Sabtu, Juni 26, 2021

Komik Ouroboros - Saat Polisi dan Yakuza Kerjasama Mencari Pembunuh Ibunya

Juni 26, 2021

Pertemuan saya dengan komik Ouroboros ini terjadi begitu saja tanpa rencana. Ya, sebelumnya saya nggak ada niat sama sekali buat beli komik ini, karena saya sadar diri komik ini harganya masih mahal. Saya juga tahu tema komik ini hanya dari iklan di belakang komik lain yang saya baca, dan saya nggak terlalu tertarik sama temanya yang nyeritain tentang dua saudara angkat. Satu jadi Yakuza, yang satu lagi jadi Polisi. Mereka bekerjasama untuk mencari siapa pembunuh ibu angkatnya beberapa tahun yang lalu.


Sampai pada suatu hari, saat saya lagi iseng-iseng scroll beranda Facebook. Nggak sengaja saya liat ada orang yang jual beberapa komiknya di grup jual beli komik dengan harga yang tergolong murah untuk ukuran komik yang belum terlalu lama terbit, dan salah satunya adalah komik Ouroboros ini.


Orang itu jual komik Ouroboros 1-24 tamat (minus nomor 21) seharga 200 ribu dan masih nego. Saya yang tahu kalau pasaran komik ini masih di angka 350-400 ribuan mulai gelisah. Tergoda buat beli komik ini, tapi masih sayang sama duit karena beberapa hari yang lalu juga sudah beli beberapa komik.

Jumat, Juni 18, 2021

Meratapi Surat Keterangan Lulus

Juni 18, 2021

Setelah sempat 'sok-sokan' bikin postingan yang judulnya 'Ngapain' saking tiap hari berangkat kerja tapi ga ada kerjaannya banget. Beberapa hari berikutnya saya langsung kena karma dengan sajian pekerjaan yang sedemikian banyaknya. Sampai-sampai saya mikir ini Bandung Bondowoso walaupun dibantu sama ratusan jinnya pun kayaknya nggak bakalan sanggup buat nyelesein tugas ini deh.


Gara-gara ini juga, kebahagiaan nulis di blog dan blogwalking nggak bisa ditunaikan dengan baik.


Sebagai guru kelas enam yang masih newbie karena selama ini saya seringnya ngajar kelas tiga atau kelas empat. Lalu tiba-tiba harus berhadapan dengan segala macam administrasi kelas enam tentu membuat tangan saya seketika tremor waktu di depan laptop.


Segala kenikmatan dan kesantaian dalam hidup saya langsung sirna ketika administrasi kelulusan anak-anak kelas enam tiba di depan mata. Aneka administrasi kelulusan ini harus segera saya sajikan dengan sebaik-baiknya.


Saya jadi ngerasa seperti ikutan Master Chef Indonesia dan kepala sekolah menjelma jadi Chef Juna. Siap meledak dengan komentar pedasnya kalau apa yang sajikan nampak menyedihkan.


Saya jadi guru kelas enam di semester dua, dan sebenernya mendapat mandat jadi kelas enam di pertengahan kegiatan belajar kayak gini tuh bukan sesuatu yang menyenangkan. Apesnya lagi, serah terima segala administrasi kelas enam dari wali kelas sebelumnya berlangsung dengan ala kadarnya. Sisanya, saya harus menebak-nebak sendiri setiap data yang belum lengkap.


Dan segala kekisruhan ini berawal dari....


Ketika saya harus memasukkan segala nilai raport anak-anak dari kelas 4 semester 2 sampai kelas 6 semester 2. Itu artinya, saya ambil satu raport, buka dari kelas 4, masukin nilainya ke laptop satu per satu, lanjut ke kelas lima lalu kelas enam, lalu rebahan sejam. 


Ambil raport lagi, masukin nilai lagi dari kelas empat, kelas lima dan kelas enam, lalu rebahan lagi sejam. Begitu seterusnya, makanya kerjaan ini nggak selesai-selesai padahal hari penghakiman semakin dekat.


