Sabtu, Desember 08, 2018

Ngomelin Lambe Akrobat - Agus Mulyadi

Desember 08, 2018

Setelah sekian lama tidak ada progressnya. Saya mencoba mengisi kembali rubrik #Ngomel a.k.a Ngomongin Novel di blog ini. Nah, untuk edisi kali ini saya mau ngomongin novelnya Agus Mulyadi. Seorang blogger asal Magelang yang sebelumnya sudah menerbitkan tiga buku (kalau nggak salah).

Sebenarnya sudah lama saya absen beli novel dengan genre komedi. Alasannya karena pertama, harga novel yang semakin hari semakin mahal. Kedua, buku komedi sekarang sudah semakin susah dicari. Ketiga, kalaupun ada novel genre komedi, saya nggak tahu bukunya beneran lucu apa enggak.

Ya.. buku komedi di era hoax seperti sekarang ini memang terlihat memprihatinkan. Hidup segan, mati pun enggan. Sejak era keemasan selebtweet berakhir, buku komedi jadi ibarat seperti HP Nokia. Dulunya sangat digemari, sekarang benar-benar ditinggalkan.

Dulu, waktu masih jadi mahasiswa. Hampir setiap ada novel komedi terbaru saya selalu menyempatkan diri untuk beli setelah beberapa hari rela mengakrabkan diri dengan mie instan. Sekarang, disaat novel komedi begitu jarang muncul. Sekalinya ada, saya sering ragu buat beli. Khawatir bukunya garing, padahal harganya mahal.

Beberapa waktu yang lalu, disaat saya refreshing ke kota Tegal dan menyempatkan mampir ke Gramedia Rita Mall. Mendadak saya jadi kangen sama novel genre komedi. Beberapa rak buku coba saya puterin, tapi belum ada satu pun novel komedi yang membuat saya tergoda.

Sampai akhirnya, setelah saya jongkok dan mengais-ngais rak buku kedua dari bawah. Saya menemukan buku Agus Mulyadi yang berjudul Lambe Akrobat. Sebelumnya, saya sempat lihat beberapa kali buku ini lewat di linimasa Twitter saya.

Agus Mulyadi bukan seorang yang asing buat saya karena saya juga sudah membaca dua buku Agus Mulyadi sebelumnya yang berjudul Jomblo Tapi Hafal Pancasila dan Bergumul dengan Gusmul. Dua bukunya itu adalah hasil dari tulisan yang pernah ditulis di blognya lalu ditambah dengan beberapa tulisan baru.

Sebenarnya saya bukan pembaca setia blognya Agus. Bahkan jarang sekali saya berkunjung ke blognya Agus. Karena itu, bagi saya walaupun tulisan di buku Agus ini merupakan kumpulan dari tulisan blognya, bagi saya itu nggak masalah.

Setelah meyakinkan diri untuk beberapa saat akhirnya saya memutuskan untuk membeli buku Lambe Akrobat dan satu lagi bukunya Fico Fachriza yang berjudul Puncak Nasi Tumpeng.

Alhamdulillah... akhirnya memang saya tidak menyesal membeli buku Lambe Akrobat ini. Baru beberapa lembar baca aja, buku ini sudah berhasil untuk membuat saya cengar-cengir. Memang, salah satu ciri khas Agus yang saya suka adalah Agus punya banyak sekali kosakata dalam menulis, diksinya bikin geli. Hal itu dipadukan dengan campuran bahasa jawa Magelang yang membuat saya jadi semakin betah membaca.

Di buku Lambe Akrobat ini ada dua bab utama, yang pertama Keluarga Hansip dan yang kedua Marcopolo dan Geng Koplo.

Bab pertama terbagi lagi ke dalam tujuh belas cerita yang menceritakan suka duka sebagai keluarga hansip. Yang juga lebih berfokus menceritakan betapa superiornya bapak Agus yang bernama Trimo Mulgiyanto.


