di rumah Sandya, karena orang ini melihat Sandya memergoki orang ini membunuh bapaknya di sebuah perkebunan. Ketika orang ini mau menghabisi Sandya di rumahnya, ternyata Sandya lebih cekatan dan berhasil membunuh orang ini lebih dulu.


Sementara itu, orang yang disebut Mama, tanpa diduga, berniat melindungi Sandya agar tidak ditangkap polisi dan menyusun skenario agar kematian orang ini dicap bunuh diri. Selanjutnya Mama berniat mengadopsi Sandya yang sekarang sudah menjadi sebatang kara.


Profesi Mama adalah penjual boneka. Hal yang wajar ketika Sandya melihat ada banyak boneka di rumah Mama. Dan tentu saja, beberapa boneka di rumah ini bukanlah boneka biasa. Tapi boneka yang usil, bisa ketawa bahkan ada yang bisa mencelakai orang.


Mama mengadopsi Sandya dengan tujuan agar Sandya kelak membantu mengurus boneka Mama. Maka dari itu, Sandya akan disekolahkan dengan layak sampai kuliah dan kerja, sampai akhirnya Sandya harus menerima tugas untuk menjaga boneka yang ada di dalam rak lemari, yang nggak boleh dibuka sembarangan.


Selama proses menuju dewasa, Sandya mengetahui dari Mama sendiri kalau boneka yang Mama jual bukanlah boneka biasa, tapi boneka yang bisa mencelakai orang. Sandya juga tahu resiko yang harus ia terima kelak, ketika tugas sebagai penjaga boneka harus dilakukannya. Resiko yang sangat berat dan kalian bisa tahu kalau baca sendiri bukunya.


Sandya akhirnya lulus kuliah dan kerja di Jakarta sebagai editor. Sandya mengontrak sebuah rumah dan saat itu tugas menjaga boneka juga sudah diterimanya. Sementara Mama, pergi jauh entah kemana karena harus mengejar boneka lain yang jahat dan usil.


Di tempat kerja, Sandya sebelahan sama cewek bernama Renata, rekan kerjanya, yang pada akhirnya bikin Sandya pengen bilang sayang tapi galau karena Sandya tahu kalau dia sedang bersiap menerima resiko besar karena menjadi penjaga boneka Mama.


Nantinya, Sandya akan bertemu dengan Bu Dewi yang kepo banget pengen tahu keberadaan Mama karena dulu Mama dituduh telah berbuat sesuatu yang buruk kepada kakaknya. Bu Dewi semacam ingin balas dendam. Dan ternyata disinilah letak konlik sebenarnya. Sandya dan Bu Dewi.


🔖🔖


Saya kira buku ini akan lebih banyak bercerita bagaimana Sandya berhadapan dengan keusilan atau kejahatan para boneka dari Mama. Tapi ternyata, konflik utamanya Sandya harus berhadapan dengan Bu Dewi dan orang-orang suruhannya yang pengen memata-matai Sandya dan balas dendam.


Kalau dibilang serem, buku ini menurut saya sih nggak serem. Tapi lebih ke bikin deg-degan dan cukup menegangkan. Waktu peti mati boneka di rumah Sandya tiba-tiba udah terbuka, waktu rumah Sandya seperti ada yang mengawasi, dan beberapa kejadian lainnya. Buku ini juga berhasil membuat saya tetap fokus membaca sampai selesai, maksudnya nggak bikin saya kelamaan nunda-nunda bacanya sampai berhari-hari. Saya menikmati membaca buku ini, sama sekali nggak jadi beban buat menyelesaikan membacanya.


Secara keseluruhan sih intinya buku ini bercerita tentang boneka yang punya kekuatan bisa mencelakai manusia dan Sandya harus memastikan kalau boneka ini nggak sampai bebas berkeliaran.


Jadi, apakah buku ini recommended?