Sebenernya persoalan fatal setiap jadi guru kelas enam biasanya ketika harus menanggung dosa dari wali kelas-wali kelas sebelumnya. Misal, pas mau masukin nilai ternyata ada salah satu mata pelajaran yang masih kosong, belum ada nilainya.


Lah, masa sih bisa kosong?


Ya itu, kok bisa kosong saya juga bingung. Mau tak isi sendiri dengan ngarang nilai? Nggak mungkin, khawatirnya satu nilai yang saya masukkan secara acak nantinya bisa mengubah urutan peringkat kelas yang sebenarnya.


Herannya lagi, kok orangtuanya juga nggak sadar ini raport anaknya ada yang masih kosong nilainya. Akhirnya saya harus menghubungi wali kelas sebelumnya, minta tolong dicek lagi file raport yang terindikasi bermasalah.


Dan proses komunikasi seperti ini tentu tidak mudah. Ada peluang filenya entah disimpan dimana, ada masanya wali kelasnya lagi sibuk, bilangnya nanti... terus akhirnya lupa. Pas ditagih lagi, bilang ‘oh iya, sebentar’, tapi pas ditungguin nggak ada konfirmasi lagi. Beneran melelahkan~


Keribetan lainnya adalah saat saya harus memastikan seluruh nama anak kelas enam sudah benar. Untuk bisa memastikan itu, saya harus punya akta kelahiran anak-anak dan juga kartu keluarga mereka. Sayangnya, itu semua belum saya pegang karena keteledoran saya belum nyuruh anak-anak buat ngumpulin. Mau minta mereka segera ngumpulin, kendala selanjutnya adalah semua orangtua siswa nomer HP-nya belum tentu aktif, atau orangtua siswa ganti nomer HP tapi nggak ngabarin wali kelas anaknya..


Kebayang kan, masalah nomer HP aja susah gimana bisa efektif waktu belajar daring?


Sebagai guru baru di lingkungan ini, saya nggak tahu alamat rumah anak-anak. Memang sih, saya udah minta tolong ke anak yang rumahnya dekat dengan teman yang ‘lenyap di grup WA’, tapi hasilnya tetap nihil. Belum ada tanda-tanda kehadiran anak-anak menyerahkan akte lahir dan KK ke sekolah.


Akhirnya saya milih ngerjain data anak yang belum lengkap hanya mengandalkan data siswa dari operator sekolah yang ‘semoga’ aja benar. Saya harus cepat-cepat mengerjakan ini karena kepala sekolah sudah bersabda biar ini cepat selesai


Dengan mantap, semua surat keterangan lulus anak-anak selesai saya print dan saya serahkan ke kepala sekolah untuk dicek ada yang typo apa enggak. Hasilnya, tentu saja, ada lumayan banyak kesalahan yang masih saya lakukan. Entah tahun lahirnya, tanggalnya, atau huruf di namanya.


Semuanya segera saya bereskan dan saya print ulang, saya serahkan ke kepala sekolah lagi dan akhirnya surat keterangan lulus anak kelas enam selesai.


Ternyata gampang banget ini, sih~


Hingga tiba suatu momen saat saya sedang pura-pura sibuk di depan laptop. Kepala sekolah datang di hadapan saya, lalu menunjukkan sebuah WA yang membuat segala pekerjaan saya harus remidi.


Ya... format surat keterangan lulus yang sudah selesai dibuat, ternyata formatnya harus diganti. Itu artinya saya harus ngedit lagi dan ngeprint ulang semuanya. Oke lah, nggak apa-apa. Saya pun segera menuntaskan misi remidi ini.


Begitu selesai, langsung saya serahkan lagi ke kepala sekolah. Lengkap dengan data anak yang terakhiran ngirim sakte lahir dan KK setelah berhasil diidentifikasi keberadaannya oleh guru SD senior di sini.