Dua halaman di bab pertama yang berjudul Seni Menjawab dengan Taktis sukses membuat saya cengar-cengir. Jadi, ceritanya Agus ini merasa punya firasat kalau bapaknya sebenarnya punya bakat untuk menjadi seorang tokoh besar. Seperti tokoh-tokoh besar lainnya yang kalau mendapat pertanyaan mendadak selalu bisa menjawab dengan santai dan penuh makna. Begitu juga dengan bapaknya Agus.

Ketika itu Agus bertanya, “Pak, apakah bapak bisa bertahan hidup selama seminggu dengan uang lima ratus rupiah?”

Sang Bapak menjawab dengan mantap, “bisa.”, lalu Bapak melanjutkan, “Lima ratus tak belikan aqua gelas. Airnya tak minum, terus gelasnya buat ngemis.”

Saya mendadak cengar-cengir dan ikutan yakin Bapaknya Agus ini memang punya bakat untuk jadi orang besar.

Cerita tentang bapaknya Agus ini memang unik dan haha banget. Mulai dari bapaknya Agus yang pernah dihukum sama tentara karena suatu hal, tentang bapaknya Agus yang hampir pernah ikutan yang namanya pesugihan terlarang sampai Agus kecil yang pernah sengaja ditinggalin bapaknya di sebuah kebun dan akhirnya Agus jadi sakit-sakitan karena katanya ‘kesambet’.

Saya yakin, tidak semua orang bisa menceritakan kisah bapaknya sendiri dengan gaya penulisan yang nyentrik ini. Saya yakin juga, tidak semua orang punya bapak yang kisahnya banyak ajaib seperti bapaknya Agus ini.

Bab utama yang kedua, Agus banyak menceritakan tentang Marcopolo dan Geng Koplo. Salah satunya ada cerita berjudul Tawakal Kaum Gentho yang menceritakan tentang salah satu pertandingan panas klub sepakbola kebanggaan kota Magelang yaitu PPSM melawan Persis Solo.


Seperti yang sudah bisa ditebak ending khas liga sepakbola Indonesia. Kedua pertandingan ini pun berakhir ricuh. Teman Agus yang bernama Marcopolo tentu saja tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi di acara tawuran massal ini.

Paijo, teman Marcopolo yang khawatir akan hal-hal buruk di momen tawuran ini. Mengingatkan Marcopolo dengan berkata, Ojo kemajon, Su, kowe ki ra nganggo helm, keno watu bocor ndasmu,”

Namun seakan tidak takut menghadapi kemungkinan terburuk dari insiden tawuran ini. Marcopolo mengeluarkan sabdanya yang penuh bobot, “Mati-urip ki nang tangane Gusti Alloh, ora nang tangane Pasoepati, Su!”

Luar biasa, sekali.

Secara kesuluruhan buku yang diterbitkan oleh Mojok ini ada cukup banyak bab yaitu 33 bab. Maklum aja sih, soalnya setiap bab rata-rata ceritanya tidak terlalu panjang. Walaupun begitu, semuanya selalu enak dibaca.

Di akhir buku ini juga ada semacam kamus kecil-kecilan buat yang nggak paham sama bahasa jawa yang dipakai dalam buku ini. Mungkin, buat orang yang nggak ngerti bahasa jawa, jadi kurang bisa menikmati isi buku ini karena kendala bahasa. Tapi buat orang yang paham bahasa jawa. Buku ini nggak ada salahnya buat dijadikan salah satu buku yang layak buat dibaca.

Senin, Desember 03, 2018

Ternyata, Banyak Buku Menggiurkan di Facebook!

Desember 03, 2018

Akhir-akhir ini saya jarang banget beli buku baru di gramedia, alasannya tentu saja karena harga buku yang makin kesini makin mahal. Baik komik maupun novel harganya bikin mikir-mikir buat dibawa ke kasir. Mungkin beda kalau yang masuk gramedia keluarga Crazy Rich, mau beli buku satu biji yang dibeli sekalian sama gramedianya.

