Jumat, Mei 16, 2014

Postingan yang Agak Menye-Menye

Mei 16, 2014

Sebelum gue memulai lebih jauh untuk bercerita dalam tulisan ini. Ada beberapa hal yang mesti gue sampaikan pada kalian. Yang pertama, gue sebenernya masih bingung buat nentuin judul postingan ini. Yang kedua, tulisan ini mungkin akan terkesan menye-menye. Yang ketiga, tulisan ini mungkin akan terkesan lebih panjang dari biasanya. Yang keempat, mungkin kalian tidak akan terlalu paham dengan nama-nama temen yang gue sebutkan. Yang kelima, dzikir malam perpanjanglah.

Hari Sabtu, 10 Mei yang lalu gue sengaja main ke Semarang setelah sekian lama gue gak berkunjung kesana, ya... padahal sih baru seminggu yang lalu juga gue main. Jadi, tujuan gue ke Semarang selain karena ada urusan yang harus diselesein, gue emang ada janji sama seseorang juga. 

Rutinitas gue ke Semarang emang enggak semudah ngajak balikan mantan pakai iming-iming dengan janji beliin pembalut tiap bulan, gue harus mengalami fase lobi-lobi tingkat tinggi yang bikin hati lelah karena gue harus membujuk temen-temen penyiar radio yang berhati lemah lembut untuk rela menggantikan jadwal siaran gue di hari Sabtu. Dan sepertinya di hari Sabtu itu gue yakin kalau pendengar setia radio di kota gue bakalan berpesta pora karena ditinggalin gue, yah... setidaknya telinga mereka bakalan aman, dan mendadak berhenti mengeluarkan nanah dari telinga karena libur ngedengerin suara gue yang cempreng-cempreng hina.

Gue sendiri dateng ke Semarang gak perlu kuatir harus tidur di mana--karena temen-temen seangkatan gue udah ada yang ngajar jadi guru SD di kota Semarang, mereka telah mengontrak sebuah rumah. Hingga akhirnya, takdir menuliskan rumah itu akan sering dimanfaatkan sebagai tempat menginap bagi temen-temen yang kebetulan main ke Semarang. Hal ini berlaku juga untuk temen yang udah enggak ngekos lagi karena hanya tinggal nyelesein skripsinya yang (masih aja) belum kelar.

Temen-temen gue ini temen yang biasa-biasa aja, bernafasnya aja masih pakai hidung, bukan insang. Namanya Adhy (ini cowok yang benci tahu gimbal yang gue ceritain di buku cancut marut), Nova dan Slamet. Mereka bertiga secara brilian telah mengontrak sebuah rumah yang cukup lumayan buat dijadikan tempat persinggahan kalau ada temen yang main ke Semarang.

Kehadiran gue di Semarang kali ini agak berbeda, karena ternyata banyak perubahan yang telah terjadi diantara temen-temen gue. Hari itu banyak cerita yang gue dengar dari mereka. 

Saat gue main kemarin, kebetulan juga waktu itu di kontrakan ada temen gue lainnya yang ikutan numpang, Pandik dan Anjang. Sementara itu, Firdaus, telah nikmat hidup di kosnya sendiri dan Ganggo gak bisa hadir, karena pulang kampung setelah ngurusin pemberkasan wisudanya. 

Gue dan mereka semua dulunya adalah aktivis mahasiswa. Kami mengawali langkah di dunia aktivis dengan mantap di himpunan mahasiswa jurusan PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) dengan Nova sebagai ketua hima, dan mengakhiri karir organisasi kampus bersama-sama di BEM INSTITUT, ini sama kayak BEM UNIVERSITAS levelnya, dengan Nova sebagai presiden BEM.

 
Yap.. kami dulu adalah aktivis yang tangguh. Walaupun mungkin, mereka-mereka aja yang tangguh, guenya enggak.

Hari Sabtu kemarin adalah pertemuan kami yang kesekian kalinya dengan keadaan yang berbeda setelah bukan lagi bergelar mahasiswa. Setelah sebelumnya kami sempat mengadakan kemah gaje di daerah Nglimut, Kendal. 


Waktu itu memang kebetulan ada libur yang cukup panjang, jadi kami bisa berkumpul di Semarang untuk bernostalgia dan membahas isu politik yang terjadi saat pencoblosan kemarin, “Dulu kita pernah satu partai, tapi sekarang kita telah berbeda partai dengan keyakinan dan pemikiran masing-masing”, itu adalah kalimat yang pernah diucapkan Adhy disela-sela acara kemah waktu itu. Kalau dulu saat jadi mahasiswa kami bangga dengan Partai Semesta Demokrasi yang merupakan singkatan dari PSD, di mana PSD telah menjadi partai besar di kampus yang juga mengantarkan Nova menjadi presiden BEM, sekarang kami tidak lagi sama. Pada pemilu 2014 kali ini kami jadi sering berdiskusi dan berdebat dengan mempertahankan ‘kehebatan’ partai masing-masing. Ada yang pro dengan Gerindra, pro dengan PDI P dan juga ada yang pro dengan golputnya. Gue sendiri malah pro sama Farhat Abbas yang enggak punya partai. 

Gaya berdiskusi kami memang santai tapi kadang juga jadi memanas. Gak jarang kami beradu argumen, hingga berdebat cukup sengit. Tapi walau bagaimanapun, pada akhirnya kami pun akan kembali cepat akrab lagi ketika semuanya sudah berakhir.


          ***
Ketidaksengajaan gue bertemu Anjang yang berasal dari Tegal di Semarang kemarin ternyata telah memberikan cerita tersendiri bagi gue dan mungkin temen-temen lain. 

Awalnya pagi itu, dihari Sabtu. Pandik yang juga menumpang tidur di kontrakan Nova dkk., udah berpenampilan rapi dengan mengenakan kemeja putih, celana kain hitam dan sepatu pantovel yang mengkilap. Eits.. Pandik bukan mau praktek ngajar di sekolah yang biasa disebut PPL, Pandik juga bukan mau bimbingan skripsi karena memang Pandik bukan lagi mahasiswa. Hari itu, Pandik mendapat kesempatan untuk tes micro teaching di SD swasta kota Semarang. 

