Senin, Juni 20, 2022

Cerpen Saya (Lagi) di Majalah Putra Cendekia

Juni 20, 2022

Sebenernya udah lumayan lama saya ngirim cerpen ini ke redaksi majalah Putra Cendekia, kalo nggak salah sekitar sebulan sebelum lebaran. Berharap setelah lebaran, saya bisa dapat kabar kalau cerpen saya berhasil dimuat. Sayangnya, waktu saya ngecek edisi majalah ini setelah lebaran, ternyata hasilnya 'zonk'. Nggak ada cerpen saya di majalah ini, begitu juga dengan bulan berikutnya, waktu saya cek isi majalahnya, nggak ada nama saya lagi.


Akhirnya, ya... yaudah, mungkin cerpen saya memang belum layak terbit. Nanti saya tinggal nyoba nulis lagi dengan tema yang lain kalau pas lagi mood. Cerpen ini juga masih bisa masuk arsip di laptop saya, karena rencananya suatu saat saya pengen bikin buku yang isinya kumpulan cerpen anak dari tulisan saya sendiri. Sebelumnya, cerpen saya juga pernah dimuat di majalah Putra Cendekia, tulisannya bisa dibaca disini -> Buku untuk Vio 


Nah, pagi tadi waktu lagi mau siap-siap daftarin anak kelas enam ke SMP lewat online, saya ngeliat majalah Putra Cendekia edisi bulan Juni udah datang dan tergeletak di meja guru. Iseng-iseng saya buka halaman demi halaman, dan... akhirnya~ ternyata cerpen saya baru dikasih kesempatan setelah menunggu tiga bulanan.


Mungkin karena biar pas kali ya momennya, di bulan ini ada hari lingkungan hidup sedunia yang diperingati pada tanggal 5 Juni. Cerpen saya yang judulnya 'Berkah Bank Sampah' jadi ada bau-bau lingkungan hidupnya.


Oh iya... setelah saya baca, ternyata ada beberapa tulisan yang dipotong dan juga diedit sama pihak redaksi. Nggak apa-apa sih, kalau emang biar lebih enak dibaca. Nah, di blog ini mau saya share cerpen saya versi yang belum diedit. Kali aja yang gabut mau baca:



BERKAH BANK SAMPAH 


Suasana ruang kelas 5 SDN 03 Saradan mendadak berubah riuh ketika Bu Aropah menuliskan kata ‘Bank Sampah’ di papan tulis. Zain, yang duduk paling depan mengangkat tangannya dan bertanya kepada Bu Aropah, “Bu, kenapa sampah harus dimasukkan ke dalam bank? Bukannya bank untuk menyimpan uang?”


Dwi, sang ketua kelas juga tak kalah heran, “Bu, bukannya sampah itu bau dan kotor, kok ditabung?” 


Bu Aropah tersenyum kemudian meletakkan telunjuk kanannya di depan bibir tanda agar anak-anak diam. Bu Aropah menjelaskan, “Anak-anak, kalian mungkin heran ada sampah bisa ditabung, dimasukkan ke dalam bank. Terus bank mana yang menampung sampah?”


Anak-anak terlihat serius memerhatikan penjelasan dari Bu Aropah karena penasaran.


“Bank sampah itu, sebutan untuk tempat menyimpan sampah yang telah dipilih-pilih sampahnya. Karena kita di lingkungan sekolah, biasanya sampah yang paling banyak itu sampah plastik bekas jajan kalian dan juga sampah kertas. Nah, nanti sampah-sampah ini kita kelompokkan sesuai dengan jenisnya. Sampah plastik sendiri, sampah kertas sendiri.”


Tati, yang duduk paling belakang menyela penjelasan Bu Aropah, “Bu, terus nanti sampahnya dibawa ke bank mana? Memang ada bank yang mau menyimpan sampah? Kok saya nggak pernah tahu.”


Bu Aropah mengangguk-angguk, “Nak Tati, bank sampahnya tentu beda dengan bank untuk tempat menyimpan uang. Bank sampahnya, nanti ya, di sekolah kita ini. Kita buat bank sendiri. Kita manfaatkan tempat di halaman belakang kelas kita.”


Seolah belum puas dengan jawaban Bu Aropah, Tati kembali bertanya, “Kalau sudah banyak sampahnya buat apa memangnya, Bu?”


“Nah, pertanyaan bagus, kalau sudah banyak untuk apa? Ada yang bisa menjawab?” Bu Aropah balik bertanya kepada anak-anak kelas lima.


Sofiyah mengangkat tangan, lalu menjawab, “Kalau sudah banyak, sampahnya bisa dijual ke tukang loak, Bu! Lumayan bisa dapat uang!”