Kalau sekitar lima tahun yang lalu harga novel masih di sekitaran 30-40 ribu. Sekarang, harga novel rata-rata sudah sampai sekitar tujuh puluh ribuan, bahkan hampir seratus ribuan. Kalau bukan penulis yang udah bener-bener dikenal, kayaknya sayang banget buat ngeluarin uang segitu yang belum tentu bukunya memuaskan buat dibaca.

Untuk menyiasati harga buku yang semakin mahal. Saya lebih suka berburu buku bekas lewat online. Ya, buku bekas yang harganya masih terjangkau dan layak baca entah itu komik atau novel. Dulu, saya hobi banget cari buku di Tokopedia dan Bukalapak. Disitu banyak ‘harta karun’ yang bikin mata berbinar saking menggairahkannya.

Ibarat dunia One Piece yang luas, dimana setelah grand line ternyata masih ada dunia yang lebih luas lagi yaitu new world atau dunia baru. Begitu juga dengan internet, ternyata mencari buku bekas berkualitas dan menggiurkan tidak sebatas di marketplace Tokopedia dan Bukalapak. Masih ada tempat lain yang juga menyimpan potensi harta karun berkualitas yaitu Facebook.

Iya, Facebook. Tempat yang sering banget dikunjungi ternyata di dalamnya banyak penjual buku yang ramah kantong dan tentu saja berkualitas. Ada banyak grup jual beli buku komik dan novel di Facebook. Kalau beruntung kita bisa nemu buku murah banget dari para swing seller. Ya, ini semacam seller yang suka jual buku koleksi pribadinya karena dianggap menuhin ruangan atau sudah pensiun.

Kalau suka memantau grup jual beli biasanya kita bisa nemu buku bagus yang sebenernya nggak ada niatan buat kita beli. Cuma perkara ngeliat, kayaknya bagus, harganya murah, tahu-tahu sudah kebeli. Nanti liat buku dijual lainnya, terulang lagi hal yang sama. Akhirnya khilaf belanja buku banyak.

Selain grup jual beli buku yang sering jual buku-buku bagus dan murah. Di Facebook banyak juga penjual buku yang terpercaya dan tentunya saja harga bukunya lumayan bersahabat. Setelah sering scroll grup jual beli buku, saya jadi punya beberapa penjual buku yang perlu dijadikan teman, diintipin lapak jualannya sampai ditunggu upload jualannya. Bahkan beberapa penjual buku di Facebook ini mesti saya setting ke mode ‘lihat dahulu’ karena memang harus sering bersaing sama pembeli lainnya di Facebook.

Nah, kali ini saya mau kasih rekomendasi beberapa penjual buku di Facebook yang layak buat diklik tambahkan teman buat yang kalian yang suka belanja buku online.  

ALI UMAR

Buat yang suka banget sama komik, Ali Umar ini wajib banget buat dikepoin. Sejauh ini, Ali Umar adalah seller paling konsisten jual harga komiknya dengan harga empat ribu rupiah per komik. Lebih afdol lagi di tempat Ali ini semua komik harganya sama. Entah itu komik langka, komik segel, atau komik set yang harga jualnya sebenarnya masih lumayan semua tetap dihargai empat ribu per komik.

Selain itu, di waktu tertentu Ali Umar ini juga suka upload jualannya secara borongan. Komik yang diupload langsung banyak banget dan tentu saja langsung jadi rebutan. Kebanyakan yang rebutan juga para seller buku untuk dijual lagi :D

Nggak cuma komik aja yang dijual sama Ali, tapi novel juga ada dan harganya tetap bersahabat. Jadi, kalau kalian suka cari buat sekedar dibeli dan ditumpuk yang akhirnya nggak pernah dibaca. Ali Umar ini recommended banget buat dikunjungi.