Setelah berulang kali gagal dalam melamar pekerjaan dimanapun, Pandik akhirnya mendapat kesempatan emas untuk benar-benar mendapatkan pekerjaan yang diharapkannya, jadi guru yang manusiawi. Sebelumnya Pandik memang telah berkali-kali gagal, Pandik dua kali menghadiri bursa  kerja dan memasukkan puluhan lamaran pekerjaan ke berbagai perusahaan. Mulai dari tes wawancara sampai penolakan kerja semuanya pernah Pandik rasakan. Itulah sebabnya sampai bulan Mei berlalu Pandik masih terus sibuk mencari pekerjaan. 

Dan hari itu, akhirnya selangkah lagi Pandik akan menjadi guru di SD swasta yang gajinya jauh lebih manusiawi dibandingkan dengan jadi guru SD negeri.

Kemudian, hari itu juga gue mendapat kabar yang lebih membahagiakan lagi. Shasya, cewek gue, juga akhirnya diterima kerja di SD John Wesley Semarang. Iya, nama sekolahnya emang keren banget. Beda kalau namanya jadi SD Johni Iskandar, itu mungkin SD-nya singkatan dari sekolah dangdut. Shasya pun sekarang udah diterima jadi guru dengan gaji yang sangat-sangat lumayan. Gue aja sempet ngiler dengernya.

Siangnya, Anjang membahas persiapan untuk malam minggu, karena rencananya Anjang mau mentraktir makan-makan! Dan tempatnya juga diserahkan kepada kami, gue sendiri jadi penasaran sebenernya ada momen apa kok tiba-tiba Anjang mau nraktir anak-anak dengan tempat yang tidak ditentukan oleh Anjang. Asli, ini bener-bener cara mentraktir yang elegan. Gue salut...

Anjang hanya menjelaskan, “Setiap orang punya jatah keajaiban masing-masing dalam hidupnya, dan kali ini giliran gue. Jadi gue pengin nraktir kalian, semacam acara syukuran gitu.”

“Emang keajaiban lo gimana Njang? Bisnis lo sukses ya? Apa lo habis menang tender sesuatu? Atau jangan-jangan elo baru aja dapet kapal pesiar sehabis ikut MLM lima bulan terakhir?”

Anjang hanya tersenyum, tidak tampak unyu, “Keajaiban ini sama kayak lo dulu, waktu lo hanya butuh satu kali bimbingan skripsi untuk dapet acc dari Prof., sampai-sampai semuanya berteriak gak percaya, dan kali ini giliran gue yang ngerasain kejaiban itu.”

Gue bener-bener penasaran, karena Anjang menyetarakan keajaibannya dengan keajaiban yang gue rasakan waktu masih skripsi dulu.

Dan keajaiban yang Anjang simpan itu akhirnya terungkap saat malamnya, gue, Nova, Adhy dan Anjang makan-makan di daerah Pleburan Undip Semarang.

Diawali dari pembukaan yang disampaikan oleh Adhy mewakili Anjang, “Jadi begini teman-teman.. tujuan Anjang mentraktir kita malam ini, niatnya untuk mengadakan syukuran karena akhirnya teman kita Amaluzon Anjang Taufan telah diterima... jadi... PNS di kota Surabaya.”

DEG! Gue pun terperangah...

Memang masih susah buat percaya. Karena memang euforia CPNS telah berlalu jauh-jauh hari. Dan memang kabar terakhirnya Anjang enggak lolos tes CPNS waktu itu. 

Setelah Adhy menjelaskan lebih jauh lagi masalah diterimanya Anjang jadi CPNS, Anjang melanjutkan, “Iya... jadi gini, gue diterima CPNS karena ada 20 orang yang ternyata mengundurkan diri, kemarin gue sempet ditelfon dari BKD, lalu...” Anjang menceritakan bagaimana low responnya dia waktu pertama kali ditelfon karena masih mengira itu adalah tindak penipuan, sampai akhirnya Anjang melihat sendiri namanya tertera di website resmi BKD Surabaya (itu kalau gak salah) kemudian beberapa hari kemudian Anjang segera berangkat ke Surabaya untuk pemberkasan dan mampir ke Semarang untuk malam ini, mentraktir teman-teman makan.

 Adhy, Anjang, Edotz, Ganggo, Nova, Pandik, Slamet
 Lihatlah dengan seksama, mereka enggak ada yang ganteng, itulah satu-satunya alasan kenapa gue mau berteman sama mereka.

Mungkin hal yang patut disayangkan adalah karena temen-temen lain banyak yang gak bisa hadir karena faktor malam minggu, dan juga ada yang gak di Semarang. Lia Oplow, temen cewek yang biasanya setia ikutan nongkrong juga kebetulan lagi di Purwodadi pulang ke rumahnya.

Malam itu, kami ngomongin banyak hal, tentang jalan hidup yang ajaib dari Anjang. Tentang keyakinannya untuk menikah setelah lebaran nanti disaat pekerjaan saja waktu itu belum jelas. Dan dari kemantapannya itu, Anjang mendapatkan jawaban dari keyakinan hatinya melalui jalannya yang ajaib itu. Udah divonis enggak lolos CPNS, tiba-tiba saja Anjang dapet kabar yang mengejutkan. Keren.. baru satu kali tes CPNS langsung masuk, itu artinya Anjang gak perlu ngerasain pedihnya jadi ‘guru bantu’ yang perbulan gajinya kalah jauh sama karyawan toko, bahkan penjual pulsa keliling sekalipun. 

Sambil berebutan ngemil french fries karena mental anak kos yang masih belum sepenuhnya padam. Kami bercerita tentang masa depan, kalau suatu saat nanti kami sudah hidup dengan jalannya masing-masing, sudah memiliki kesibukan sendiri-sendiri. Pastikan minimal setahun sekali ada waktu bagi kami untuk bisa kumpul bareng sekedar bernostalgia dengan ‘kesombongan’ di masa kuliah yang indah. 