Kalau buat saya sih, iya. Buku ini cocok buat kalian yang suka baca horror tapi nggak pengen yang serem-serem banget. Saya juga nggak sampai nyesel beli buku ini dengan harga normal tanpa diskon. 😁


Rabu, Mei 12, 2021

Ramadan Kali Ini

Mei 12, 2021

Alhamdulillah.. saya bisa melalui ramadan kali ini dengan lancar dan sekeluarga masih diberi kesehatan.


Tahun ini saya melalui ramadan pertama kalinya sebagai guru SD negeri yang ngajar kelas enam. Di awal-awal puasa saya harus ngurusin ujian sekolah anak-anak di sekolah yang sebenarnya cuma semacam formalitas saja karena selama setahun ke belakang anak-anak belajarnya via daring.


Tahun ini juga pertama kalinya saya melewati ramadan sebagai seorang CPNS yang baru dinas sekitar empat bulanan dan alhamdulillah ini pertama kalinya juga saya dapat THR yang tentu saja sekedar numpang lewat karena ujung-ujungnya dipakai buat ngirim sodara dan salam tempel ponakan pas lebaran nanti.. 😁


Puasa kali ini saya juga jarang ngerasain laper, tapi kalau haus... uuuh, jangan ditanya, mulut rasanya kering banget. Kalau siang pulang sekolah ngeliat ada orang jualan es, entah itu es buah, es capcin atau es apapun itu.. kadar kenikmatannya langsung naik drastis dan saya cuma bisa menelan ludah sambil memikirkan rencana balas dendam pas buka puasa nanti mau minum es sebanyak-banyaknya.


Kegiatan saya selama ramadan ini juga palingan pagi berangkat ke sekolah walaupun seringnya nggak ada yang dikerjain. Jadi disana cuma dudukan, kadang sambil ngaji karena dari sekolah punya program bisa khatam minimal sekali. Jadi tiap guru masing-masing dapat jatah tiga juz.


Habis itu paling Youtube-an. Nontonin Stand Up Comedy, highlight sepakbola juga kadang-kadang nontonin rekomendasi video yang dikasih sama Youtube. Beruntung kemarin Raditya Dika bikin webseries di Youtube-nya yang judulnya 'Webseriesnya Radit'. Alhamdulillah.. 17 judul yang diupload bisa bikin terlena beberapa saat dan lupa sama tenggorokan yang rasanya sering kering.


Begitu udah siang, saya pulang sekolah dan nyampe rumah langsung tiduran, ngadem di kamar. Yang kadang sampai ketiduran, kadang mainan sama anak. Sorenya lanjut ngelesin sampai jam lima sore dan tinggal nungguin buka puasa sambil jagain anak, karena istri lagi masak atau saya baca buku kalau istri udah selesai masak.


Kalau lagi nggak ada jadwal ngelesin biasanya ya kami ngabuburit naik motor beli lauk buat buka puasa di luar dan masih keinget sama dendam di siang hari, ngeliat orang jualan aneka macam es bawaanya pengen beli semua macam es yang saya temui di jalan. Bener-bener kemaruk banget memang.


Ya.. mungkin tiap hari buka puasa pakai es bukan sesuatu hal yang baik. Tapi mau bagaimana lagi, lha wong seger...


Oh ya.. kadang saya juga suka ngeluh, ini ngapain ya berangkat sekolah tapi ngak ngapa-ngapain. Pengen pulang tapi nggak berani ijin sama kepala sekolah. Ujung-ujungnya cuma dudukan, ya bosen juga. Tapi sisi baik saya langsung ngingetin diri sendiri kalau saya harus banyak bersyukur dibanding orang-orang diluar sana yang menjalani puasanya lebih berat dari saya yang cuma sekedar dudukan.


Iya, jadi kasir di Toserba misalnya, yang bener-bener rame banget. Mesti berdiri terus dengan keadaan berpuasa, istirahat palingan cuma sejam. Terus juga ngeliat profesi kurir yang muter-muter kesana kemari nganterin barang, dari pagi, siang sampai sore. Dan juga profesi lain yang puasanya jadi lebih berat.