RADEN SIBINTANG KOMIK

Seller yang satu ini dari Surabaya. Lagi-lagi buat para pecinta komik, Seller yang satu ini recommended buat diklik pertemanan. Barang jualannya mantap, banyak banget. Banyak komik set bagus yang terjangkau harganya. Semisal kalian mau beli komik borongan dalam jumlah banyak, mungkin bisa jadi harganya dimurahin lagi.

Nggak cuma komik yang dijual disini ya. Buku lainnya juga ada mulai dari anak-anak sampai novel. Yang jelas, di tempat Raden SiBintang Komik ini, ada banyak komik set yang memanjakan pecinta komik. Nah, biar nggak keduluan beli komik sama yang lainnya, kalian perlu banget klik pertemanan dan klik lihat dahulu biar kalau buka Facebook bisa langsung lihat upload jualan terbarunya.

MILORI SHOP

Saya sudah tahu akun Milori Shop ini sejak dari Tokopedia. Bahkan dulu saya sering rajin kepoin jualannya di Tokopedia dan sudah pasti juga klik favorit. Setahu saya, kondisi barang jualannya selalu bagus, kebanyakan rata-rata koleksi pribadi yang masih mulus. Harganya juga terjangkau, jarang ada komik yang harganya sampai sepuluh ribuan.

Dulu, saya lumayan sering beli buku di Milori Shop lewat Tokopedia. Lalu, pas lagi asyik-asyik liat grup jualan buku di Facebook, kebetulan saya lihat akun Milori Shop. Ternyata, jualannya di Facebook juga nggak kalah membahagiakan. Bahkan kadang ada obral komik harganya 2.500 per buku, novel teenlit lima ribuan, buku cerita anak mulai tiga ribuan.

Milori Shop ini suka ngasih tahu duluan kalau hari tertentu dia mau upload buku dengan harga sekian. Nah, jadi kalau mau kebagian kita harus siap pantengin Facebooknya, karena sudah jelas.. peminatnya pasti banyak.

KRIS BANG BIRINGNA

Saya masih ingat dulu pertama beli komik disini yang judulnya Let’s & Go dan Yoichi. Per komik harganya lima ribuan. Selanjutnya, saya jadi sering kepoin jualannya. Saya juga pernah dapet komik Captain Tsubasa World Youth Version, New Kungfu Boy lengkap dengan harga terjangkau. Yang paling membahagiakan adalah tanpa sengaja saya juga dapat majalah Bobo tahun 1990-an dengan harga sangat terjangkau dan setelah dicek di rumah edisinya ada yang urut dari nomor 1-52. Wooow.. harta karun versi saya benar-benar sederhana sekali. 

Belakangan ini, Om Kris ini lebih sering upload jualan buku anak. Buku umum juga ada, yang jelas Om Kris ini juga patut untuk di klik pertemanan buat pecinta buku.

JARWO CHIAN

Om Jarwo ini suka jual komik dengan harga murah, biasanya sekitar lima ribuan. Kadang komik set yang seharusnya harganya bisa lebih mahal Om Jarwo ini tetap jual dengan harga lima ribuan sampai delapan ribuan, jarang ada komik dijual dengan harga sepuluh ribuan.

Om Jarwo ini juga banyak jualan buku anak-anak mulai dari majalah, buku cerita dan buku kreativitas. Selain itu, juga ada buku umum, novel dan lainnya yang menurut saya harganya tergolong terjangkau juga. Jadi, kalau kalian suka belanja buku, klik pertemanan ke Om Jarwo ini jnggak ada salahnya. 

