Minggu, April 11, 2021

Show 5 Besar SUCI IX Kompas TV - Ngeroasting Aldi Taher

April 11, 2021

Gilaaaaa~~~~


Cuma itu yang bisa saya ucapkan waktu nonton show 5 besar SUCI IX kemarin. Kalau awalnya, saya pernah mendeklarasikan SUCI IX show 10 besar adalah show terlucu yang pernah saya tonton. Setelah show kemarin, deklarasi itu saya revisi jadi show 5 besar SUCI IX adalah yang terlucu!


Gilaaa... sumpah, bener-bener penampilan yang sangat menghibur dari 5 komika yang masih bertahan. Salah satu pusat kelucuan show 5 besar mungkin faktor hadirnya Aldi Taher sebagai bintang tamu, yang akan di-roasting.


Buat yang belum tahu, edisi roasting ini berarti bintang tamu bakalan dikata-katain, dicari aibnya dan kekonyolannya, yang tentu saja udah mendapat persetujuan dari bintang tamunya. Jadi, ini nggak akan menyinggung dan nggak bikin bintang tamu marah, murni buat sekedar hiburan.


Selain Aldi Taher, malam itu hadir juga Dinar Candy untuk kedua kalinya sebagai bintang tamu. Dinar diundang kembali untuk menyaksikan Aldi Taher ‘dibully’ karena Dinar Candy ini memang aslinya agak gedek sama Aldi Taher.


Pada postingan kali ini, kalau biasanya saya akan mengutip salah satu materi dari tiap komika, kali ini saya akan nyeritain sebagian besar materinya dengan bahasa saya sendiri di penampilan pertama. Karena ada dua kali penampilan. Pertama tema bebas, kedua sesi roasting Aldi Taher. Itu artinya ada sepuluh kali perform dari lima komika yang masih bertahan. Penampilan kedua, saya akan langsung kutip beberapa bit dari tiap komika.


Pada show 5 besar kemarin, entah kenapa tiba-tiba yang jadi MC adalah Rigen. Saya nggak tahu Uus kemana, entah memang ada urusan pribadi atau karena memang ada urusan sama Aldi Taher. Yang jelas, Rigen masih tetap lucu jadi MC bareng sama Yuki Kato.


Penampilan show 5 besar kemarin dibuka oleh penampilan dari Ate.


Ate

Ate ngomongin dirinya yang dikenal sebagai komika persona bottom, karena Ate memang sering banget tiap show nilainya ada di posisi tiga terbawah. Ate malah lebih kesel sama kontestan lain yang tiap show materinya selalu disangkut pautin sama kompetisi. Ate juga nyalahin Raditya Dika yang selalu memuji komika kalau materinya dekat sama komikanya sendiri. Padahal sebenernya para peserta ini udah stres kalau ngomongin kompetisi, soalnya stok materinya udah habis.


Rio

Rio ngomongin keresahan dirinya yang nggak ada jenjang karirnya sebagai satpam. Rio juga ngiri sama Radit yang karirnya horisontal. Jadi penulis, lalu stand up comedian, sampai main film. Sedangkan satpam? Mau ditarik horisontal atau vertikal tetap saja karirnya ya, jadi satpam. haha


Misal pun karirnya ditarik vertikal, mentoknya jaga lantai dua. Ditarik horisontal jadi pindah cabang, tapi tetap satpam juga. Haha


Menurut Rio, karir di satpam paling mentok jadi komandan. Tapi ya satpam-satpam juga jatuhnya. Palingan kalau jadi komandan, priwitannya yang biasanya ada di saku kiri, cuma pindah ke kanan. Dan itu siapa yang ngeh coba? Nggak adaaa... percuma jadi komandan kalau orang nggak ada yang tahu~


Nopek

Nopek ngebahas keresahannya yang selalu diberi beban oleh netizen ‘Nopek final, Nopek Juara, Nopek dibikinin program Kompas TV,’ makanya Nopek stand up nya jadi bungkuk dan semakin membungkuk.


Nopek juga sebenernya nggak punya ekspektasi bakal sampai lima besar karena komikanya ngeri-ngeri. Justru peserta lain bawa baju banyak banget. Kayak Dafi, salah satu peserta bawanya koper, tas carrier, sampai gitar. Ternyata pulang duluan~~ tahu begitu mending bawa tas kresek aja.