Bukannya ada maksud aneh-aneh sih saya bawa profesi lain. Tapi saya salut aja sama mereka yang profesinya cukup menguras tenaga tapi masih berusaha untuk berpuasa. Beda sama saya yang profesinya sekedar dudukan ‘Pagi Nunggu Siang’ tapi masih aja suka ngeluh.


Ramadan kali ini pertama kalinya di rumah saya jalanin cuma sama istri dan anak yang usianya masih lima belas bulan. Tahun kemarin ada bapak yang bikin suasana rumah ‘lumayan rame’, kalau ibu sih alhamdulillah masih sehat tapi lebih sering di toko ngurus mebel.


Saya jadi teringat bapak yang selalu rajin berangkat tarawih ke musala meskipun cuaca kadang hujan. Bapak yang masih semangat puasa meskipun usianya udah enam puluhan. Juga bapak yang sepulang kerja selalu nonton live Mekkah di TV. Ya, bapak memang punya keinginan untuk bisa naik haji dan tinggal nunggu sekitar lima tahun lagi untuk berangkat.


Sebulan setelah ramadan tahun kemarin, bapak pergi.. semua keluarga nggak bisa menahan bapak untuk tetap tinggal. Saya sempat merasa mungkin saya yang salah dalam berdo’a, saya berharap bapak diberi kesehatan karena bapak punya riwayat diabetes udah lama. Waktu itu saya sering berdo’a, “Ya Allah angkatlah penyakit bapak hamba, Ya Allah.”


Do’a saya mungkin dikabulkan, penyakit bapak udah diangkat, tapi ternyata diangkatnya sekalian sama bapak. Awalnya memang berat banget. Tapi yang kemudian saya sadari adalah tugas saya hanya harus mendoakan bapak setiap hari.


Ramadan kali ini saya juga nggak terlalu antusias beli baju baru, celana baru, sandal baru. Ya... rutinitas baru yang saya lakukan saat lebaran mungkin mengunjungi makam bapak setelah selesai acara silaturahmi bareng keluarga.

Senin, Mei 10, 2021

Grandfinal SUCI IX Kompas TV - Nggak Nyangka Sekeren Ini!

Mei 10, 2021

Setelah nonton babak 3 besar SUCI IX saya sengaja menjauh dari akun IG @sucikompasTV dan twitter @miminwashere demi nonton grandfinal dengan sensasi yang lebih khusyu’.


Iya, saya masih agak-agak trauma beberapa kali nonton SUCI IX kena spoiler terus. Waktu lima besar, di tengah-tengah acara ada yang komen di live Youtube SUCI Kompas kalau Nopek yang bakalan close mic, empat besar juga kena spoiler dengan cara yang sama dan tiga besar apalagi.


Gila... padahal saya udah berhasil mengasingkan diri sampai habis maghrib. Eh ada notif dari Youtubenya Raditya Dika. Dari thumbnailnya yang ada Ate, saya jadi penasaran dan klik video tersebut. Dan akhirnya saya jadi misuh-misuh sendiri karena tahu yang bakalan juara tiga adalah Ate karena nggak mungkin Ate yang ‘harusnya’ lagi karantina di hotel bisa nongol di Youtube-nya Radit.


👀


Saya berhasil nonton grandfinal SUCI IX dengan tenang setelah sengaja menjauh dari akun-akun dan insta story para finalis komika SUCI IX.


Show semalam dibuka dengan one liner dari para finalis SUCI IX sesuai urutan dari mereka yang close mic duluan. Mulai dari Ichal Kate, Egik Emka, Alex Fabri, Alif Rivelino, Davi Kadavi, Levi Ofsanusi, Rais Marasabessy, Gideon Tulus, Ben Dhanio, Gilang Durhaka, dan diakhiri dengan Egi Haw.


Babak grandfinal diawali dengan penampilan Rio Dumatubun, satpam yang udah bisa nyetir. Ngomongin Rio yang lebih menginspirasi dibanding Ali. Kali aja kalau Rio juara, satpam kompas bisa ikutan SUCI sepuluh, dan rio siap jadi tim kombudnya. Rio juga membedah materi-materi Ali Akbar yang aneh-aneh, salah satunya yang pas naik motor, anaknya jatuh, orangtuanya nggak sadar, sandalnya sadar.