Ya... beberapa tahun ke depan, gue berharap semuanya akan menjadi seperti yang gue harapkan. Semuanya, gue, pacar dan temen-temen bisa sukses. Walaupun tantangan yang ada di depan sepertinya akan menjadi begitu sulit. Tapi kami harus yakin bisa melewati itu semua, seperti yang telah dicontohkan Anjang. 

Setiap orang punya jalan suksesnya masing-masing. Dan tugas kita adalah menemukan jalan sukses itu. Nova, mantan presiden BEM, yang masih setengah-setengah tertarik dengan CPNS, dan mempunyai target 2019 bakalan maju jadi caleg. Adhy, guru SD yang nyasar jadi guru olahraga di SD swasta, berkat skill lain yang dimiliki. Pandik dan Firdaus, yang sepertinya akan menjadi guru SD di sekolah yang sama dengan gaji yang manusiawi. Slamet yang jago bikin PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan upah yang wow dan bentar lagi mau lanjut S2. Ganggo yang lebih milih fokus buat bermusik, Lia Oplow yang punya rencana ngelanjutin S2 dan selalu semangat kerja dengan job ngelesinnya yang kadang sampe malem. Mereka udah punya kesibukan masing-masing sambil tetap mencoba peruntungan di CPNS nantinya. Iya, mereka semua adalah temen-temen gue yang keren meskipun tidak terlihat gaul.

Dan gue sendiri semakin yakin bahwa jalan hidup gue ada di menulis. Gue harus membuktikan hal itu agar suatu saat nanti, saat waktunya untuk berkumpul bareng setelah bertahun-tahun kemudian.  Gue juga bisa sukses dengan jalan yang gue pilih. Jadi penulis. Entah itu penulis buku atau penulis papan tulis.

Selain usaha yang maksimal, keyakinan juga perlu. Karena kita tidak akan pernah tahu, kapan kita akan menemukan sentuhan keajaiban yang mengubah hidup kita.

Rabu, Mei 07, 2014

Tutorial Mengupil yang Baik dan Benar

Mei 07, 2014
Semua orang suka mengupil, walaupun mengupil merupakan perbuatan yang hina dan memalukan kalau dilakukan di depan umum apalagi di depan mantan yang lagi jalan sama pacar barunya, tapi memang harus diakui mengupil adalah kebutuhan bagi setiap insan manusia. Rasanya belum lengkap jadi manusia seutuhnya kalau lubang hidung belum pernah ngerasain digrepe-grepe sama jari tangan.

Untuk menutupi kehinaan setiap insan manusia akan kebutuhannya dalam mengupil, biasanya mereka melakukannya secara diam-diam. Mereka tidak mau terlihat hina oleh orang lain yang sebenernya juga suka ngupil diam-diam. Atau mungkin alasan lain dibalik perilaku diam-diamnya dalam mengupil mungkin karena orang itu enggak pede upilnya kecil-kecil, enggak menggairahkan kalau dilihat.


Semua orang suka mengupil. Yap.. tapi tidak setiap orang tahu cara melakukan ritual mengupil dengan baik dan benar. Mereka cenderung melakukannya secara sembarangan, padahal hidung adalah salah satu harta yang paling berharga selain keluarga.

Mengupil dengan cara yang baik dan benar maka akan menghasilkan kualitas upil yang bagus dan juga melimpah. Nah, untuk kepentingan tersebut sebagai lelaki dengan lingkar hidung yang tidak seimbang gue mencoba untuk memberikan sedikit tutorial mengupil yang baik dan benar agar kalian semua tidak menjadi seperti gue yang harus menerima takdir untuk menjalani sisa hidup dengan lingkar hidung yang tidak seimbang, ini benar-benar menjadi masalah serius karena nafas jadi boros. Padahal dulu waktu masih SD, gue masih inget banget kalau guru mata pelajaran PKn mengajarkan kita untuk hidup hemat. 

Langsung aja deh, gue kasih tutorialnya buat kalian biar bisa mengupil dengan lebih baik dan elegan lagi, nih...
  
Pilih jari yang paling berotot
Memilih jari yang tepat adalah langkah awal yang akan menentukan kesuksesan proses mengupil untuk ke depannya. Jadi dalam memilih jari tangan untuk mengupil, memang itu tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Kalau saran dari gue sendiri sih, hindari penggunaan jempol atau ibu jari. Selain terlihat melawan takdir, ukuran ibu jari juga tidak terlalu proporsional untuk dimasukkan ke dalam lubang hidung. Nah, sekarang kalian punya pilihan empat jari yang bisa digunakan untuk mengupil, kemudian pilihlah jari yang paling berotot, hal ini dimaksudkan agar jari tidak mudah lelah ketika menari-menari di dalam lubang hidung.


Lakukan pemanasan secukupnya
Jari yang berotot kekar tidak akan banyak membantu dalam proses mengupil jika jari yang kamu pilih terlalu kaku, tidak lentur, dan tidak bercahaya. Sekalipun jari kamu terlihat lentik namun kekar, kamu juga perlu melakukan pemanasan untuk kemudahan dalam mengarungi bahtera gelapnya lubang hidung kamu. Pemanasan yang dilakukan untuk membuat jari menjadi lentur cukup mudah, tinggal gerak-gerakkan aja jari yang mau dipakai untuk mengupil selama kurang lebih lima menit. Untuk menambah suasana semakin ceria, gerakan pemanasan kalian bisa dilakukan sambil diiringi musik syahdu. Musik dari Maher Zein misalnya.

