Siapa Yang Merdeka ?
Edot Herjunot
Agustus 17, 2012

Gue sendiri gak tau, apa makna pasang bendera tiap agustusan depan rumah. Katanya sih buat menyambut dan memperingati hari kemerdekaan. Kalo emang kayagitu, kenapa gak tiap hari aja kita pasang benderanya ? kenapa harus ada perayaan nunggu setahun sekali ?
Seharusnya, kemerdekaan Indonesia ke 67 ini bisa menjadi suatu momentum untuk kebangkitan bangsa Indonesia. Banyak harapan yang tersemat ketika kita memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Ironisnya, hampir setiap tahun kita mengucap harapan yang sama. Itu artinya, harapan tahun kemarin masih belum bisa direalisasikan dan (kembali) lagi menjadi harapan pada saat perayaan kemerdekaan selanjutnya.
Jujur gue masih belum bisa memaknai perayaan kemerdekaan yang sesungguhnya. Mungkin karena gue bukan warga negara yang baik. Mungkin juga karena rasa nasionalisme gue yang gak seberapa.
Sebagai calon guru SD yang gak mutu, buat sekedar ngucapin "dirgahayu ke 67 Indonesia" aja gue malu. Kenapa gue harus ngucapin sok - sok peduli sementara gue aja gak banyak tau bagaimana akhirnya bangsa ini bisa merdeka.
Gue tetep ngupil seperti biasa, hari ini gue gak terlalu heboh dengan perayaan kemerdekaan Indonesia ke 67. Belum ada yang bisa gue banggakan buat menunjukkan diri sebagai warga negara yang baik. Mungkin gue perlu introspeksi diri, apakah rasa nasionalisme gue udah mulai luntur ?
Apa sih pentingnya kita mengucapkan dirgahayu Indonesia ? buat apa kita heboh dengan ngucapin itu semua dimana-mana, di pesbuk, twitter, blog dan friendster mungkin. Sementara kita sendiri belum bisa memaknai hari kemerdekaan itu sendiri.
Taun lalu, gue liat ditipi. Setelah upacara bendera memperingati kemerdekaan Indonesia. Beberapa siswa terlibat tawuran. Nah loh, apakah dengan kita ikut upacara bendera kita bisa dibilang nasionalis ? apakah dengan menulis ucapan diberbagai situs sosial kita jadi keliatan nasionalis dan peduli ?
Cuma mereka yang melakukan itu yang tau jawabannya.
Ketika kita heboh dengan ucapan dirgahayu Indonesia ke 67 dimana-mana. Apakah kita sadar ? Masih banyak orang diluar sana, yang sebenernya "belum merdeka". Mereka yang masih dimusuhi keadilan, mereka yang masih berjuang demi mendapatkan sesuatu yang bisa dimakan. Untuk mengganjal perut hari ini. Hanya hari ini, besok mereka akan memeras keringat lagi.
Dalam Pasal 34 Undang-undang Dasar 1945 disebutkan,“Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.”
![]() |
sumber |
Dilain hal, mereka yang sudah mendapat fasilitas nyaman bersekolah justru seenaknya sendiri. Gue gak perlu bahas yang satu ini. Ironis.
Permasalahan lainnya, korupsi juga sepertinya udah jadi budaya baru di negara kita, bahkan gue pernah baca berita disalah satu koran kalo "DPR korupsi Alqur'an". Gak punya otak.
Indonesia telah merdeka. Telah terbebas dari ancaman Jepang dan Belanda. Dan sekarang, setelah 67 tahun berselang, ketika kita masih melihat banyak rakyat sengsara dan anak-anak tidak mendapat haknya untuk bersekolah. Untuk apa kita "mencoba" heboh dengan ikut berteriak "Dirgahayu ke-67 IndonesiaKu".
Indonesia telah merdeka tapi tidak bagi "seluruh" rakyat Indonesia. Dirgahayu Indonesia ke-67 ini. Indonesia semakin merdeka untuk mereka para koruptor. Dan bagi gue yang gak punya peran apa-apa. Gue cuma bisa diem. Gak ada artinya berteriak lantang, karena mungkin gue belum bisa "menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa" seperti cita-cita yang pernah gue tulis waktu kecil dulu.