Salah satu materinya:


“Ali menginspirasi siapa? HAH! Gua sama Ali lebih timuran gua bang! Nama gua Rio marga gua Dumatubun. Kerjaan gua keamanan! Ngomong gua teriak-teriak! Kurang timur apa gua!”


Komentar dari Raditya Dika, “Rio ini penampilan yang sangat cocok buat grandfinal ya.. kalau kita lihat dari pertama kali lo manggung di SUCI sampai hari ini, ini mungkin penampilan yang terbaik.”


Selanjutnya penampilan Ali Akbar. Ngomongin tentang dirinya yang siap melanjutkan tradisi komika timur di panggung SUCI yaitu nggak pernah ada yang juara. Makanya Ali pengen jadi juara dua. Ali bukannya nggak mau juara satu, tapi bosen. Pengen merasakan hadiah yang lebih kecil.



Salah satu materinya:


“Kalau Rio juara dia cuma nafkahin istrinya. Kalau saya juara saya mesti nafkahin istri orang. AYO SARI SINI SAYA NAFKAHIN!”


Komentar dari Pandji, “Ali Akbar, level kesantaian lu di grandfinal menurut gue mengagumkan. Sampai berani main kaya yang tadi-tadi itu cuma orang yang nggak punya beban, nggak ada grogi-groginya sama sekali.”


PENAMPILAN KEDUA


Ali Akbar Menampilkan 3 genre comedy yang udah disiapkan, ada story telling, one liner, impersonate dan para penonton disuruh milih. Yang sebenernya urutannya ya tetap saja sesuai sama kehendak Ali Akbar sendiri..


“Lima hari bang di atas kapal, sampai ternate jetlag. Satu minggu masih pusing saya, saya masih ingat sampai ternate diajak main futsal. Saya lihat depan kiper ada lumba-lumba lewat. Beres main saya bilang,  wih ada lumba-lumba. Dia bilang, ‘huss.. itu hiu.’. Worth it kan~”


Ali memang kreatif banget bisa menyajikan stand up dengan berbagai teknik yang selalu lucu. Punchlinenya juga kebanyakan absurd tapi juga lucu. Ali benar-benar tampil dengan santai, nggak kelihatan grogi sama sekali, seolah ini bukan babak grandfinal.


Kalau kata Cing Abdel, “Berarti bagus banget, bagus banget, rapi banget, santai banget. Yang gue paling ketawa adalah bau Fildan gitu. Karena gue tahu banget. Tapi sejauh ini memang santai elo yang bikin kita seneng.


Rio Dumatubun membuka penampilan dengan sesuatu yang luar biasa. Rio masuk ke panggung dengan seragam satpam.... dan dikawal satpam. Setelah itu satpamnya disuruh pergi gitu saja dengan gesture ‘syuuh’ pakai tangan. Dan Rio mengawali penampilannya dengan kalimat yang pecah banget, “Kenalin nama gua Rio, satpam dikawal satpam.”



Hampir seluruh bit Rio yang dibawakan kena semua dan pecah. Gilaa... gilaaaa... masih kepikiran saja materi tentang satpam yang sekeren ini. Tentang satpam yang selalu dianggap kayak google, tentang pandangan orang-orang yang menganggap semua satpam sama saja. Padahal satpam itu ada kastanya, satpam bank kayak Rio ini yang kastanya paling tinggi. Makanya Rio nggak mau disamain kayak satpam komplek atau satpam SD negeri.


“Satpam SD negeri pendidikannya apa? Orang bisa jadi satpam SD negeri kebanyakan karena rumahnya di belakang SD! Ya, kan... kalau nggak suami ibu kantin! Paling keren saudara guru olahraga emang udalah!”


Lanjut lagi Rio ngomongin satpam selalu dikira orang paling berani. Bahkan ngusir tikus saja satpam! Benerin PAM mati saja satpam! Walaupun satpam ada PAMnya ya tetap saja beda kan!