Hasilnya... nama-nama yang tadi saya dapat modal dari data dapodik ternyata ada beberapa kesalahan. Alhasil, ngeprint lagi~~~~


Setelah semua data dikoreksi oleh kepala sekolah dan nggak ada kesalahan. Saya kretekin jari lanjut mau ngerjain e-rapor kelas enam. Sebuah pekerjaaan yang saya nggak tahu kalau nantinya saya akan banyak berkeluh kesah tentang ini.


H-4 pengumuman kelas enam. Waktu saya lagi ngutak-atik laptop ngurus administasi lain, kepala sekolah mendatangi saya (lagi). Mendadak perasaan saya jadi nggak enak, lalu membuka percakapan dengan, “Ngapunten, Pak Edot....” yang artinya “mohon maaf, Pak Edot.”


Hmmm... datang-datang tiba-tiba minta maaf, perasaan saya jadi nggak enak nih...


Sebelum saya berhasil berpikir kemungkinan terburuk. Kepala sekolah mendongeng di depan saya, “Pada suatu hari, ketika saya sedang duduk termenung HP saya berbunyi, setelah saya cek, ternyata ada sebuah notifikasi dari Whats App. Lalu, ketika saya buka pesan tersebut, katanya format surat keterangan lulus kelas enam berubah lagi formatnya, jadi... minta tolong nanti dibetulkan lagi, ya.”


Saya lega, “Alhamdulillah... untung cuma dongeng ya, bu. Ngeri banget kalau itu jadi kenyataan. Cerita kalau diawali dari ‘katanya’ memang belum tentu kebenerannya bu, pasti itu cerita turun-temurun ya, bu.”


“Iya, Pak... tapi yang bilang ‘katanya’ itu pengawas sekolah, Pak. Ini bukan lagi dongeng, Pak tapi legenda. Kayak cerita beberapa tahun yang lalu yang benar-benar terjadi, udah kayak sejarah lah.. tapi namanya sejarah bisa saja terulang loh, Pak. Nah, kebetulan... terulangnya sekarang... jadi minta tolong dibetulkan lagi formatnya, ya Pak.”


Saya langsung bengong... dalam hati, “Ya Allah~~~ kenapa ini ngerjain surat keterangan lulus aja mesti remidi tiga kali, Ya Allah~~~~”

Selasa, Juni 01, 2021

Buku Diary Teacher Keder Udah Terbit~

Juni 01, 2021

Akhirnya~~~ buku yang selama ini saya nanti-nantikan selesai cetak juga. Itu artinya, buku terbaru saya Diary Teacher Keder siap terbit dan siap buat diorder.


Judul buku ini sama seperti tagline blog ini. Pas banget sama branding blog saya yang sering ngomongin pengalaman saya sebagai guru SD yang lebih banyak kedernya. Buat yang belum tahu, keder itu artinya semacam bingung.


Saya jadi nggak perlu nambah beban buat berpikir keras mikir judul yang tepat karena dari awal editor sudah sreg sama judul ini. Saya juga sempet nawarin apa perlu ditambah sub judul lagi semacam : Catatan Nista Guru SD Gagal Gaul atau yang lainnya.. tapi itu nggak perlu.


Untuk blurb di buku ini juga saya sempat memberikan usulan, tapi ternyata sudah dipilihin sama editor dan alhamdulillah.. pas saya dikasih tahu, ternyata memang cocok banget.


Begini blurb-nya:


Saya sama sekali belum tahu lokasi SD saya mengajar, bahkan tepat di hari pertama kerja. Saya cuma dikasih ancer-ancer sama kakak saya dan saya cuma manggut-manggut sok paham padahal nggak ada yang bisa saya pahami.

Mengingat hari yang sudah semakin siang dan saya harus segera menemukan sekolahnya, akhirnya saya bertanya pada orang di pinggir jalan, “Permisi, Pak. Mau tanya kalau SD 4 Penggarit di mana ya? Katanya lokasinya di sebelah balai desa Penggarit.”

“Oh balai desa Penggarit. Masnya lurus aja terus. Pokoknya teruuuuus...”

“Lurus saja berarti ya, Pak? Nanti ketemu sekolahnya?”

“Iya lurus terus, nah kira-kira kalau sudah mulai putus asa, Masnya berhenti terus dicek hapenya.”