Egi Haw

Egi Haw sebagai anak Bantargebang ngerasa ternyata jadi anak stand up enak banget. Soalnya Egi bisa masuk tivi, makan-makanan mahal, bahkan pernah Egi ikut kompetisi di SUCA dapat pintu WC. Alhamdulillah banget, soalnya sebelumnya WC di rumah Egi nggak ada pintunya, dan itu bikin was-was. Pernah lagi asyik-asyik di dalam WC bapaknya langsung masuk dan bilang, ‘Udah, Gi gantian, Gi.” Ya Allah~ Kelar stand Up Egi dibeliin pintu sama Gilang Dirga.


Egi juga cerita kalau dia sebenarnya masih miskin. Genteng juga masih bocor. Nah pas Egi tanya sama emaknya genteng masih bocor apa enggak, kata emaknya masih. Tapi alhamdulillah Wifi di rumah sudah dipasang. Masalahnya kenapa rumah bocor malah pasang wifi, dimana-mana kalau bocor ya gentengnya yang diganti bukan didownload~


Ali Akbar

Kata Ali waktu masih awal kompetisi suasana karantina itu masih rame. Tapi setelah lima besar jadi sepi. Ali jadi sedih udah nggak ada teman yang bule, nggak ada teman yang sumbing, bahkan udah nggak ada teman yang ‘tulus’. (fyi, Tulus nama salah satu peserta yang udah close mic).


Tapi sesedih-sedihnya Ali, lebih sedih mereka yang sudah close mic. Karena mereka pasti kecewa, dan berharap jauh. Dan biasanya kekecewaan mereka ditutupi dengan kata-kata bijak, dan mengatakan kalau kompetisi sebenarnya ada di luar.


“Brooo, kalau kau mengatakan kompetisi sesungguhnya ada di luar. Ingat~ di dalam saja kau kalah~”


 👦


Penampilan kedua babak roasting Aldi Taher saya coba ambil beberapa bit-bitnya, nih...


Ate

“Ini sesi roasting ya, jadi lu dimaki-maki gitu. Jangan nggak tahu ntar baper lagi di rumah, kok peserta SUCI pada sebel ya sama gua. Enggak.. enggak kita doang yang sebel. MAKHLUK HIDUP SELURUHNYA JUGA SEBEL!”


“Dia itu pilemnya banyak loh dulu, dan terkenal-terkenal. Gua bilang terkenal ya, bukan bagus. Terowongan Casablanca, Tiren, Leak, Pocong Versus Kuntilanak, tuh... pilemnya horor semua, bang. Makanya nggak heran kenapa dia masih gini kan sekarang. Masih ketempelan~ orang-orang pada bilang, dia ini butuh panggung, enggak... lu itu butuh diruqyah, bang.”


Rio

“Bang, lu narkoba, ya...” (Sumpah, ya... bit sependek ini bisa lucu banget dibawain sama Rio)


“Kompas nih aneh bener dah. Di SUCI sebelumnya tu orang-orang yang diroasting orang-orang yang kompeten, iya kan? SEKARANG ORANG BUTUH DUIT, ANEH KAN YA!”


“Tukang lampu juga bisa ngeroasting lu disini! Kenalin nih, ya nama gua tukang lampu, lampu gua terang emangnya karir lu? REDUP. DARRR!!”


“Tukang some depan Kompas juga bisa ngeroasting lu. Masuk ke panggung, kenalin ya, gua tukang some depan Kompas. Walaupun some gue ikan sapu-sapu, palingan laku, memang lu nggak laku-laku! DARRR!”


 Nopek

“Gimana sih Mas Aldi agar tetap konyol dan nggak punya malu seumur hidup meskipun udah berkeluarga itu gimanaaa?”


“Teman-teman saya bang tadi... Rio, Ate, berani-beraninya ngeroasting Mas Aldi.. mereka nggak tahu mereka keluar SUCI ya akan begini jugaaaa (nunjuk Aldi Taher).. bingung panggung, bingung nyari panggung.”


“Mas Aldi ini seharusnya jangan diroasting, tapi dibuat renungan diri. Cerminan diri. Karena semua akan Aldi Taher pada waktunya~”


Egi Haw

“Kalau dipikir-pikir SUCI IX ngapain ngundang diaaa? Iya kan? Dari awal SUCI IX itu rata-rata followersnya bintang tamunya itu gede-gede banget. Wika Salim, empat juta. Dinar Candy tiga koma lima juta. Aldi Taher seratuus rebu... Ya Allah. Seratus rebu, tapi nggak papa, tapi nggak papa, yang penting kan yang benci di atas empat juta.”


“Dia pernah bilang, saya akan jadi presiden Amerika Serikat. Dihujat looh. Padahal sebagai warga negara Indonesia yang baik harusnya kita dukung. Karena itu kesempatan kita melihat Amerika Serikat, hancuuuur.”