Kembang kempiskan hidung
Disadari atau tidak, hidung juga kadang mengalami momen-momen kekakuan dalam kondisi tertentu, mengembangkempiskan hidung termasuk tindakan yang dirasa perlu sebelum mengupil walaupun hal tersebut tidak pernah masuk dalam kurikulum di mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Tapi percayalah, tidak ada ruginya bagi kita untuk mengembangkempiskan hidung agar dinding-dinding hidung di bagian dalam bisa lebih ‘lentur’ saat menerima gesekan-gesekan dari jari yang telah dipliih.
  
Masukkan jari yang telah dipilih ke hidung
Sekarang saatnya melakukan serangan utama ke dalam lubang hidung. Jari berotot yang telah melakukan pemanasan serta hidung yang telah dikembangkempiskan selama beberapa saat. Hal tersebut adalah perpaduan yang sempurna, jari-jari yang berotot tidak akan kesulitan untuk memasuki lubang hidung yang dalemnya gak seberapa tapi tetap harus diraba-raba.
  
Rasakan dan putar perlahan
Setelah jari yang berotot berhasil mendarat dengan selamat di dalam lubang hidung, sekarang saatnya feel yang berbicara, jangan langsung bergerak. Tapi biasakan diri dulu jari kamu dengan lingkungan sekitar di dalam lubang hidung. Setelah jari mulai terbiasa, lakukan gerakan memutar perlahan untuk mendeteksi keberadaan upil bandel yang sering ngumpet dan nempel di bulu hidung. Usahakan gerakan memutar yang dilakukan tidak terlalu cepat, besaran gaya yang digunakan memang susah buat diukur tepatnya berapa, jadi biarkan hati nurani kalian yang bicara.
  
Goyang-goyang
Setelah proses mengelilingi dinding lubang hidung dan posisi jari kamu telah kembali ke posisi awal. Sekarang saatnya kamu menggoyang-goyangkan jari kamu dengan rileks. Cari dan terus cari gumpalan-gumpalan yang jari kamu rasakan. Semakin lentur goyangannya, semakin maksimal hasil yang didapat, dengan menggoyang-goyangkan jari kamu harapannya upil-upil yang membandel dan gak mau lepas dari dinding di dalam lubang hidung satu per satu bisa menyerah karena tidak kuat dengan sensasi goyangan dan gesekan dari jari yang kamu kerjakan.

Angkut
Proses finishing semakin dekat. Setelah target operasi telah ditemukan, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah mengangkut upil tersebut ke tempat yang lebih terang. Gue cuma bisa menghimbau kalau proses pengangkutan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati, jangan tergesa-gesa. Karena khawatirnya target operasi yang sudah berada dalam cengkeraman jari kekar kamu bisa sewaktu-waktu terlepas, bahkan ada yang lihai melarikan diri.
  
Peperin ke tempat favorit
Kalau upil yang kamu cari sudah didapatkan. Langkah terakhir adalah menempatkan upil tersebut di tempat yang tepat. Tempat yang tepat bagi setiap orang tentunya berbeda-beda, kalian bisa peperin di tembok, di bawah meja atau bahkan bisa dipeperin di mulut temen. Yang terakhir itu bisa dilakukan kalau orangnya tegaan, tapi kalau saran gue sih mending jangan dilakukan, soalnya Dewi Kwan Im yang welas asih pasti marah ngeliat tingkah usil kamu.

Nah.. kalau kamu pengin mengoleksi upil yang bentuknya beraneka ragam kamu bisa membuat tempat khusus untuk menempatkan upil-upil tersebut, di dalam dompet atau di dalam toples biskuit khong guan misalnya. Siapa tahu aja suatu saat upil yang kamu kumpulkan bisa setinggi Monas, bukankah itu mengagumkan?
 ***

Tutorial mengupil yang baik dan benar telah gue sampaikan dengan seksama. Harapannya dengan adanya tutorial ini, gue bisa membantu untuk meminimalisir korban yang akhir-akhir ini berjatuhan dengan kasus hidung berdarah karena kesodok jari sendiri atau jari tangan susah dikeluarkan dari dalam hidung karena kurangnya pemahaman dalam memilih jari-jari yang hendak digunakan untuk mengupil.

Semoga postingan ini bermanfaat, dan sekarang waktunya gue harus pamit karena gue mau masuk banker. Denger-denger acara dangdut academy udah mau mulai. Gue takut jadi stres dan lemah syahwat ngeliat tayangan super enggak penting itu. Bye...

                                                                            Salam empat jari, dua upil, satu hidung.

                                                                           

                                                                            Edotz Lelaki Cmungudh

Kamis, Mei 01, 2014

Semua Karena Pintu (Jangan Tusuk Aku dari Belakang)

Mei 01, 2014
Dulu.. waktu masih kuliah gue hidup bahagia berteman dengan sekumpulan lelaki yang tak pandai menjahit dan juga tak pandai mengenakan mukena, kami bermukim di sebuah bangunan yang dinamakan Tugiran Community. Bagi yang udah pernah baca buku gue Cancut Marut, kalian pasti tau apa itu Tugiran Community. Dan bagi yang belum tau, kalian harus tau.. jadi gue jelaskan sedikit, bahwa Tugiran Community adalah sebuah rumah singgah biasa tanpa keistimewaan apa-apa, hanya sepotong rumah yang ada pintunya, ada jendelanya, dan juga ada kotoran manusianya (beberapa saat kemudian lenyap disiram oleh pembuangnya) yang datang silih berganti.
Temen-temen gue namanya : Pandik, Surya, Ganggo, Fatur, unyil dan satunya lagi pensiun di tengah jalan, jadi mungkin gak usah disebutkan namanya. 

Kami hidup rukun, jadi tidak pernah ada yang mengeluh pegal-pegal di pantat sehabis bangun tidur, juga tidak ada yang mengeluh diameter teteknya berkurang beberapa centimeter. Kadang disaat salah satu dari kami sekarat karena pengaruh akhir bulan, seseorang lainnya rela memberikan kuah mie instannya untuk menyelamatkan temannya dari gejala busung lapar.

