Show 4 Besar SUCI IX Kompas TV - Ngomongin Keluarga dan Saling Roasting
SUCI IX sudah memasuki babak
empat besar. Empat komika yang tersisa bakalan tampil dua kali dengan bawain
materi keluarga dan saling roasting antar peserta.
Rigen kembali hadir sebagai MC menggantikan Uus yang kalau nggak salah, katanya lagi sakit. Untuk juri tamunya ada Kiky Saputri yang khas sebagai tukang roasting dan Marshel Widianto yang ngakunya komika industri.
Babak empat besar, selain harus
menyiapkan materi yang paling memancing tawa, salah satu hal yang juga harus
dipersiapkan dari mereka adalah mental. Ya, hanya beberapa langkah menjelang
grandfinal mental para komika juga diuji banget. Sekali nggak tenang, ngomong
belibet, alamat peluang besar buat close mic bagi mereka.
Show 4 besar ini diisi penuh
dengan kegugupan, masing-masing komika tampil di bawah standar mereka. Dibuka
oleh Ali Akbar ngomongin keluarganya yang pasti sedih kalau Ali ikut SUCI ini nantinya
gagal jadi juara. Pas pulang bukannya mobil yang dibawa tapi malah tempe, lauk
dari nasi kotak. Penampilan Ali memang lucu, tapi kata Radit ini penurunan
kualitas punchiline dibanding penampilan sebelumnya.
Selanjutnya Rio, yang punya istri
manajer dan istrinya malu punya suami satpam, makanya kalau istrinya ada yang tanya
suaminya kerja apa, Si Rini, istri Rio cuma bisa jawab kerja di bank. Ditanya
di bagian apa, jawabnya ‘ya... ada.. lah...’
Kalau kata Pandji, Penampilan Rio
malam ini bagus banget, rapi dan mainin emosinya pas. Meskipun pas ngomongin
gaji satpam delivery-nya masih bisa lebih bagus kalau ada jedanya.
Lalu ada penampilan dari Egi Haw.
Ngomongin keresahannya rumah keluarganya yang rusak tapi suka salah prioritas.
Kayak minggu kemarin, genteng rumahnya bocor, ibunya malah pasang wifi. Terus
yang terbaru, gagang pintunya di rumah rusak, pas dikasih duit sama Egi bukannya
buat benerin gagang pintu malah dipakai buat beli kompor.
Penampilan Egi sebenernya lucu
banget. Juri dan MC juga banyak ketawanya, sayangnya... di akhir penampilannya,
Egi sempat belibet banget yang akhirnya harus closing dengan terburu-buru. Kalau
kata Raditya Dika, premis materinya Egi sebenernya bagus banget dan sangat ‘dekat’
sama Egi, sayangnya Egi membawakannya seperti di jalan yang sangat rusak.
Kemudian yang terakhir di
penampilan pertama ada Ate, yang ngerasa SUCI IX ini sudah kayak keluarga
banget. Tapi SUCI IX ini kayak nggak nganggep Ate sebagai keluarga. Karena Ate nggak pernah keliatan di IG SUCI. Saking keselnya Ate, postingan StandUp
Kompas nggak di love.
Kalau menurut Cing Abdel, Semua
penampilan para komika bagus-bagus aja. Cuma masalah yang disorot di
belibet-belibetnya.
Di sesi roasting masing-masing
komika mencoba memperbaiki penampilannya yang kurang maksimal di penampilan
yang pertama. Hasilnya, ada yang penampilannya lebih bagus, juga ada yang
penampilannya justru lebih jelek dibanding penampilan pertama.
Saya sampai bingung menebak-nebak
kira-kira siapa yang bakalan close mic karena masing-masing komika kalau
dilihat-lihat penampilannya sama-sama punya kekurangan, nggak ada yang
benar-benar bagus di dua penampilan.
Saya bahkan sempat kaget ketika
nama Egi Haw yang disebut harus close mic. Karena memang Egi Haw sebenarnya
nggak jelek penampilannya. Tapi setelah saya melihat ulang penampilan Egi Haw di
Youtube, ternyata memang wajar karena di penampilan pertama Egi Haw banyak
belibetnya, dan closingnya juga dipaksakan.
Menurut saya show 4 besar kemarin
masih kalah pecah dibanding show 10 dan 5 besar. Nggak ada yang bikin juri
ketawa nggak berhenti-berhenti sampai mukul-mukul meja atau bangkit dari kursi.
Tapi tetap saja ini menjadi tontonan yang sangat menghibur, apalagi ditambah
dengan celetukan Rigen yang kocak banget sebagai MC.
Pada postingan kali ini, saya mau
memberi perhatian khusus sama Rio Dumatubun yang sukses masuk ke tiga besar. Begini
pendapat saya tentang Rio:
Rio
Dumatubun, saya nggak kepikiran kalau komika yang satu ini bakal ada sampai di
empat besar. Melihat perform Rio dari show ke show, saya ngeliatnya kalau komika
ini lucu banget enggak, garing banget juga enggak. Ya.. tinggal tunggu giliran aja
buat close mic lah.
Kenyataannya,
Rio berhasil sampai di empat besar tanpa beban juara dari para netizen.
Penampilan Rio makin kesini, makin pecah. Padahal untuk urusan mental kompetisi,
Rio belum teruji karena di empat besar cuma Rio yang belum pernah mencicipi kompetisi
Stand Up di TV sebelah.
Pada show empat besar kemarin. Rio,
bawain materi keluarga nyeritain tentang istrinya, Sari, yang profesinya
manajer dan istrinya malu punya suami satpam seperti Rio, makanya kalau istrinya
ada yang tanya suaminya kerja apa, Si Sari, cuma bisa jawab kerja di bank. Ditanya
di bagian apa, jawabnya ‘ya... adaaa.. lah...’
Rio menutup penampilannya dengan closing yang sangat keren, begini bit-nya, “Gua lima belas tahun bantuin orang nabung, ngasih tahu orang caranya nabung, gua sendiri nggak tahu punya tabungan, bang.... bang~~~”
Komika lain bilang, kalau Rio ini
bisanya cuma marah-marah. Kalau nggak marah-marah, nggak lucu. Tapi menurut
saya, Rio adalah komika yang personanya paling jelas dibanding finalis lainnya.
Di setiap show, Rio selalu bisa menghubungkan tema materi dengan keresahannya
sebagai satpam.
Mungkin Rio memang jadi kejutan
setelah tanpa diduga bisa sampai di tiga besar, selangkah lagi masuk grand
final. Tapi saya rasa, Rio memang pantas buat dapatin ini semua karena mental
Rio dalam kompetisi udah terbentuk meskipun belum pernah ikutan kompetisi TV
sebelah.
Saya sih berharap Rio bisa sampai grand final, terserah mau lawan Ate atau Ali Akbar. Yang jelas penampilan Rio dengan persona satpamnya, bikin saya ketagihan setiap minggunya dan saya selalu bela-belain nonton tiap Jum’at malem. Tentu saja sambil ditemani segelas Top Cappuccino yang rasanya eennnaaawwk~~