“Dia ngurus rumah tangganya saja berantakan, apalagi negaraaa~”


Ali Akbar

“Harusnya kau fokus sepakbola saja, bang. Iya pasti dia lebih hebat dari Boas. Pasti setiap pertandingan nyetak gol lebih dari satu. Orang nikahnya aja hattrick. Walaupun duanya offside.”


“Tapi di awal karir musiknya dia, dia itu pernah membintangi video klip Ada Band yang judulnya Manusia Bodoh. Gokil bang, pendalaman karakternya sampai sekarang.”


“Tapi saya nonton di apa? Youtubenya dia, diakan review mie ayam punya dia. Masa jual sendiri review sendiri kan aneh ya! Apa yang ada di otakmu, TAHEEERRR!”


 👅👅


Secara keseluruhan semua penampilan komika 5 besar ini memang pecah semua. Benar-benar sangat menghibur dan semua menunjukkan kualitasnya. Kalau dari saya pribadi, salut banget sama Ate dan Rio.


Ate ini dari awal memang beneran nggak ada yang jagoin. Bahkan saya sempat kepikiran kalau Ate ini tinggal tunggu waktunya aja buat close mic. Tapi siapa yang nyangka? Ate sekarang malah sukses melaju ke empat besar. Udah kayak TNI satuan raider aja. Cepat, Senyap, Tepat. Tahu-tahu udah di empat besar aja.


Terus ada Rio. Sama seperti Ate, saya pikir Rio ini tinggal nunggu giliran aja buat kena close mic. Soalnya penampilannya lucu banget enggak, garing banget juga enggak. Biasa banget lah pokoknya. Tapi di tiga show terakhir, gilaaaaa~ Rio bisa pecah terus! Bahkan show lima besar kemarin Rio sampai dapat nilai tertinggi.


Salah satu hal yang saya sadari juga, Rio ini komika yang paling kuat personanya. Hampir semua tema yang dikasih di SUCI IX ini Rio berhasil menghubungkan dengan keresahannya sebagai satpam, dan semakin kesini semakin lucu banget. Rio bener-bener gambaran kuda hitam yang sesungguhnya.


Selanjutnya, yang close mic di show 5 besar ini adalah Nopek. Ya... kandidat kuat juara akhirnya harus berhenti di 5 besar. Wajar saja sih, di penampilan yang pertama, Nopek memang lucu, sayang kurang gerrrr... nggak sampai bikin juri ketawa ngakak banget. Waktu penampilan edisi roasting Nopek juga sebenernya lucu banget, tapi sayang... waktu masih sisa sekitar dua belas detik Nopek udah closing duluan.


Mungkin bagi para juri memang susah buat nentuin siapa yang bakalan close mic karena semuanya lucu banget. Tapi kalau dipikir-pikir Nopek memang harus pulang karena yang lain lebih lucu.



Nopek pun melanjutkan tradisi SUCI di mana tiap season pasti ada yang lucu banget dan udah digadang-gadang bakalan jadi juara tapi akhirnya harus close mic atau gagal juara. Kayak kasusnya Kemal Palevi, Bintang Bete / Arif Brata, Sadana Agung sampai Dodit Mulyanto.

Jumat, April 09, 2021

Suatu Hari, CPNS 2018 di Kota Pekalongan

April 09, 2021

Salah satu hal yang saya nanti-nantikan di tahun 2018 adalah informasi penerimaan CPNS karena udah lima tahun lamanya sejak tahun 2013, negara berhenti membuka lowongan CPNS. Sebuah kerugian bagi saya yang harus merelakan lima tahun berlalu begitu saja. Padahal seharusnya saya bisa dapat kesempatan cobain tes CPNS sebanyak lima kali atau setahun sekali.


Sementara hal yang saya khawatirkan adalah dengan kerugian lima tahun ini, kesempatan saya daftar CPNS jadi semakin sedikit karena batas maksimal pendaftaran CPNS hanya sampai usia 35 tahun.


Bersama guru SDIT lain yang ingin mencoba peruntungan, kami sepakat untuk melangkah bersama. Berbagi informasi, berbagi soal try out, berbagi aplikasi buat latihan CPNS dan berbagi-berbagi lainnya.


Tahun 2018 ini adalah pertama kalinya peraturan CPNS berubah. Kalau biasanya, setiap kota dihitung global untuk jumlah formasi yang dibuka. Untuk formasi keguruan, tahun 2018 formasinya dibuka per sekolah. Jadi, kalau mau daftar CPNS di sebuah kota, kita bisa milih mau daftar di sekolah yang mana. Waktu itu kita juga bisa memantau formasi yang dibuka tiap sekolah sudah didaftarin berapa orang di web resmi SSCASN.