Kata Raditya Dika, “Ya jadi emang kompetisi stand up ini kan ada banyak ya, nggak cuma SUCI. DI TV sebelah ada, di yang lain-lain ada, brand juga suka bikin, gua juga kadang suka bikin di Youtube gua. Tapi kayaknya kompetisi yang bisa kita bilang sebagai sekolahan itu mungkin SUCI. Karena banyak banget kejadian dimana teman-teman komik ini masuk SUCI keluar jadi sesuatu yang mereka nggak pernah sadar mereka bisa seperti itu. Jadi ada potensi yang ditemukan disini. Nah hari lo ngasih liat itu, gua udah nggak kenal lo lagi dari episode satu yang gua tonton, lu kayak orang yang baru begitu buat gua. Dan penampilan yang pertama menurut gua yang terbaik selama lo di kompetisi. Kok bisa yang kedua lebih bagus lagi dari yang pertama.”


Setelah Rio dan Ali Akbar tampil, selanjutnya ada penampilan dari 5 finalis SUCI IX yang berhasil callback dan juga Ate juara 3 SUCI IX.



Egi Haw, “Gua itu cuma ngandelin CP yang ada di bio gua yang mana itu namanya Deki Sutrisna. Teman komunitas gua, yang mana basicnya bukan manajer gitu, tapi ojek online. Sama-sama talentnya! Cuma bedanya gua sudah masuk tipi dia udah masuk pondok indah.”


Ate, penampilan di grandfinal ini beneran keren banget. Keliatan banget Ate tampil tanpa beban dan lepas aja gitu. Hampir semua bitnya kena dan ya... Ate menunjukkan kalau dia memang layak jadi juara tiga.


“Yang lebih parah ada satu lagi, tiga jam sebelum tayang Bang Radit spoiler. Tiba-tiba loh upload Youtube yang ada guanya, enteng banget ngomong ‘wih ada Ate ini, juara tiga’, cuma gua loh peserta yang stand up-nya di Youtube SUCI pengumuman di Youtube Bang Radit.”


Gilang, “Di pikiran saya awalnya nih bang waktu pertama kali close mic masih positif. Ah enggaklah kayaknya saya memang belum dapat job. Sabar tuh.... tapi pikiran positif itu lama kelamaan ilang seiring sama uang taping saya semakin menipis loh bang. Sekarang di pikiran saya itu udah kayak, kayaknya saya memang udah nggak laku di industri deh. Kayaknya branding durhaka ini keputusan yang fatal gitu!”


Ben Dhanio, “Gue dukung Ali Akbar buat juara, tapi kayaknya Rio sih yang menang. *ketawa* Soalnya, tapi gue penasaran gitu kalau Rio menang gimana, sampai kapan dia bisa ngomong satpam. Suatu hari jadi artis gitu, ‘dulu waktu gue masih satpam.’ Ya terus kenapaaa...”


Alif Rivelino, “Salah satunya gua bisa belajar kalau berdo’a kita harus spesifik. Iya bener, nggak boleh setengah-setengah. Contohnya gua, dari Januari kita dikasih tahu ya teman-teman, ya.. akan dikarantina bulan April, kalau bertahan. Ya udah gua berdo’a. Ya Allah karantina Alif di bulan April. Alif pengeeen banget bertahan di kompetisi. Nggak papa nggak puasa nggak sama keluarga. Alhamdulillah, Bang.... dua minggu pertama di bulan April gua karantina, COVID SEMBILAN BELAS~~~”


Nopek, “Teman saya itu pernah minum 50 butir pil penenang anjing, jadi habis minum nggonggong dia, Wukkk... terus berulah bang, jadi di rumah itu ada kasur emaknya, tidur di kasur lipat sama dia mau digulung, dipikir lumpia Semarang. Sudah bau lombok mau dikremus. Ternyata tidak terlalu sakti~ hiyaa~ pantas keluar di lima besar, sudah tidak penasaran saya”


 👀


Setelah Pandji tampil dengan materinya yang tumben, lumayan lucu, dibanding penampilan sebelumnya di setiap grandfinal SUCI dan hampir nggak pernah lucu. Pandji ngumungin siapa yang jadi juara SUCI IX kali ini. Dan akhirnya... RIo Dumatubun berhasil jadi juara satu dengan dua penampilan terbaiknya selama di kompetisi.