***

Salah satu hal penting yang harus diwaspadai beli di Facebook adalah karena disini masih rawan sama penipuan. Saya juga pernah kena tipu waktu mau beli novel set Dilan. Karena ngebet banget pengen baca novelnya setelah lihat filmnya, saya jadi berburu ke grup-grup Facebook cari novel set Dilan ori yang terjangkau. Nah, kebetulan waktu itu ada yang jual novel bekas Dilan set ori dengan harga cuma delapan puluh ribu rupiah. Saya yang cari nggak nemu-nemu akhirnya langsung tergiur dan transfer hari itu juga. Berhari-hari ditanyain muter-muter masalah pengiriman, akhirnya saya sadar kalau saya kena tipu~~~~ seller palsu~~~

Setahun sebelumnya saya juga hampir kena tipu dengan nominal yang lumayan. Seller ini meyakinkan banget karena reputasinya sudah terkenal dan banyak yang belanja disini juga. Namanya Butet Nasution, buku yang saya pesan berbulan-bulan nggak dikirim. Tiap ditanyain kapan dikirim selalu banyak alasan. Saya yang mulai ragu, akhirnya ngotot nagih buat dikembalikan saja uangnya, nggak jadi beli. Setelah melalui proses yang melelahkan, alhamdulillah... uang saya akhirnya dikembalikan diiringi nada menggerutu dari Butet ini.

Berbulan-bulan setelahnya, ternyata heboh banyak yang ketipu sama Butet Nasution. Bahkan para korbannya sampai bikin grup WA untuk membahas kasus ini. Nominalnya juga lumayan karena yang ketipu biasanya pada beli borongan. Entah bagaimana kelanjutannya saya nggak ngikutin.

Nah.. sebagai orang yang hobi baca buku dan suka kalap kalau belanja buku. Ada baiknya kita tetap harus hati-hati dan nggak terburu-buru kalau lihat buku murah. Lihat akun penjualnya, apakah akun baru atau lama. Lihat interaksi di akun tersebut, memang banyak interaksinya atau jarang interaksi.

Untuk akun-akun yang saya sebutkan di atas, Insya Allah semuanya terpercaya dan recommended. Oh iya, seller lain yang terpercaya di Facebook juga banyak ya. Ini cuma versi saya saja, karena saya juga belum muter-muter semuanya. Yang jelas bagi para pecinta buku, banyak hal menarik di Facebook yang bisa kita jelajahi. Pokoknya hati-hati, awas khilaf.

Selasa, November 27, 2018

#Cerpen : Announcer Keder

November 27, 2018
Seperti biasa, pagi ini, pukul 07.30 Tejo udah berdandan rapi dengan setelan celana jeans hitam, sweater polos warna biru dan topi Quiksilver yang juga berwarna biru. Tejo udah merasa gaul setengah mati melihat penampilannya di depan cermin, dan sekarang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerjanya dengan jalan kaki manja.

Sebenarnya Tejo adalah calon guru SD yang gagal. Iya, Tejo baru merasakan wisuda sekitar sebulan yang lalu. Wisuda yang sebenarnya bisa dikatakan terlambat karena teman-teman seangkatannya udah pada wisuda duluan sekitar enam setengah tahun yang lalu.

Seharusnya, setelah wisuda kini Tejo bisa mengabdikan diri di sekolah dasar, mengamalkan ilmu-ilmu yang udah Tejo dapatkan selama kuliah dan mengajarkan nilai-nilai luhur pancasila kepada anak-anak. Tapi kenyataannya, sekarang Tejo malah jadi penyiar radio, di channel 107.7 Funky FM kota Pemalang.

Yah... memang agak gaje dan agak-agak enggak nyambung dengan ijazah yang Tejo miliki. Tapi setidaknya hal itu jauh lebih baik, daripada Tejo mesti jadi penyiar berita duka di mushola deket rumah. Kelihatannya Tejo enggak akan sampai hati ngelakuin hal yang satu ini karena hati Tejo mudah tersentuh. Bisa-bisa Tejo nyiarin berita dukanya sambil nangis sesenggukan dengan diselingi suara sedotan ingus yang fals.

Walaupun Tejo enggak jadi guru SD. Ternyata ada hikmah yang bisa diambil dari peristiwa yang jarang ini, karena akhirnya puluhan atau bahkan ratusan siswa berhasil mengejar masa depannya dengan gemilang tanpa ada unsur-unsur sesat yang Tejo tularkan jika Tejo benar-benar menjadi guru SD.