Melihat peluang yang lebih besar dengan format seperti ini karena nanti saingannya hanya dari orang yang daftar di SD yang sama. Ditambah setelah lima tahun berlalu dengan kekosongan. Saya bertekad akan bertarung habis-habisan di CPNS kali ini.


Langkah pertama yang saya lakukan adalah memilih sekolah yang mau saya daftarkan. Kota saya, Pemalang, membuka cukup banyak formasi untuk guru SD. Sayangnya, kebanyakan formasi sekolahnya di daerah pegunungan. Lumayan jauh dari kota.


Setiap hari yang saya lakukan hanyalah mengamati jumlah pendaftar di tiap sekolah. Mencoba mencari sekolah yang paling sedikit peminatnya, syukur-syukur ada sekolah yang luput dari pantauan para pemburu NIP dan masih nol pendaftarnya.


Semakin hari, saya justru semakin galau mau daftar di kota sendiri. Khawatir kalau di kota sendiri masih banyak praktek lewat jalur belakang. Soalnya ini tumben-tumbenan kota sendiri buka formasi yang cukup banyak buat guru SD.


Kebetulan pas lagi dudukan di kantor, Pak Zaka yang juga mau ikutan daftar CPNS nawarin buat daftar di kota Pekalongan aja. Kelihatannya lebih transparan dan peminatnya belum banyak. Saya yang masih galau akhirnya terhasut dan mulai lihat-lihat formasi sekolah SD di kota Pekalongan.


Sampai hari pendaftaran hanya tersisa dua hari, saya masih galau mengamati sekolah mana yang mau saya daftarin. Hampir semua sekolah rata-rata udah terisi sepuluh pendaftar, ada sih yang hanya terisi tiga atau enam pendaftar. Tapi lokasi sekolahnya jauh dari peradaban.


Sementara itu ada satu sekolah yang masih nol pendaftarnya. Sekolah ini udah saya amati sejak semingguan tapi belum ada tanda-tanda peserta yang masuk. Bahkan sampai hari terakhir pendaftar, sekolah ini masih nol.


Saya sempat mencari info tentang sekolah ini. Lokasinya masih di perkotaan, hanya saja sepertinya dekat dengan pantai dan sering kena rob atau banjir. Ah.. bagi saya nggak masalah selama lokasinya masih di daerah kota. Masih bisa saya jangkau dari Pemalang ke Pekalongan. Atau justru nanti ngontrak sekalian. Ya... kalau lulus CPNS.


Saya pun mantap daftar di sekolah ini. Namun beberapa jam setelah pendaftaran, saya refresh terus di webnya. Formasi pendaftarnya ternyata masih nol. Padahal tadi siang saya udah submit pendaftaran. Firasat saya mulai ngerasa nggak enak. Kalau tampilan web di hari terakhir gini masih nol terus, bisa-bisa orang lain mengira sekolah ini masih belum ada pendaftarnya dan akhirnya pada rame-rame daftar ke sekolah ini. Pemikirannya sama seperti saya.


Belum apa-apa saya udah frustasi. Niatnya mau cari sekolah yang sedikit peminatnya, akhirnya malah kena prank web nggak update jumlah pendaftarnya.


Beberapa hari kemudian, setelah pendaftaran resmi ditutup. Saya bisa melihat jumlah pendaftarnya yang berjumlah sepuluh. Ya... sepuluh orang. Ya Allah pengen nangis....


Melihat kemampuan saya sendiri yang alakadarnya, membayangkan harus bersaing dengan sembilan peserta yang mungkin ada dari lulusan universitas ternama, IPK cumlaude dan lain-lain. Saya jadi ngerasa minder parah.


Akhirnya saya mencoba sok akrab sama Allah. Ikhtiar dan terus latihan soal CPNS bareng guru SDIT lainnya.


 👦


Tempat tes CPNS saya ada di GOR Satria Purwokerto. Saya berangkat bareng istri, dianter Omnya istri yang jadi supir. Juga sama Surya, teman sekontrakan waktu masih kuliah dan juga masih saudara sama saya. Kebetulan memang jadwal tesnya bareng, akhirnya kita berangkat bareng semobil.


Selama perjalanan Surya baru buka-buka materi CPNS. Surya ngaku kalau ini adalah pertama kalinya dia belajar. Selama ini dia nggak sempat buat belajar soal-soal CPNS. Selain itu, Surya memang nggak terlalu berambisi daftar CPNS karena dia udah nyaman sama kerjaannya di salah satu bank.