Pada postingan saya yang sebelumnya ngomongin show SUCI. Saya pernah nulis kalau Rio Dumatubun ini adalah komika yang personanya paling kuat. Hampir di setiap show, materi apapun yang diberikan sama tim Kompas. Rio selalu bisa menghubungkannya dengan materi satpam. Bahkan yang menakjubkan sampai babak grandfinal pun, Rio ternyata masih ‘punya’ materi tentang satpam yang luar biasa. Bahkan paling meledak dibanding materi-materi sebelumnya.


Meskipun di awal-awal show, saya kalau ngeliat Rio wajahnya masih ada sedikit grogi tiap mau memulai penampilan. Tapi makin kesini Rio semakin matang. Saya rasa kita semua sepakat kalau Rio Dumatubun memang nggak pernah dijagokan bakal masuk grandfinal. Di SUCI IX ini banyak komika keren semacam Ali Akbar, Egi Haw, Nopek, Gilang sampai Ichal Kate. Ya.. nama terakhir sengaja saya tulis biar afdol karena Ichal akan selalu melekat dengan kata-katanya, ‘Bang, ulang Bang.”


Menghadapi Ali Akbar yang punya mental juara. Ternyata mental juara Rio jauh lebih kuat. Bayangin aja, Rio ini ikut kompetisi sambil kerja disaat finalis lainnya full karantina di hotel. Pagi kerja di bawah tekanan, di kompetisi juga harus bikin materi dengan penuh tekanan. Kalau kerja harus berusaha senyum ramah, makanya kalau stand up jadi pengen marah-marah. haha


Ditambah nih, sampai babak lima besar, cuma Rio yang belum pernah mencicipi panggung SUCA dan Rio nggak minder.


Saya juga baru tahu waktu kemarin nonton Youtube-nya Ridwan Remin yang lagi ngobrol sama Ali Akbar dan Rio, ternyata Rio ini sebenernya terbiasa stand up dengan materi yang ‘kotor’. Jadi, Rio agak kesulitan waktu di panggung SUCI materinya harus benar-benar ‘bersih’. Sekali lagi, Rio berhasil membuktikan dirinya bisa menyesuaikan diri di panggung SUCI.


Kalau Ali Akbar, beberapa show sebelumnya Ali sudah tampil lepas... kalau lolos terus ya alhamdulillah, kalau harus close mic ya nggak masalah. Mungkin itu sebabnya di babak grandfinal Ali Akbar bisa tampil setenang itu karena sudah nggak terbebani harus jadi juara.


Menurut saya, babak grandfinal SUCI IX kemarin bisa dibilang grandfinal terbaik dari SUCI 1 sampai IX. Kedua komika yang tampil bener-bener memberikan penampilan terbaiknya. Bahkan waktu nonton Jum’at malam kemarin, saya sampai ngakak parah sekaligus berdecak kagum sama kualitas stand up Rio dan Ali.


Para penikmat stand up comedy perlu berterimakasih dengan Kompas TV yang tetap berani menyajikan acara ini meskipun tanpa penonton. Dan ternyata hasilnya bisa sekeren ini, bahkan bisa tetap memberikan hadiah utama mobil untuk juara satunya. Bayangkan dengan SUCI 8 yang meskipun dihadiri penonton tapi juara pertamanya ‘Cuma’ motor. Ya.. mungkin itu teguran juga buat Kompas TV biar nggak perlu sok-sokan ngasih efek ketawa palsu kayak di TV sebelah. Terbukti, tanpa itu SUCI IX jauh lebih sukses.