Melihat keharmonisan hubungan tersebut, sepertinya terlalu mustahil bagi gue dan teman-teman untuk mericuhkan hal-hal yang tidak perlu. Kami senantiasa bersama dan saling memaklumi, kami hidup bahagia layaknya keluarga cemara, hanya saja setiap hendak berangkat kuliah kami tidak pernah berpamitan sampai cium tangan segala kepada penghuni lainnya. 

Namun dari semua keindahan itu, ada satu hal yang sanggup mengusik kebersamaan kami, semua itu terjadi jika kami sudah berurusan dengan yang namanya... pintu.

Pintu sering menjadi persoalan pelik dalam biduk rumah tangga kami sebagai anak kontrakan yang tidak mempunyai ibu pendamping di dalam rumah, ego yang terlalu tinggi dalam diri sering menimbulkan prasangka dan rasa tidak pengertian yang dalam.

Kasus yang pertama, terjadi pada suatu pagi, Pandik, salah satu penghuni Tugiran Community yang berbadan gempal menyerupai kentang yang belum dikupas kulitnya sedang asik melakukan rutinitasnya di kamar mandi. Rutinitas yang gue maksud di sini bukan revisi skripsi tapi mandi. Dan gue enggak tau, rutinitas itu dikategorikan ke dalam mandi wajib atau mandi bebek. Entahlah...

Saat kamar mandi terjadi keheningan mendalam dan entah apa yang dilakukan Pandik di kamar mandi, tiba-tiba sontak terdengar ketukan meyakinkan dari Fatur, penghuni Tugiran Community lainnya.  “Dog... dog... dog...” Begitu bunyinya, memang tidak nyaring, tapi itu bukan bahasa inggrisnya anjing.

"Ndik! Cepetan mandinya! Gue ada kuliah jam 7 pagi! Lo ngapain aja di dalem sih!" Fatur mulai berdakwah dari luar kamar mandi.

Sementara itu tak ada jawaban dari dalam, entah apa yang terjadi.. kemungkinan pertama Pandik masih nanggung dengan aktivitasnya, dalam hal ini pun aktivitas yang dilakukan juga tak ada yang tahu, kemungkinan kedua Pandik sedang mencerna setiap butir demi butir hikmah dari dakwah Fatur di pagi hari.

Gue yang masih asik menyeruput marimas jeruk nipis anget hanya menatap heran melihat peristiwa pagi itu. Gue hanya takut, Fatur makin semangat berdakwah dan akhirnya nyundul pintu kamar mandi dengan kekuatan penuh yang didapatnya dari ketakutan terlambat berangkat kuliah.

Fatur mulai merongrong keras, kali ini enggak hanya bunyi ‘dog dog dog’ saja tapi juga bunyi ‘Dag... dag... dag...’ bunyi ‘dog’ dan ‘dag’ tidak bersaudara, bunyi ‘dag’ itu sebenarnya berasal dari kaki Fatur yang ikut menendang pintu kamar mandi, kalau saja Fatur lebih menjiwai menendang pintu kamar mandi dengan kaki mungilnya mungkin bunyi yang dihasilkan akan lebih harmonis lagi, seperti 'duck... duck... duck...', dan tolong dicatat itu bukan bahasa inggrisnya bebek.

Setengah jam kemudian kasus ini terselesaikan seiring keluarnya Pandik dari kamar mandi dengan hanya mengenakan celana dalamnya. Bagi kami yang semuanya laki-laki normal, bercelana dalam sehabis mandi di kontrakan adalah hal yang lazim.

Setelah pertikaian usai, tidak ada rasa dengki dan benci di dalam hati, mereka masih tetap saling menyapa di kemudian hari. Perebutan kamar mandi memang lazim terjadi di dalam rumah singgah kami. Namun, semua itu akan terlupa dan berganti lagi dengan tragedi lainnya.

Gue pernah menjadi korban ketidakpentingan atas perilaku Fatur dengan media pintu. Pernah suatu hari, sekitar pukul dua pagi, disaat gue terlelap unyu dengan dihiasi lampu kamar yang redup. Gue dikagetkan dengan suara pintu kamar gue dipukul-pukul. Iya, dipukul-pukul.. Kalau diketuk-ketuk sih masih mending. Gue penasaran banget, khawatir kalau ketukan pintu itu berasal dari seseorang yang mencurigakan.

Gue lebih takut, kalau gue buka pintu ternyata yang muncul sesosok lelaki utuh baya, (setelah melewati proses paruh baya) dia muncul dengan pakaian serba putih kemudian bilang, "Saya Prabowo Subianto, Pancasila adalah dasar negara Indonesia, bla... bla... bla..."

Gue harus jawab apa? Gak usah ngenalin diri juga gue kan udah tau, karena kemarin Prabowo baru aja ngenalin diri di iklan edisi hari nelayan.

Gue buang jauh pikiran itu, dengan mata yang luar biasa mengantuknya gue pun bangkit dari peraduan, memutar kunci dan melihat siapa yang ada di luar, ternyata Fatur...

Dengan penuh rasa santai tingkat tinggi, Fatur langsung nyerocos, "Dotz... Itu lauk yang di dalem magic com punya elo? Gue minta ya, gue laper banget sumpah! Ya dotz ya?"

"Ya!" Gue menutup pintu kembali.

Andai "Ya!" Yang gue ucapkan bisa terdengar layaknya balasan sms 'Y' harusnya Fatur bisa tahu kejengkelan gue. Betapa tidak pentingnya malem-malem bangunin orang tidur cuma buat minta lauk. Ya... minta lauk. Malem-malem. Sampai gedor-gedor pintu. Kenapa gak langsung makan aja sih? Fatur memang terlalu syariah, padahal sholat aja jarang-jarang.

Di kontrakan gue, Fatur memang identik dengan lelaki malam. Kerjaannya tiap hari begadang buat online, biasanya pukul empat pagi baru tidur, kalau ada kuliah pagi, setengah tujuh baru bangun buat dakwah di luar kamar mandi.

Gara-gara insiden ‘minta lauk’, ingin rasanya malam itu gue nyundul Fatur, tapi niat tersebut gue urungkan karena perut Fatur agak-agak sixpack, gue takut kepala gue retak. 