Begitu sampai di lokasi tes, disana sudah ada Pak Zaka yang juga tes di hari yang sama, dan ternyata waktu tes saya, Surya dan Pak Zaka juga berbarengan di sesi terakhir. Kami pun masuk ruangan dan duduk sebelahan bertiga di baris paling belakang.


Di hadapan saya sudah ada seratus soal yang harus dikerjakan dalam waktu 90 menit. Ada tiga jenis soal, pertama Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), soalnya seputar pasal, UUD, pemerintahan dan sejenisnya. Lalu Tes Intelegensia Umum (TIU), soalnya seputar matematika, psikologi, pokoknya hal-hal yang berbau sama IPA juga. Lalu Tes Karakteristik Pribadi (TKP), semacam soal kepribadian. Nggak ada jawaban yang salah, ada lima pilihan di tiap soal dan tertinggi nilainya lima paling sedikit nilainya satu.


Untuk lulus dalam tes SKD ini juga ada passing gradenya. TKP 75, TIU 80, TKP 143.


Berhubung saya kebagian tes hari-hari terakhir. Saya udah memahami kalau momok bagi kebanyakan orang yang gagal passing grade adalah tes TKP. Selain karena  yang sangat tinggi, soalnya juga katanya panjang-panjang nan membingungkan. Bahkan setiap sesi tes yang menampung sekitar seratusan peserta lebih, peserta yang mencapai passing grade kebanyakan nggak sampai sepuluh orang. Makanya banyak yang bilang, kalau bisa lolos passing grade di SKD ini 90% bisa lolos CPNS.


Selama tes, saya nggak panik sama masalah waktu. Cuma paniknya di bagian TIU. Matematikanya banyak dan saya nggak paham penyelesaiannya, ya.. sejak dulu saya memang lemah banget sama matematika.


Sedangkan TKP kebetulan saya dapat soal yang nggak panjang-panjang. Jawabannya juga masih bisa dilogika. Nggak sesulit yang diomongin sama orang-orang.


Saya bisa menyelesaikan seratus soal dengan sisa waktu sekitar sepuluh menitan. Tapi saya nggak berani buat klik ‘akhiri’. Saya coba baca ulang dari nomor satu sampai semampunya. Hingga akhirnya waktu tersisa sepuluh detik, saya memejamkan mata. Berharapa bisa lulus passing grade.


Ketika layar soal menutup dan menampilkan nilainya, saya mengintip dari celah-celah jari tangan yang nutupin mata penasaran sama hasilnya. TKP dapat 100, TIU dapat 75, TKP dapat 146 totalnya 321.


Saya langsung lemes. Gagal di TIU hanya kurang satu soal lagi biar passing grade. Padahal di TKP saya sudah bisa passing grade. Ah... seandainya kemampuan matematika saya tidak terlalu menyedihkan.


Sementara di sebelah saya, Pak Zaka juga gagal. Sedangkan Surya, lulus.


Iya, lulus dengan nilai sangat pas-pasan. Semuanya pas passing grade kecuali TKP yang dapat nilai 146.


Saya jadi semakin lemas, ngeliat saudara sendiri yang nggak ada perjuangan buat lulus CPNS. Cuma iseng-iseng berangkat ikut tes, baru buka materi-materi CPNS di HP di perjalanan. Justru lulus.


Saya keluar dengan lesu. Rasanya nggak tega nanti ngomong istri yang udah nungguin, yang sebenernya udah tahu hasilnya lewat layar monitor di depan gedung. Lebih berat lagi, waktu saya harus ngabarin keluarga di rumah kalau saya gagal.


Perjalanan pulang terasa lebih menyedihkan lagi, mesti semobil dengan yang lulus CPNS, yang sebenernya niat-niat enggak. Saya tetap berusaha tegar sih, Surya juga keliatan banget jadi nggak enak sama saya.


Beberapa hari setelah kegagalan ini, saya bener-bener down banget. Nggak habis pikir sama skenario dari Allah yang menepikan do’a saya. Lalu, justru memperlihatkan rejeki orang lain yang nggak pakai perjuangan.


Sempat ngerasa hidup ini nggak adil karena tentu saja saudara lain langsung membanding-bandingkan beda nasib saya sama Surya. Akhirnya saya nego sama Allah.


“Ya Allah nggak papa deh saya nggak lolos CPNS. Tapi tolong kabulkan do’a hamba biar istri hamba diberi kehamilan.”