“Lah kok jadi ngecek hape, Pak?”

“Iya, dicek hapenya. Kalau hapenya sudah nggak ada sinyal berarti lokasinya sudah dekat, pasti nanti ketemu.”

 

💬💬💬



Diary Teacher Keder ini adalah buku keempat saya dan kali ini jodohnya sama penerbit Buku Mojok. Beneran sesuatu yang nggak disangka-sangka karena saya kira Buku Mojok ini fokus nerbitin buku yang lebih berbau sastra dan memang nggak ngambil pasar genre buku komedi, kecuali bukunya Agus Mulyadi. Apalagi sampai genre komedi personal literatur dari penulis yang nggak populer sama sekali.


Ya.. siapa juga yang mau baca pengalaman dari orang yang biasa saja dan nggak terkenal. Apa istimewanya? Tapi alhamdulillah.. sesuai dengan slogan Buku Mojok sebagai penerbit yang baik, ternyata Buku Mojok mau memberi kesempatan saya buat nerbitin buku disitu. Memang beneran penerbit yang baik, kan~


Seperti judulnya, Diary Teacher Keder ini bakal nyeritain tentang pengalaman saya yang unik atau mungkin konyol sebagai guru SD. Format penulisannya juga nggak berbeda jauh seperti yang saya tulis di blog. Bedanya yang di buku ini tentu saja bakalan lebih rapi dan minim typo karena sudah dipoles dengan anggun sama editor.


Nantinya ada 23 bab dalam buku ini yang nyeritain bagaimana saya memutuskan jadi guru SD wiyata bhakti yang digaji seikhlasnya, kisah-kisah ajaib dengan anak-anak yang pernah saya temui, sampai akhirnya saya ‘harus’ hijrah ke sebuah SDIT dan ternyata juga masih saja ada pengalaman absurd saya di sebuah SDIT ini.


Buku ini bergenre personal literatur, yang artinya hampir semua yang saya tulis adalah pengalaman asli saya sendiri, ya... tapi tentu saja nggak seratus persen semuanya beneran nyata. Ada drama-drama yang saya selipkan biar ceritanya lebih menyenangkan buat dibaca. Buku ini saya tulis dengan sentuhan komedi, tapi hal itu kembali lagi ke pembaca apakah buku yang saya tulis ini lucu apa nggak? Setidaknya kalaupun tulisan saya ternyata nggak lucu-lucu banget atau nggak lucu sama sekali, setidaknya semoga tulisan saya masih layak dinikmati.


Kalau dibandingkan dengan buku-buku saya sebelumnya, buku ini tentu akan berbeda karena ini pertama kalinya di buku saya nggak lagi memakai ‘gue’ untuk kata ganti orang pertama tapi dengan ‘saya’.



Nah... kalau buku ini sepertinya lumayan bikin penasaran, kalian bisa mulai order di beberapa marketplace online yang sudah ready di bawah ini.


Kalau mau yang ada edisi tanda tangannya (halah) atau yang nggak pake TTD aja, kalian bisa order di bawah ini:


👉 SHOPEE 📌 BELI BUKU DIARY TEACHER KEDER 

👉 BUKALAPAK 📌 BELI BUKU DIARY TEACHER KEDER 

👉 TOKOPEDIA 📌 BELI BUKU DIARY TEACHER KEDER


Atau kalian bisa juga cari online store yang lokasinya paling dekat dengan kota kamu, cukup dengan ketikkan ‘Diary Teacher Keder’ di kolom pencarian lalu klik search.


***


Udah segitu aja, makasiiiiih~

Selasa, Mei 25, 2021

Review Boneka Sandya - Kisah Cowok yang Dititipin Boneka, tapi Bonekanya Serem

Mei 25, 2021

Sepertinya udah lumayan lama saya nggak nulis di blog ini. Ya.. bukan karena kesibukan sih, tapi kayaknya emang lagi nggak mood aja buat ngeblog. Padahal kehidupan sehari-hari saya juga diisi dengan hal-hal yang nggak berguna, seharian megang HP cuma buat scroll timeline sosial media, buka aplikasi, pindah ke aplikasi lain, buka lagi, pindah lagi. Kayak gitu seterusnya.