Zain ikut nyeletuk, “Kalau sudah dapat uang, uangnya bisa buat beli jajan lagi, kan nanti dapat sampah plastik lagi!”


Anak-anak sekelas tertawa. Bu Aropah kemudian menengahi, “Jawaban dari Sofiyah betul sekali, ide dari Zain juga bagus. Tapi kalau misal dapat uang bukankah lebih baik digunakan untuk membeli kebutuhan kelas kita biar semua merasakan manfaatnya? Setuju?”


“Setuju, Buuu….” Anak-anak kompak menjawab.


“Nah, siapa lagi yang bisa membantu menjawab manfaat bank sampah?”


“Karena kita jadi rajin mengumpulkan sampah, lingkungan sekolah kita pasti jadi lebih bersih, Bu!” Inok menjawab mantap.


“Bagus sekali, Nak Inok!” Bu Aropah memberi dua jempol pada Inok.


“Satu lagi, siapa yang bisa menjawab?” Bu Aropah kembali menawarkan anak-anak untuk menjawab.


“Bu, sampah-sampah plastik itu nantinya bisa dibikin kreasi!” Adha semangat menjawab.


“Iya, betul Nak Adha. Sampah-sampah ini, setelah dipilih-pilih bisa digunakan untuk membuat bermacam-macam kreasi. Anak-anak siap kan? Mulai besok kita akan mengumpulkan sampah di bank sampah milik kita?”


“Siaaap, Buuuu….” Anak-anak menjawab kompak.


***


Tak disangka, sebulan kemudian bank sampah milik anak kelas lima terkumpul lebih dari yang dibayangkan. Selama ini memang anak-anak terlihat antusias mengumpulkan sampah sesuai tempatnya, tidak hanya milik sendiri, anak-anak juga rajin memungut sampah-sampah yang tercecer untuk diletakkan di bank sampah belakang kelas. Hasilnya, lingkungan sekolah jadi telihat lebih bersih.


Anak-anak dari kelas lain yang tertarik melihat kebiasaan baru anak kelas lima juga ikut mengumpulkan sampah plastik dan kertas di bank sampah kelas lima.


Setelah dipilah-pilah, sebagian sampah dijual ke tukang loak, sebagian lagi disimpan Bu Aropah untuk digunakan membuat kreativitas dari bungkus plastik bersama anak-anak nanti.


***


Suatu pagi, Bu Aropah masuk ke dalam kelas dengan membawa sebuah kotak kardus yang sudah dilapisi kertas kado. Setelah mengucapkan salam dan kabar kepada anak-anak, Bu Aropah membuka kardus tersebut dan anak-anak langsung riuh dan berdecak kagum.


“Ini adalah hadiah untuk anak-anak yang sudah semangat mengumpulkan sampah di sekolah selama satu bulan ini.”


Bu Aropah menunjukkan lebih jelas ke anak-anak sebuah jam dinding berbentuk lingkaran bergambar foto anak-anak kelas lima. Selain itu, ada juga kalender yang diisi dengan foto kegiatan anak-anak selama mengumpulkan sampah.


“Karena kebetulan ini masih di awal tahun, jadi Bu Aropah sengaja memesan kalender dengan diisi foto anak-anak kelas lima yang hebat. Yang sudah membantu menjaga kebersihan kelas dan sekolah. Selama ini Bu Aropah sengaja memotret kalian diam-diam untuk dimasukkan di kalender ini. Selain itu, jam dinding ini, tidak hanya bermanfaat untuk menunjukkan waktu, tapi juga menunjukkan kekompakan dan kerja keras kalian selama ini. Dan, yang lebih penting lagi adalah… kalender dan jam dinding ini, ibu beli dengan menggunakan uang hasil semangat kalian mengumpulkan sampah. Tepuk tangan dong, buat kita semua!” Bu Aropah tersenyum bangga.


Anak-anak serentak teriak, “Yeaaaaay” sambil bertepuk tangan. Mereka sangat bahagia melihat hasil kerja kerasnya selama ini bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kelasnya. 


Ah, mereka jadi tidak sabar untuk mulai mengumpulkan sampah lagi untuk ditaruh di bank sampah belakang kelas.

Selasa, Maret 29, 2022

Kisah Sehari-Hari di SD Negeri

Maret 29, 2022

Seperti biasa, penyakit males ngeblog saya rutin kambuhnya. Bahkan kali ini cukup lama, sejak awal tahun sampai sekarang masih belum ilang-ilang juga. Daripada dibiarin kelamaan, akhirnya saya paksain aja buat ngisi postingan di blog ini. Nggak tahu deh nanti jadinya kayak gimana, yang penting nulis aja dulu.