Ajaibnya, beberapa bulan setelah hingar bingar CPNS 2018. Istri saya teriak-teriak di suatu pagi, meski awalnya saya kira istri kesurupan. Ternyata dia nunjukin test pack dengan tanda dua garis.


Subhanallah banget. Setelah nunggu selama tiga tahun, dan sempat keguguran di tahun kedua. Akhirnya istri diberi kesempatan buat hamil.


Allah menjawab do’a saya dengan indah. Suatu hari nanti, saya juga akan sangat-sangat bersyukur dengan kegagalan CPNS saya di kota Pekalongan tahun 2018 kemarin.

Selasa, April 06, 2021

Sebuah Seni Untuk Memahami Kekasih - Agus Mulyadi, Tipis tapi Asik

April 06, 2021

 

Setelah sempat maju mundur memutuskan untuk beli apa nggak buku Sebuah Seni Untuk Memahami Kekasih karya Agus Mulyadi ini, akhirnya jari tangan saya bergerak lebih cepat dari otak saya untuk klik beli buku ini di Shopee.


Agus Mulyadi ini mulai terkenal beberapa tahun yang lalu sejak foto editannya sama artis luar negeri jadi viral, dia juga seorang blogger yang khas dengan gaya tulisannya yang kadang diselipi dengan bahasa jawa.


Agus Mulyadi udah menerbitkan beberapa buku dan yang udah saya baca bukunya berjudul Jomblo Tapi Hafal Pancasila, Bergumul dengan Gusmul sampai yang terakhir Lambe Akrobat.


Agus sekarang udah jadi redaktur di Mojok.co, dimana sebelumnya juga pernah menduduki jabatan Pemimpin Redaksi.


Buku yang akan saya ulas ini sepertinya buku yang cukup narsis. Menceritakan tentang kisah-kisah menggelitik Agus dan Istrinya, Kalis yang juga salah satu redaktur Mojok.


Membaca buku ini memang hanya cukup sekali duduk dan diakhiri dengan, “Apaaan nih! Baru aja dibaca udah habis halamannya.”


Ya... buku ini memang tipisnya agak nggak tahu diri. Hanya 98 halaman, itu pun udah termasuk jatah buat ilustrasi yang memakan 17 halaman sendiri. Ajaibnya di buku ini ada 38 bab atau cerita yang disuguhkan.


Jadi nggak heran, kalau setiap bab di buku ini ceritanya pendek-pendek, bahkan ada yang pendek banget, cuma selembar. Semacam baru buka bab baru, pas dibalik udah ganti bab baru lagi.


Buku ini diawali dengan pengantar berjudul ‘Kalis dan Cerita Lainnya’ yang bercerita awal perkenalan Agus dengan Kalis di sebuah acara ulang tahunnya Mojok di Malang dan Surabaya. Dalam perjalanan ke Surabaya inilah Agus dapet momen ngobrol banyak sama Kalis. Agus sadar kalau mereka berdua ternyata punya banyak kesamaan. Sama-sama suka Dewa 19 adalah salah satunya.


Selanjutnya Agus dan Kalis sepakat nonton konser Dewa 19 bareng, dan itu semacam kencan pertama mereka. Sejak saat itu, komunikasi mereka semakin rutin, sampai akhirnya Agus mantap buat mengungkapkan isi hatinya dan baru dijawab tiga minggu kemudian. Jawaban yang tentu saja udah pasti, Agus diterima.


Kisah-kisah konyol mereka berdua pun dimulai...


Bab pertama dibuka dengan sangat baik karena langsung bikin saya cekikikan. Jadi ceritanya Kalis ini pergi naik motor lalu melipir ke pom bensin karena niatnya mau ngisi bensin. Nah, pas sampai di antrian, Kalis turun dari motor dan coba buka jok motornya, tapi jok motornya susah dibuka. Dengan usaha apapun dan tenaga sebesar apapun Kalis mencoba mengangkat jok motornya, hasilnya tetap sia-sia. Joknya nggak kebuka-kebuka. Akhirnya setelah dicermati, ternyata yang Kalis angkat adalah jok motor bagian depan. Pantes nggak kebuka-kebuka. 😂


Terus ada juga bab berjudul Video Call, ceritanya Agus sama Kalis ini lagi video call-an. Setelah sekian menit ngobrol, tiba-tiba video call mereka terhenti, lalu Kalis ngirim pesan teks di WA begini, “Mas, maaf, kuotaku habis, gantian Mas yang nelfon video call ya?”


Sebuah pesan yang singkat, dan terlihat lugu. Ya, karena yang namanya video call WA kan sama-sama pakai kuota semua, nggak cuma yang nelepon saja.