Jadi penyiar radio itu sebenarnya semacam ibadah, karena termasuk pekerjaan yang bisa menghibur banyak orang melalui suara. Nah, masalahnya Tejo baru sadar kalau suara Tejo serak-serak-ngebass-nyakitin. Kayaknya Tejo bukannya dapet banyak pahala, tapi justru malah dapet dosa gara-gara udah menyiksa telinga para pendengar di kota Pemalang.

Tejo khawatir, setelah masyarakat denger suara Tejo.. satu per satu telinga mereka jadi pada diamputasi. Pertama yang kanan, besoknya yang kiri. Atau bisa juga pertama yang kiri, besoknya yang kanan. Sebenarnya ini tergantung selera aja sih, mau yang mana duluan yang mesti dipotong. Hiiiii....

Awalnya Tejo pikir jadi penyiar itu gampang. Tinggal cerewet aja dan ngomong macem-macem, abis itu, udah.. misi sukses. Tapi ternyata, begitu Tejo berangkat ke studio radio, kesan pertama yang Tejo dapet di hari pertama Tejo kerja adalah... RIBET! Lebih ribet daripada legalisir KTP di kecamatan.

Kenyataannya, jadi penyiar radio itu dituntut kelincahan dan keselarasan antara berpikir dan bertindak.

Pertama, harus bisa mengatur jadwal iklan yang bakalan dimunculin karena udah ada jadwal waktu tayangnya sendiri, jadi antara ngomong sama muterin lagu harus bener-bener udah dipikir dulu. Jangan sampai keasikan ngomong, malah lupa waktu. Muterin iklannya malah molor.

Kedua, harus bisa mengatur playlist lagu secara cepat. Stok lagu di radio udah jelas banyak banget. Maka dari itu kelamaan dikit nyari, lagu yang diputer keburu abis. Terjadilah kekosongan atau jeda dan mungkin bisa juga terjadi keheningan yang panjang. Mau ngapain tuh kalau udah kayak gitu?

Kalau masih berstatus penyiar baru kayak Tejo, berhadapan dengan hal semacam itu pasti masih sering grogi. Melarikan diri dari ruang siaran mungkin bisa jadi solusi yang patut dicoba kalau terjadi kepanikan karena enggak bisa nyari lagu dengan cepat sementara lagu yang diputer udah habis.

***
Kalau dihitung-hitung, berarti belum ada sebulan Tejo menjalani karir di dunia kepenyiaran yang fana ini. Sebenarnya sesuai peraturan perusahaan di radio yang Tejo tempati. Tejo harusnya mesti menjalani masa training dulu selama tiga bulan baru bisa dilepas siaran sendirian.

Masa-masa tiga bulan itu harus Tejo lewatin dengan berbagai hal seperti: Tejo harus latihan reading (latihan baca script), terus juga mesti latihan bikin script siaran sendiri, sampai ngejejerin penyiar senior tiap lagi siaran biar Tejo paham hal apa aja yang harus dilakuin selama siaran.

Dengan jadwal yang terkesan monoton itu, alhasil hidup Tejo jadi terasa hitam putih. Tejo hitam, penyiar yang Tejo jejerin putih. Iya, kerjaan awal-awal di radio indah banget. Tejo mesti jejerin penyiar yang siaran selama berjam-jam. Cuma jejerin aja, tanpa dikasih kesempatan buat grepe-grepe penyiarnya. Bukan karena Tejo punya pikiran mesum sih, ya.. Tejo cuma pengen hiburan aja karena selama ngejejerin penyiar emang enggak ada hiburan sama sekali. Daripada Tejo mesti grepe-grepe tubuh sendiri, kan enggak afdol banget.