Beberapa hari kemudian, fenomena pintu terulang kembali. Sudah menjadi rahasia umum kunci pintu di rumah Tugiran Community termasuk kunci yang elit, sengaja didesain biar gak bisa diduplikat. Di rumah kami hanya ada satu kunci, satunya lagi dipegang pemilik rumah.

Maka, dari enam orang penghuninya yang sah dimata agama, gak ada yang bawa kunci sendiri-sendiri, pokoknya tiap pergi kunci selalu ditaruh di bawah pot depan rumah atau diselipin di atas jendela. Ya, kami memang tidak kreatif dan tidak pandai berinovasi dalam menyimpan kunci.

Di suatu malam yang larut... saat portal di perumahan sudah tertutup rapat, saat semua insan cendekiawan tertidur lelap, salah satunya gue. Kenyamanan  malam itu terusik dengan terdengarnya suara motor V-Ixion yang menderu-deru masuk ke halaman rumah. Karena kamar gue memang berada paling depan, gue jadi rentan terbangun kalau denger suara-suara yang cukup bising.

Gue udah tau kalau itu Fatur, suara motornya dan bau badannya sempurna untuk malam itu. Suara mesin motor mati, hening beberapa saat... kemudian gue mulai mendengar suara pintu diketuk-ketuk, bunyinya tidak nyaring. Karena memang udah malem Fatur takut ditombak sama tetangga kalo ribut, maklum namanya juga perumahan.

Sepuluh menit gak ada respon, Fatur mulai manggil-manggil nama gue dari jendela, sebenernya sih gue denger dengan jelas tapi gue males kalo harus bangun cuma sekedar bukain pintu buat Fatur. Dalam hati gue agak menyayangkan kenapa gue bisa lupa setelah mengunci pintu kuncinya enggak gue taruh di jendela.

Karena rasa mengantuk yang begitu tajam, gue mencoba untuk pura-pura tidak merespon, gue enggak peduli sama nasib Fatur yang ada di luar.

Fatur membuka jendela kamar gue kemudian melongok dan manggil-manggil nama gue tanpa syahdu, dalam hati gue menyesali kenapa gue harus lupa ngunci jendela, mentang-mentang jendela kamar gue ada terali besinya sehingga gue merasa aman.

Gue masih pake jurus pura-pura mati, gak bergerak dan gak menunjukan tanda-tanda kehidupan, ingin rasanya gue mimikri kayak yang biasa dilakuin bunglon biar Fatur gak bisa ngeliat gue.

Gue mendengar jendela ditutup... dan tak ada suara Fatur. Gue berpikir mungkin Fatur menyerah karena lelah, tapi ternyata dugaan gue salah.

Suara jendela terbuka terdengar lagi, Fatur manggil nama gue tanpa mesra sama sekali dan gue merasakan ada sesuatu yang menusuk-nusuk pantat gue. Plis... gue gak mau mimpi sedang  bersekolah di JIS dan disodomi cleaning service, gue ngeri.

Sayup-sayup gue masih mendengar suara Fatur, oh... mimpi ini begitu nyata! Apakah Fatur jadi cleaning service-nya di mimpi gue? Semakin lama tusukan-tusukan di pantat gue benar-benar nyata, walaupun tidak pernah tepat mengenai belahan pantat gue tapi gue ngeri  akan bernasib sama seperti siswa di JIS.

Padahal jaman gue dulu kuliah, kasus JIS belum ada... ini biar ceritanya keliatan moderen dan gue gak keliatan tua-tua amat aja sih.

Tusukan benda tumpul itu semakin kencang, semakin tajam mengincar belahan pantat gue hingga akhirnya gue tersentak karena tak sanggup berpura-pura lagi. Setelah gue membuka mata, ternyata itu perbuatan Fatur yang mencoba membangunkan gue dengan sebatang sapu, usaha yang gigih dan brilian... dan gue menyerah karena gak bisa mengelak dari jurus tusukan-sapu-tidak-tepat-mengenai-belahan-pantat.

Muke gile banget deh, perjuangan buat minta dibukain pintu sampai nusuk-nusuk pantat temennya sendiri dari jendela dengan menggunakan benda tumpul, untung gue cepet menyerah.

“KAMPRET LO TUR! GANGGUIN ORANG TIDUR AJA!” Gue mulai emosi karena merasa terusik.

“Sori... sori... lagian kenapa kuncinya gak ditinggal di jendela aja sih,” Fatur membela diri.

“LAGIAN KENAPA BISA SAMPE GAK KENA-KENA SIH NGINCER BELAHAN PANTAT GUE, AH ELO TUH YA, GAK JAGO JADI COWOK!” Emosi gue yang ini kayaknya rada-rada gaje.
Malam itu mau gak mau akhirnya gue harus bangun, bukain pintu buat Fatur, gue merasa kayak istri yang ditinggal suami berangkat kerja pulang malem. Waktu masuk kamar, gue melihat Ganggo yang lagi asik tertidur lelap, dalam hati gue menggumam, “Elo beruntung Nggo, posisi tidur lo gak terjangkau sama jurus sapu dari Fatur”

Karena merasa hidup ini gak adil, sebelum melanjutkan tidur gue sempatkan diri untuk mengupil dan meperin upil gue di tetek Ganggo yang kebetulan malam itu tidurnya enggak pakai baju.

Peristiwa ‘pintu’ yang enggak ada manis-manisnya dan sering bikin gue jengkel. setelah diingat-ingat lagi, ternyata malah bikin gue jadi kangen sama saat-saat itu. Saat-saat masih hidup dengan segala  kengenesan anak kos. Apalagi tusukan-tusukan sapu liar Fatur malam itu, ah... gue kangen sensasinya.

sumber gambar: disinilah

Senin, April 21, 2014

Acara Tivi di Malam Hari yang Bikin Gue Eneg

April 21, 2014



Akhir-akhir ini gue males banget yang namanya nonton tivi di malam hari, apalagi... kalau tivinya enggak dinyalain. Iya, ngapain juga gue nontonin tivi yang enggak nyala. Walaupun begitu, bukan berarti kalau gue nyalain tivi terus nontonin acaranya gue jadi enggak bosen. Itu salah, salah besar. Besarnya melebihi cintaku padamu. Halah...