Btw, kali ini saya mau ngomongin buku yang baru beberapa hari lalu saya beli di Gramedia Rita Mall, Tegal... dan tanpa diskon.


Ya.. setelah muter-muter hampir setengah jam kira-kira mau beli buku yang mana, akhirnya saya mantap juga buat beli buku Boneka Sandya karya Eve Shi ini. Jujur saya, udah sempet pengen beli buku ini sebulan yang lalu, tapi entah kenapa akhirnya saya lebih memilih novel horror Anjana buat dibawa pulang.


Boneka Sandya ini karena dari blurb-nya kelihatan bagus, penulisnya juga udah teruji beberapa kali nulis novel horror. Walaupun ya... saya nggak terlalu puas sama novel Eve Shi yang ‘Unforgiven’ dan ‘Lost’ karena terlalu ‘remaja’ banget. Boneka Sandya ini kayaknya bagus karena settingnya bukan anak sekolahan. Oh iya, pertimbangan yang paling penting juga harganya lumayan terjangkau, 60 ribu rupiah. Harga yang wajar dan nggak nyesek-nyesek amat dibayar tanpa diskon.


Nah, berikut data buku tentang Boneka Sandya ini:


Penulis : Eve Shi
Penerbit : Elex Media Komputindo
ISBN : 9786230007828
Ukuran : 19,5 x 12,5 cm
Tebal : 224 Halaman
Soft Cover
Harga : 60.000

##

BLURB:

Maukah kamu mendengar kisah tentang boneka-boneka hidup?

Aku tinggal bersama mereka sejak kecil. Ada yang senang berbuat iseng, dan ada yang menolongku. Ada pula yang pernah membunuh manusia. Aku menjalani hidupku dengan wajar, bersekolah dan bekerja. Sampai akhirnya aku harus mengurus boneka-boneka itu seorang diri.
Lalu, jika mereka tak suka padaku dan menyerangku, sanggupkah aku melawan?

 

 ⧭⧭


Buku ini menceritakan tentang seorang anak berusia delapan tahun bernama Aris. Karena sejak kecil Aris sering sakit-sakitan, seperti umumnya orang jawa, bapaknya pun berinisiatif mengganti nama anaknya dengan harapan anaknya jadi lebih sehat dan nggak sakit-sakitan. Bapak mengganti nama Aris menjadi Sandya.


Bapak Aris kerja sebagai kuli di proyek jalan tol dan pulangnya jam tujuh malam. Sementara ibunya sudah lima tahun pergi jadi TKI dan nggak ada kabar. Warga desa menduga ibunya ditelantarkan oleh pihak yang membawanya sehingga sampai sekarang nggak jelas ada dimana keberadaannya.


Sandya hidup di rumah bangunan kayu bersama bapaknya. Hidup dengan ala kadarnya, bapak pulang kerja jam tujuh malam. Bapak memberi uang untuk hidup sehari-hari dengan pas-pasan, Sandya memijit badan bapak yang pegal dan besoknya bapak kerja lagi, begitu seterusnya.


Sampai suatu hari, Mama datang ke rumah Sandya saat Sandya sedang termangu di dekat mayat. Mayat itu adalah orang yang membunuh bapak Sandya karena menagih hutang. Bapak Sandya memang terlilit hutang karena Bapak sering bermain judi di rumah Kartolo berharap bapak bisa menang dan dapat uang yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sayangnya, bapak lebih sering kalah. Jadi bapak lebih banyak berhutang.


Mayat tadi bisa ada di rumah Sandya, karena orang ini melihat Sandya memergoki orang ini membunuh bapaknya di sebuah perkebunan. Ketika orang ini mau menghabisi Sandya di rumahnya, ternyata Sandya lebih cekatan dan berhasil membunuh orang ini lebih dulu.