Sebenernya kalau melihat pergerakan dunia perbloggeran belakangan ini, sepertinya situasinya juga sama seperti saya, lagi kurang rame. Dari daftar blogwalking saya, yang rutin update blog hanya beberapa orang aja.

Selasa, Februari 22, 2022

Resep Sederhana Brownies Kukus Lembut dengan Coklat Batangan

Februari 22, 2022

Brownies adalah salah satu contoh camilan yang sangat enak dan banyak disukai oleh semua kalangan. Tidak hanya anak-anak saja bahkan banyak orang dewasa yang sangat gemar konsumsi camilan satu ini. Salah satu contohnya adalah brownies coklat yang sampai sekarang masih menjadi primadona karena perpaduan rasanya yang khas antara coklat dengan bahan-bahan kue yang lainnya.


Brownies coklat kukus atau panggang juga merupakan salah satu camilan yang sangat mudah kita jumpai di toko-toko kue. Tetapi jika Anda ingin membuatnya sendiri di rumah tidak perlu bingung karena bahan-bahan yang digunakan juga tidak terlalu banyak dan cukup sederhana. Salah satu yang menjadi kuncinya adalah pemilihan coklat yang digunakan untuk membuat brownies kukus tersebut juga harus yang bagus. Misalnya Anda akan menggunakan coklat batangan ada beberapa merk coklat yang sangat direkomendasikan untuk dibuat brownies kukus yang lembut dan enak.


Jika Anda ingin mencobanya di rumah, di bawah ini adalah resep sederhana untuk membuat brownies kukus yang lembut dan enak dengan menggunakan coklat yang masih batangan:


  • ·         Siapkan alat dan bahan

Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain seperti tepung terigu protein sedang, gula pasir, coklat dalam bentuk batangan, susu kental manis, telur, garam, blueband dan coklat bubuk, mixer dan panci untuk mengukus.


  • ·         Proses pembuatan

Mixer telur sampai mengembang dan masukkan secara perlahan gula pasir dan garam. Masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit jangan lupa diayak dahulu tepungnya. Lelehkan coklat yang sudah diiris sebelumnya dan margarin sampai meleleh. Tunggu sampai dingin dan campurkan dengan adonan sebelumnya tambahkan coklat kental manis dan mixer sampai merata. Siapkan loyang yang sudah diolesi margarin panggang kurang lebih 30 menit.


Di atas adalah resep sederhana membuat brownies kukus enak dan lembut. Kuncinya adalah coklat yang Anda pilih harus yang terbaik contohnya Anda bisa pakai coklat Colatta. Tidak perlu bingung beli dimana coklat tersebut bisa Anda dapatkan di Tokowahab.com. Salah satu toko bahan kue dan perlengkapan memasak kue yang lengkap dan berkualitas yang melayani pembelian online ke seluruh wilayah Indonesia.

Jumat, Desember 31, 2021

Buku yang 'Akhirnya' Selesai Dibaca

Desember 31, 2021

Bulan Desember ini hampir saja saya lewatkan tanpa postingan di blog seandainya saya tidak memposting tulisan ini. Tulisan yang saya buat tepat di hari terakhir sebelum pergantian tahun, yang bisa dibilang sedikit dipaksakan agar bulan Desember setidaknya terisi satu postingan.

Sebenernya masih ada beberapa draft tulisan yang tinggal saya poles dikit bisa saya posting di blog, tapi ya… itu, mood-nya yang belum dapet. Maka dari itu, di penghujung tahun ini saya mau bahas buku-buku yang udah saya baca selama setahun ini.


Tahun 2021, bisa-bisanya saya memasang target ‘akan’ menyelesaikan 30 buku, lalu mengulasnya di Goodreads. Sebuah target yang mungkin nggak berat-berat banget kalau mau konsisten, sebulan cuma baca tiga buku, yang kalau males masih ada cadangan satu minggu buat ngejar ketinggalan.


Namun, seiring berjalannya waktu, ternyata target 30 buku ini justru bikin saya kepikiran dan kadang malah ngerasa terbebani. Saya jadi suka milih-milih buku yang nggak terlalu tebal dan buku yang ringan-ringan karena khawatir kalau pilih buku tebal jadi nggak selesai-selesai, nantinya malah jadi makin jauh dari target. Sayang aja kan, kalau akhir tahun nggak bisa menyelesaikan target yang udah ditetapkan sendiri secara sadar.


Btw, target 30 buku ini naik dari tahun 2020 yang berhasil saya selesaikan sebanyak 25 buku. Dengan pertimbangan satu bulan hanya membaca 2-3 buku, harusnya sih target 30 buku ini terhitung ringan, atau nggak berat-berat bangetlah… tapi ya itu, seiring berjalannya waktu, ternyata saya justru mengalami reading slump yang cukup rutin.