Televisi buat gue sekarang bukanlah prioritas utama ketika gue harus bersiap untuk menyambut datangnya malam. Televisi udah enggak menarik lagi di mata gue, ketika seharusnya gue bisa terhibur nonton televisi sambil tiduran unyu sambil sesekali nempelin upil ke tembok. Sekarang yang ada malah gue jadi emosi sendiri sampai banting-banting upil gue ke lantai, abis itu gue injek-injek. Walaupun beberapa saat kemudian gue pungut lagi, soalnya kalau dipikir-pikir sayang juga kalau upil dibuang-buang.

Sebenarnya gue emosi nonton tivi bukannya tanpa alasan, tapi justru sangat beralasan. Yap, acara tivi di malam hari itu benar-benar udah enggak ada unsur hiburannya menurut gue. Apalagi acara tivi yang diputer abis maghrib, uuuh...  kebanyakan bikin eneg. 

Iya, gue punya beberapa daftar acara televisi yang menurut gue ‘enggak banget’. Dan ini dia acara-acara tivi yang bikin gue eneg tiap malem. Bikin gue menutup mata pakai pembalut. Yang ada sayapnya. 

Dangdut Academy
Ini adalah acara maha enggak penting menurut gue! Sumpah, demi Ustadz Hariri yang katanya pernah nunjukin titinya ke Cinta Penelope. Gue benar-benar tersiksa kalau liat acara ini, jangankan liat... denger suaranya aja bawaannya pengen buru-buru pindah kewarganegaraan guenya. 


Dangdut Academy ini semacam ajang pencarian bakat kayak Indonesian Idol versi Dangdut. Dan yang bikin gue eneg kalian tau apa? Iya.. kalian enggak tahu. Makanya gue mau kasih tau, Dangdut Academy ini, setelah satu finalis selesai nyanyi, juri yang ngomentarin ada lima, iya.. LIMA BIJI! Kenapa enggak sekalian aja timnas U-19 suruh ngomentarin satu-satu, dan yang bikin lebih kesel lagi, satu penyanyi tampil, para juri komentarin penampilan pesertanya bisa sampai setengah jam lebih. Hanya untuk satu penyanyi! Gak heran kalau acara ini mulai abis maghrib selesainya sampai jam 12 malem! Gue lebih ngebayangin gimana perasaan peserta yang berdiri setengah jam lebih di atas panggung.

Gue juga super eneg sama juri yang namanya Saipul Jamil, iya... ini duda kalau komentar  sukanya sok perfect, belagu banget ngerasa dirinya paling bener, walaupun empat juri lain bilangnya si penyanyi udah keren, gak ada yang parah. Si Saipul Jamil ini masih aja nyari-nyari salahnya, ngotot, enggak penting dibahas mulu, belum ntar MC-nya yang biasa dipanggil D’ Teronk, ada Ramzi, Rina Nose sama Irfan Hakim, tiap juri komentar disela mulu, waktu setengah jam habis cuma buat dengerin juri ngasih komentar sama guyonan MC-nya yang enggak penting, padahal nyanyinya enggak ada lima menit. Ini sih bukan kontes dangdut namanya, ini kontes juri dangdut!

Masih ada yang bikin enggak penting lagi, ada Ivan Gunawan ikutan jadi juri. Ngomentarin cara berpakaian para finalis, iya.. cara berpakaian para finalisnya satu-satu dikomentarin. Jadi ini kontes dangdut apa kontes peragaan busana? Percuma juga kan dikomentarin, lha wong besoknya pakaiannya juga ganti.

Oke, mungkin kalian berpikir, keliatannya gue kok hafal banget ya? Jelas aja... tiap malem bokap gue selalu menguasai remot tipi di rumah gue, itu sebabnya kadang-kadang mau gak mau gue mesti dengerin obrolan gak penting di dangdut academy. 

Ye Ka Es
Gue masih enggak habis pikir sama orang-orang yang masih aja hobi nonton Ye Ka eS, entah apa yang mereka harapkan dari tontonan enggak mendidik ini. Mungkin remaja-remaja galau di luar sana, menganggap Yuk Keep Smile ini bisa jadi obat galau? Kalau gitu bisa-bisa nanti ini acara malah jadinya bukan Yuk Keep Smile tapi Yuk Keep Cmungudh... 

Beberapa waktu yang lalu, gue  denger-denger acara OVJ di Trans7 dipindahin jam tayangnya karena kalah saing sama acara Ye Ka eS ini. Daripada kehilangan penonton dalam jumlah banyak, mengganti jadwal tayang OVJ jadi pilihan paling bijak. Lah gue, kesannya jadi aneh aja nonton OVJ pas mau maghriban. 

 Goyangan yang enggak ada maknanya dan akhirnya goyangan ini pun dilarang

Keajaiban Ye Ka eS ini masih berlanjut saat munculnya sebuah petisi untuk menghentikan tayangan Ye Ka eS yang jumlah dukungannya sampai puluhan ribu, gue lupa tepatnya berapa. Dan... ternyata petisi itu enggak ada artinya. YeKa eS tetap tayang tanpa beban...

Mulai tayang setengah tujuh sampai jam sebelas malem belum kelar juga ini acara. Nontonin goyangan-goyangan mulu yang diulang-ulang, ditambah mesti ngeliat bercandaan yang enggak cerdas, omongannya gak diatur, apalagi kalau ada Olga. Bener-bener acara yang sangat-sangat enggak banget buat gue. Asli, kalau bisa gue lebih milih nonton Pendekar Yoko sama Bibi Lung daripada ini acara.