Sementara itu, orang yang disebut Mama, tanpa diduga, berniat melindungi Sandya agar tidak ditangkap polisi dan menyusun skenario agar kematian orang ini dicap bunuh diri. Selanjutnya Mama berniat mengadopsi Sandya yang sekarang sudah menjadi sebatang kara.


Profesi Mama adalah penjual boneka. Hal yang wajar ketika Sandya melihat ada banyak boneka di rumah Mama. Dan tentu saja, beberapa boneka di rumah ini bukanlah boneka biasa. Tapi boneka yang usil, bisa ketawa bahkan ada yang bisa mencelakai orang.


Mama mengadopsi Sandya dengan tujuan agar Sandya kelak membantu mengurus boneka Mama. Maka dari itu, Sandya akan disekolahkan dengan layak sampai kuliah dan kerja, sampai akhirnya Sandya harus menerima tugas untuk menjaga boneka yang ada di dalam rak lemari, yang nggak boleh dibuka sembarangan.


Selama proses menuju dewasa, Sandya mengetahui dari Mama sendiri kalau boneka yang Mama jual bukanlah boneka biasa, tapi boneka yang bisa mencelakai orang. Sandya juga tahu resiko yang harus ia terima kelak, ketika tugas sebagai penjaga boneka harus dilakukannya. Resiko yang sangat berat dan kalian bisa tahu kalau baca sendiri bukunya.


Sandya akhirnya lulus kuliah dan kerja di Jakarta sebagai editor. Sandya mengontrak sebuah rumah dan saat itu tugas menjaga boneka juga sudah diterimanya. Sementara Mama, pergi jauh entah kemana karena harus mengejar boneka lain yang jahat dan usil.


Di tempat kerja, Sandya sebelahan sama cewek bernama Renata, rekan kerjanya, yang pada akhirnya bikin Sandya pengen bilang sayang tapi galau karena Sandya tahu kalau dia sedang bersiap menerima resiko besar karena menjadi penjaga boneka Mama.


Nantinya, Sandya akan bertemu dengan Bu Dewi yang kepo banget pengen tahu keberadaan Mama karena dulu Mama dituduh telah berbuat sesuatu yang buruk kepada kakaknya. Bu Dewi semacam ingin balas dendam. Dan ternyata disinilah letak konlik sebenarnya. Sandya dan Bu Dewi.


🔖🔖


Saya kira buku ini akan lebih banyak bercerita bagaimana Sandya berhadapan dengan keusilan atau kejahatan para boneka dari Mama. Tapi ternyata, konflik utamanya Sandya harus berhadapan dengan Bu Dewi dan orang-orang suruhannya yang pengen memata-matai Sandya dan balas dendam.


Kalau dibilang serem, buku ini menurut saya sih nggak serem. Tapi lebih ke bikin deg-degan dan cukup menegangkan. Waktu peti mati boneka di rumah Sandya tiba-tiba udah terbuka, waktu rumah Sandya seperti ada yang mengawasi, dan beberapa kejadian lainnya. Buku ini juga berhasil membuat saya tetap fokus membaca sampai selesai, maksudnya nggak bikin saya kelamaan nunda-nunda bacanya sampai berhari-hari. Saya menikmati membaca buku ini, sama sekali nggak jadi beban buat menyelesaikan membacanya.


Secara keseluruhan sih intinya buku ini bercerita tentang boneka yang punya kekuatan bisa mencelakai manusia dan Sandya harus memastikan kalau boneka ini nggak sampai bebas berkeliaran.


Jadi, apakah buku ini recommended?


Kalau buat saya sih, iya. Buku ini cocok buat kalian yang suka baca horror tapi nggak pengen yang serem-serem banget. Saya juga nggak sampai nyesel beli buku ini dengan harga normal tanpa diskon. 😁


About Us

DiaryTeacher Keder

Blog personal Edot Herjunot yang menceritakan keresahannya sebagai guru SD. Mulai dari cerita ajaib, absurd sampai yang biasa-biasa saja. Sesekali juga suka nulis hal yang nggak penting.




Random

randomposts