Kadang rasanya males banget mau baca buku, padahal antrian buku yang udah dibeli udah numpuk banyak. Konyolnya lagi, meskipun targetnya 30 buku, tapi belanja bukunya sebenernya jauh lebih banyak dari target bukunya. 


Sebagai orang yang lebih menikmati baca buku fisik, membeli buku fisik adalah salah satu kebiasaan saya yang susah buat dihilangkan. Ngeliat ada diskon dikit, khilaf. Ngeliat ada buku murah dikit, khilaf. Akhirnya buku jadi numpuk. Apalagi karena saya juga udah kenal langganan penjual buku Facebook yang kalau jual novel murahnya nggak masuk akal. Akhirnya… semakin numpuk~


Jujur, saya justru jarang beli buku yang baru terbit. Selain karena harganya kadang bikin mikir-mikir. Kadang khawatir juga, kalau misalnya udah bela-belain beli, ternyata ceritanya nggak sesuai ekspektasi. Sayang aja sama uang yang udah dikeluarin nggak bisa memenuhi ekspektasi. Makanya, saya baru benar-benar rela beli buku baru yang baru rilis biasanya kalau saya udah kenal sama karya penulisnya.


Tahun 2021 ini, genre yang dominan saya baca masih sama seperti tahun sebelumnya yaitu horror. Pernah saya coba buat selingan coba genre lain, tapi seringnya gagal, baru baca beberapa halaman nggak cocok, akhirnya nggak dilanjutin. Akhirnya balik lagi ke genre horror.


Bulan November-Desember jadi masa-masa saya 'kesulitan' mencari bacaan yang pas. Udah baca buku ini, berhenti. Coba baca buku lain, berhenti lagi. Akhirnya nggak selesai-selesai deh. Begitu masuk bulan Desember, sebenernya saya udah pesimis bisa nyelesein target 30 buku di Goodreads, tapi dipikir-pikir lagi, sayang banget kalau nggak bisa memenuhi targetnya karena palingan tinggal beberapa buku lagi. 


Saya pun coba kebut beberapa buku yang kelihatannya masuk akal buat diselesaikan dilihat dari jumlah halamannya. Dan ini dia, buku yang sudah saya selesaikan di tahun 2021




Sebenernya target 30 buku ini terlalu cemen kalau dibandingkan sama Mbak Fanny D’Cat Queen yang bisa bener-bener konsisten selama setahun penuh ganti judul buku tiap minggu, dan halamannya tebel-tebel lagi. 😁

Belum lagi, kalau lihat targetnya Peri Kecil Lia yang dua kali lipat lebih target saya, dan sekali lagi jumlah halamannya juga ngeri-ngeri.. ah, keren banget deh emang. 😁


Setelah saya lihat-lihat lagi ke belakang, ternyata buku yang saya baca di tahun 2021 ini emang kebanyakan buku-buku lawas yang terbit beberapa tahun lalu, bahkan ada buku yang saya beli di tahun 2014, baru saya baca tahun ini. Gila nggak tuh, berapa tahun aja tuh buku bersandar di rak buku belum sempet keintip isinya, haha…


Ngomongin buku yang setahun ini saya baca, ada beberapa buku yang bener-bener bikin saya berdecak kagum, ada juga buku yang bikin saya hampir putus asa untuk menyelesaikannya karena memang jauh dari ekspektasi.


Berhubung saya lebih sering baca horror, saya memilih 5 buku horror terbaik yang saya udah saya baca, ini dia:



Sebenernya saya mau mengulas secara singkat buku-buku di atas, tapi berhubung postingan ini dibuat di detik-detik terakhir tanggal 31, jadi ya… nggak saya ulas hehe.


***


Untuk tahun 2022, saya sih pengennya target bacaannya bisa lebih banyak dari tahun ini. Tapi masih dilema juga mau pasang target berapa. Nggak enaknya bikin target beginian karena ya akhirnya saya kadang ngerasa kalau baca buku jadi sekedar demi memenuhi target aja, bukan karena bener-bener pengen baca santai dan rileks.


Cuma masalahnya, kalau nggak pasang target, nantinya jadi malah terlalu santai dan nggak ada paksaan buat diri sendiri baca buku.


Yah.. lihat nanti aja deh.


Terakhir, selamat tahun baru buat kalian semua yang sedang membaca postingan ini. Semoga tahun 2022 bisa menjadi tahun yang penuh bahagia buat kita dan kita selalu diberi kesehatan.


Bye~

About Us

DiaryTeacher Keder

Blog personal Edot Herjunot yang menceritakan keresahannya sebagai guru SD. Mulai dari cerita ajaib, absurd sampai yang biasa-biasa saja. Sesekali juga suka nulis hal yang nggak penting.




Random

randomposts