Saking enegnya sama acara ini, bahkan pas ada Cherrybelle jadi bintang tamu pun gue enggak sudi buat nonton. Bukannya gue enggak sayang Ryn Chibi, bukan. Gue cuma enggak sampai hati aja, ngeliat Cherrybelle yang unyu-unyu mesti tampil di acara yang enggak mendidik sama sekali. Alasan keduanya gue gak nonton, tentu saja karena remot tivi di rumah dikuasai bokap gue.

 Tukang Bubur Naik Haji
Dari jaman ban becak vulkanisiran harganya lima ribu sampe sekarang dua puluh ribuan, ini sinetron masih belum nunjukin tanda-tanda mau tamat. Gaje abis, ceritanya tentang apaan aja kagak jelas, judulnya sih tukang bubur naik haji, cerita awalnya mulai dari tukang buburnya ngumpulin duit buat naik haji sampai pulang dari naik haji, sampai akhirnya haji sulam naik haji, terus meninggal di tanah suci, ini pilem enggak tamat-tamat juga. 

Mau nyeritain apa lagi sih sebenernya?!


Dulu waktu Haji Sulam masih ngilang enggak ada kabar, gue sempat gelisah nungguin kabarnya, gue senantiasa duduk manis nonton sinetron ini, gue khawatir.. bahkan gue sampai nangis, gue ngelap airmata gue pakai tisu, dan belakangan gue baru sadar yang gue ambil itu pembalut. Tapi udah terlanjur, karena gue pikir pembalut juga bisa nyerap bocor, jadilah malam itu air mata gue diserap sama pembalut. 

Gara-gara Haji Sulam yang enggak nongol-nongol, gue jadi sempet kepikiran buat ikutan acara termehek-mehek buat nyari di mana keberadaan Haji Sulam, saking cemasnya. 

Seharusnya sutradara sinetron ini bisa cerdas dikit, kalau Haji Sulam waktu itu enggak nongol-nongol, tamatin aja sinetronnya. Ganti, tukang gali kubur naik haji, tukang tambal ban naik haji, atau tukang becak yang ban belakangnya vulkanisiran naik haji, juga bisa. Iyalah.. jangan tukang bubur mulu yang dinaikin haji, tukang-tukang yang lainnya kan juga pengen naik haji.

Atau mungkin, bisa juga dibikin sinema tukang spesial valentine, judulnya Tukang PHP naik haji. Ceritanya tentang tukang PHP pergi naik haji, pas mau thawaf mati keinjek onta, tamat.

Gara-gara cerita yang semakin enggak jelas dan enggak bermartabat, gue jadi males sama ini sinetron. HOEG! Kayaknya ke-eneg-an gue bakalan bertahan lama, bahkan masih sangat lama. Gimana enggak? Sinetron tukang bubur naik haji kemarin baru dapet penghargaan Panasonic Award. Dan itu artinya, ini sinetron digemari, banyak yang suka, walaupun mungkin tim tukang bubur naik haji sendiri yang kirimin ribuan sms buat dukung sinetronnya sendiri. Tapi intinya, udah dapet piala, jelas bakalan makin lama lagi episodenya... 

Sebenernya menurut gue ini malah bikin ajang panasonic award jadi enggak prestise lagi, lah.. yang menang aja enggak mutu gitu.

Raden Kian Santang
Cerita ini tentang anak kecil yang pinter ilmu kanuragan, entah gue yang sudah lemah dalam berimajinasi atau apa, tapi menurut gue anak sekecil itu yang pipis aja belum bisa lurus, e’ek aja ceboknya masih diusapi-usapin ke tembok, gue gak bisa berpikir realistis. Itu aneh. 

Di sinetron ini, Kian Santang jadi ajaib bener. Gue pernah nonton salah satu episodenya, anak ini ngeluarin busur panah ngelawan siluman harimau,  (siluman harimaunya pake gambar tiga dimensi tapi versi gagal). Baru ngeluarin busur panah aja, suaranya udah kenceng banget, siluman harimaunya panik, kemudian berteriak minta ampun. Sakti banget kan? Sun Go Kong aja enggak segampang itu kalau ngelawan siluman.
Dan gue masih berpikir dengan serius gimana sejarahnya busur panah bisa ngeluarin suara yang memekakkan telinga... siluman harimau.


Katanya gak suka? Kok elo nonton Dotz? 

Iya, kejadiannya gak sengaja, waktu itu gue lagi makan depan tivi, bapak gue lagi nyetel ini acara, sambil nungguin iklan di Indosiar kelar. Ajaib bener dah tontonan bapak gue.

Setelah Indosiar terbebas dari acara naga-naga terbangnya, sekarang giliran MNC yang meneruskan tren peninggalan indosiar, walaupun sinetron ini mengangkat budaya jaman dulu pada jaman kerajaan. Tapi tetap aja, konsep ini enggak bisa membuat gue tertarik untuk nonton sinetronnya.

Gara-gara acara tivi yang kebanyakan gak jelas gitu, gue jadi patah hati sama acara  televisi kalau malem, mau nonton TvOne? Ngapain.. bosen gue nonton berita mulu, lagian seterdepan-terdepannya mengabarkan, TvOne enggak bakal mengabarkan berita Aburizal Bakrie yang memeluk unyu boneka beruang.

Hikmah yang bisa diambil dari peristiwa ba’da maghrib ini adalah bahwa waktu gue buat belajar memasak jadi lebih banyak karena minat gue buat nonton tivi hampir gak ada sama sekali. Gue hanya bisa berharap semoga suatu saat nanti akan  tiba masanya acara tivi jadi seindah saat gue masih unyu dahulu. 

Oh Tuhan, mungkinkah itu semua akan terjadi?

sumber gambar: google.com



About Us

DiaryTeacher Keder

Blog personal Edot Herjunot yang menceritakan keresahannya sebagai guru SD. Mulai dari cerita ajaib, absurd sampai yang biasa-biasa saja. Sesekali juga suka nulis hal yang nggak penting.




Random

randomposts