Para penikmat SUCI IX mungkin butuh waktu untuk bisa move on dari tayangan yang menyenangkan ini. Sekarang pasti jadi banyak orang yang pada cari Stand Up-nya Rio Dumatubun dan juga finalis lainnya. Semoga semua finalis SUCI IX ini karirnya bisa moncer semua 😁


ULASAN SAYA TENTANG SUCI IX LAINNYA BISA KLIK ---> SUCI IX KOMPAS TV

Selasa, Mei 04, 2021

Calon Cover Diary Teacher Keder

Mei 04, 2021

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya kabar yang dinanti-nanti datang juga. Ya.. calon cover buku Diary Teacher Keder akhirnya sampai juga ke saya.


Dari awal ngerjain naskah ini, saya tuh rasanya selalu penasaran kira-kira bakalan seperti apa ya calon cover buku saya nantinya. Saking niatnya membayangkan tampilan seperti apa cover buku saya, saya sampai rajin banget ngunjungin website bukumojok.com buat sekedar ngeliat karakteristik cover dari penerbit Buku Mojok tuh seperti apa.


Dan ya... setelah diperhatikan dengan sungguh-sungguh memang desain cover dari penerbit Buku Mojok itu memang ada ‘khas-nya’.


Jadi, kebanyakan tampilan cover buku di Buku Mojok tuh fokus sama salah satu obyek dan backgroundnya biasanya cuma polos berwarna aja. Dari sini saya jadi punya gambaran kalau cover buku saya juga palingan nanti bakalan seperti ini juga. Saya jadi semakin nggak sabar~


Kalau biasanya saya selalu nyantai nunggu kabar dari Mbak Ratih, editor buku ini, terkait kemajuan naskah saya. Khusus untuk calon cover ini saya sampai beberapa kali WA Mbak Ratih buat nanyain kira-kira kapan saya dapat bocoran covernya, karena nggak sabar banget pengen liat hasilnya bakal kayak gimana.


Sampai pagi tadi, yang ditunggu akhirnya datang juga. Mbak Ratih ngirim WA calon cover buku saya. Yang dalam waktu sepersekian detik saya langsung buka chat dan download kiriman tiga gambar di WA dari Mbak Ratih. Sejenak saya memandangi ketiga cover tersebut dan rasanya..... waaaaw~ bahagia banget.


Setelah itu saya ditanyain sama Mbak Ratih dari ketiga calon cover tadi saya lebih sreg sama yang mana. Pertanyaan yang nggak langsung saya jawab karena saya masih betah memandangi ketiga calon cover ini dan menimbang-nimbang kira-kira mana yang lebih bisa mewakili isi buku saya nantinya.


Nah.. begini nih tampilan calon cover buku Diary Teacher Keder nanti.



Jujur untuk yang cover naik sepeda itu sebenernya bagus banget, font judulnya juga oke. Tapi memang kayaknya udah nggak relate banget sama kondisi guru di masa sekarang yang udah jarang banget berangkat ngajar ke sekolah naik sepeda. Guru jaman sekarang rata-rata udah pakai motor yang kebanyakan mereknya Honda Beat. 😁


Untuk cover kedua dan ketiga saya juga puas lihatnya. Keduanya sama-sama bagus. Tapi karena disuruh milih salah satu, saya milih cover yang warna biru. Lebih keliatan ‘keder’-nya, yang dalam bahasa Indonesia artinya bingung. 😬


Memang sih keputusan cover yang mau dipakai nantinya seperti apa nggak cuma ada di tangan saya, tapi ya buat seru-seruan juga kan ceritanya ikutan milih yang mana yang lebih pas. Haha... 😁


Untuk cover finalnya mungkin nanti biar Mbak Ratih dan tim Buku Mojok yang nentuin kira-kira lebih pas yang mana. Saya sih, manut-manut aja... yang jelas akhir bulan ini mungkin buku saya Diary Teacher Keder udah terbit. Jadi, Jangan lupa dibeli yaa~~~


Oh iya, kalau menurut kalian nih, lebih unyu yang mana covernya?

About Us

DiaryTeacher Keder

Blog personal Edot Herjunot yang menceritakan keresahannya sebagai guru SD. Mulai dari cerita ajaib, absurd sampai yang biasa-biasa saja. Sesekali juga suka nulis hal yang nggak penting.




Random

randomposts