Bab lain yang menurut saya lucu judulnya ’Baju Bagus’. Agus sama Kalis ini memang suka ngomongin kemiskinan mereka masing-masing. Salah satu contoh kemiskinan mereka adalah waktu kecil Agus cuma punya dua kaos ‘keren’ yang hanya dipakai di momen tertentu, semisal acara ulang tahun atau jalan-jalan ke alun-alun.


Kaos Agus pada masa itu cukup keren dengan gambar Joshua dan Digimon. Nah, cerita cuma punya dua kaos itu ternyata jauh lebih mengesankan dibanding cerita Kalis. Semasa kecil, Kalis cuma punya satu kaos istimewa yang hanya dipakai di acara tertentu. Dan apa gambar kaosnya? Sunan Giri. Hahaha 😂




DATA BUKU:

Weight : 0.2 kg

Penulis : Agus Mulyadi

Penerbit : Shira Media

Tahun Terbit : 2020

Jumlah Halaman : 120

Dimensi : 13 x 19 cm

ISBN : 978-602-5868-90-0


Membaca buku ini memang sukses bikin senyum-senyum sendiri. Agus sukses mengamati perilaku Kalis yang ‘ternyata’ banyak lugunya. Kenapa kata ternyata saya beri tanda kutip? Karena setau saya, yang selama ini saya lihat tentang Kalis adalah orang yang sangat smart, kritis dan penuh energi karena aktif menyuarakan hak-hak perempuan.

👦


Dalam buku ini, Agus terang-terangan menunjukkan sisi lain Kalis yang membuat saya sempat nggak percaya karena loh kok Kalis ternyata selugu ini, sering teledor juga. Kayak salah satu cerita di bab berjudul ‘Pesawat’. Kalis pernah ketinggalan pesawat karena terlalu santai di bandara, nggak tahu jadwal penerbangannya dimajukan. Kalis juga pernah dengan teledornya salah pesan tiket pesawat yang harusnya Jakarta-Solo jadi Jakarta-Jogja.


Secara keseluruhan buku ini akan sangat mudah diterima dan cocok buat dibaca bagi yang belum kenal sama Agus Mulyadi karena memang cerita-cerita bareng Kalis di buku ini relate banget sama kekonyolan kita sehari-hari.  

Senin, April 05, 2021

Show 6 Besar SUCI IX Kompas TV - Ngomongin Transportasi dan Bebas

April 05, 2021


SUCI IX Kompas TV udah masuk babak 6 besar. Persaingan semakin ketat, dan sepertinya udah mulai kelihatan kira-kira siapa yang bakal masuk tiga besar. Saya sendiri ikutan memprediksi sepertinya Egi Haw, Nopek dan Ali Akbar yang bakalan masuk tiga besar.


Tapi, yang namanya prediksi emang belum tentu bener-bener kejadian. Bisa saja ada salah satu komika yang tiba-tiba perform di bawah standar dan akhirnya tergeser sama komika yang lain yang sebenernya nggak pernah diunggulkan.


Seperti kejadian di SUCI IX show 6 besar kemarin. Enam komika tampil dua kali dengan durasi 3 menit dengan tema transportasi dan satunya bebas. Mungkin karena mesti tampil dua kali, ada komika yang ngerasa terbebani dan akhirnya tampil terburu-buru.


Nah.. untuk juri bintang tamu di show 6 ini adalah Keanu. Sementara juri tetapnya ada Raditya Dika, Pandji dan Abdel.


Kali ini saya akan mengulas penampilan keenam komika dan menyelipkan satu materinya yang menurut saya lucu.


GILANG

Gilang menjadi komika pertama yang tampil dengam menceritakan bapaknya yang kuli, berangkat kerja naik motor. Terus ngomongin bapaknya yang mau modif motor. Modifnya cuma tuas rem, dari warna hitam diganti kuning.


Salah satu materinya:


“Karena bapak saya ya punya motor. Yamaha. Mio. 2008. STNK atas nama mandor loh bang. BPKB digadain ibu saya ini, makanya sampai sekarang nih belum saya tebus nih. Pajaknya mati, eh ibu saya ngikut, ya kan.”


Sungguh materi yang sangat dark joke~


Bisa dibilang Gilang tampil ngeboom malam kemarin. Saya benar-benar nggak ketawa sama sekali. Bener-bener penampilan yang mengagetkan, karena minggu-minggu sebelumnya Gilang selalu pecah dengan materinya bahkan pernah dapat reward sebagai komika tnilai tertinggi di salah satu show SUCI.


EGI HAW

Egi ngomongin kesamaan profesi sama bokapnya. Egi ojek online, bokapnya ojek pangkalan. Tapi walaupun saingan, mereka santai bahkan nongkrong di tempat yang sama.


Salah satu materinya:


“Gue aja males sekarang ngojek bang, iya kan... soalnya disuruh apa? Disuruh kerja di rumah, kerja di rumah ya Allah.. kalo kerja kantoran masih enak. Kerja di rumah, ojeeeek onleeeen.... kerja di rumah gimanaaaa? Masa iya kita ngojek dalam rumah, yang ada penumpangnya bingung, ‘mas saya duduknya di jok apa di ruang tamu yaaa?’ Di kamar saya saja bu, nyalain kipas.”


NOPEK

Nopek ngomongin kebingungannya sama tema transportasi karena selama ini dirinya masih dikarantina di hotel, makanya salah satu transportasi yang paling dekat sama dia, ya... kakinya.


Salah satu materinya:


“Jadi bang, di desa saya cewek masih ngeliat cowok dari sepeda motornya bang. Seganteng-gantengnya cowok kalau motornya butut buat ndapetin cewek susah banget loh bang. Tapi kalau motornya keren buat ndapetin cewek mudah banget. Meskipun itu cowok mukanya ari-ari semua.”


ATE

Ate ngomongin transportasi itu penting banget dalam sebuah hubungan. Kayak misal Raditya Dika yang tiap pacaran naik mobil, itu kan enak. Beda sama Ate yang pacaran naik motor, banyak banget keresahannya.


Salah satu materinya:


“Maksud gua gini, lu nggak pernah naik motor dong, berarti lu nggak pernah ya merasakan pacaran di motor, panas-panasan, siang-siang kepala lu kringetan, gatel, lu nggak sadar yang lu garuk helm lu.”


ALI AKBAR

Ali Akbar, ngomongin dirinya yang selama beberapa bulan ini naik transportasi cuma mobil Kompas. Dan yang jadi masalah adalah driver KompasTV tiap minggu suka gonta-ganti terus.


Salah satu materinya:


“Cuma yang jadi masalah driver kompas ini tiap minggu ganti-ganti terus. Saya belum sempat akrab sama Pak rahmat, minggu depan sudah ganti Pak Indra. Sama Pak Indra saya belum banyak ngobrol sudah ganti Pak Tarmidzi. Maksud saya kenapa diganti terus sih? Bangun chemistry itu susah loh.”


RIO

Rio ngomongin profesi sampingannya sebagai ojek online yang punya kesamaan dengan seragamanya sebagai satpam. Yaitu sama-sama malu dengan seragamnya.


Salah satu materinya:


“Tapi yang ngeselin ya bang, gua baru tiga hari ngojek, masih malu-malunya pakai jaketnya. Mangkal di mall diusir satpam. Sakit hati loh gua bang. DIUSIR SATPAM SAKIT HATI GUA! Maksud gua, gua juga kan satpaaam gitu. SENIOR LAGI! YA KAN!”


 💋💋


Ulasan yang saya tulis di atas adalah ulasan dari penampilan yang pertama dari para komika. Niatnya mau nulis juga penampilan yang kedua tapi nanti malah jadi kepanjangan dan makan waktu juga harus nulis cuplikan materi dua belas kali. 😁


Jadi, satu penampilan di atas anggap saja buat mewakili gambaran suasana show 6 di SUCI IX kemarin. Mungkin di show selanjutnya, kalau saya tiba-tiba ada niat, bisa aja saya nulis ulasan semua penampilan komika.


Nah... kalau digabungin sama penampilan yang kedua juga, penampilan para komika semalem semuanya menghibur banget, tapi kalau diperhatiin emang udah jelas siapa yang bakalan close mic karena penampilannya standar banget sementara komika lainnya sukses bikin juri ketawa.


Ya, setelah sempat mendapatkan predikat komika dengan nilai paling tinggi di salah satu show sebelumnya dan pernah juga dapat komentar ‘no comment’ dari Raditya Dika karena materinya yang bagus banget. Gilang akhirnya harus close mic karena sempat belibet ngomongnya di penampilan kedua dan berusaha marah-marah biar terlihat lucu tapi ya.... emang gagal.


Dengan personanya sebagai anak kuli yang durhaka, semoga Gilang bisa sukses dengan karirnya di luar sana.


About Us

DiaryTeacher Keder

Blog personal Edot Herjunot yang menceritakan keresahannya sebagai guru SD. Mulai dari cerita ajaib, absurd sampai yang biasa-biasa saja. Sesekali juga suka nulis hal yang nggak penting.




Random

randomposts