Selang beberapa hari setelah Tejo lumutan di kursi sebelah penyiar. Di suatu sore yang syahdu dan bersahaja. Tanpa diduga sebelumnya, tiba-tiba Tejo diminta melakukan prosesi reading (baca script siaran) di hadapan tiga para penyiar senior.

Oh iya, bentar... tolong jangan tanya sama Tejo maksud dari sore yang syahdu dan bersahaja itu kayak gimana. Tejo pasti enggak bakalan paham.

Sebenarnya ini bukanlah hal yang Tejo harapkan. Tapi Tejo bisa apa kalau manajer radio yang bernama Mbak Yul udah memberikan titah. Tejo memanggil manajer dengan sebutan Mbak Yul, karena Tejo rasa itu panggilan yang tepat. Karena kalau Tejo manggilnya Mas Yul Tejo pasti bakal digampar.

Sekedar informasi aja, Yul ini cewek.

Pada momen bersejarah ini, ketika Tejo mesti reading di hadapan tiga penyiar lain. Ternyata tanpa diduga-duga, dengan hebatnya Tejo berhasil membuat seisi ruangan terdiam! Gak ada suara sama sekali dan kalau diperhatikan mereka sepertinya menikmati banget suara Tejo.

Belakangan Tejo baru sadar, mereka diem karena emang lagi dengerin Tejo ngomong. Bukan karena ‘gak bisa berkata-kata’ gara-gara kekuatan magis suara Tejo. Yah, Tejo telah salah mengartikan.. ternyata sebagai cowok Tejo kurang peka. Tejo emang payah...

Di sela-sela kesedihan Tejo yang gagal memahami arti diam para penyiar sore itu. Ada hal menyedihkan lagi yang harus Tejo alami yaitu saat harus mendengar komentar-komentar mereka. Kata Mbak Yul, Tejo masih keliatan grogi banget waktu proses reading tadi. Tejo enggak bisa bersikap santai, enggak bisa bersikap ‘lepas’. Sebenarnya itu bisa dimaklumi, karena Tejo emang sebelumnya enggak punya background penyiar, karena itu tadi Tejo reading-nya masih sambil malu-maluin.

Sambil dengerin komentar satu per satu dari para penyiar senior, diem-diem Tejo nutupin kemaluannya sendiri pakai tangan saking malunya.

Kata Mbak Yul, Tejo dibilang masih terlalu jauh dari ekspektasi. Gaya bicara Tejo datar, flat. Gak ada powernya kalau ngomong. Bahkan Tejo dibilang lebih cocok kerja di air kata Mbak Yul. Tejo curiga, Mbak Yul ini dulu suka ikutan layanan sms Ki Joko Bodo waktu remaja dulu.

Huft banget... gara-gara ini Tejo ngerasa gagal sebagai Power Ranger Biru harapan bangsa. Gimana Tejo bisa jadi Power Ranger Biru Sang Penumpas Kemaksiatan yang berbakti pada nusa dan bangsa kalau baru ngomong di depan tiga biji penyiar aja Tejo masih minder. Sekedar catatan, dari kecil sampai segede ini Tejo memang masih memendam cita-cita untuk bisa menjadi Power Ranger biru.

Gara-gara komentar yang pedesnya nendang itu, Tejo sempet mikir kayaknya Tejo enggak bakat deh jadi penyiar. Baru ngomong aja udah ribet, suara Tejo juga terdengar serak-serak jijik’in. Gak ada yang bisa diharapkan dari sisa-sisa kelaki-lakian Tejo. Tejo putus asa, diiringi lagu Ibu Kita Kartini yang mengalun samar-samar...

Enggak mau terus-terusan dianggap Penyiar Keder. Hari-hari berikutnya, Tejo jadi sering browsing script siaran radio di google. Tejo sengaja latihan reading di ruang produksi sendirian. Bukan karena Tejo pengen fokus dan berkonsentrasi. Tapi karena Tejo enggak pede kalau didampingi sama orang lain. Seolah-olah Tejo ini sedang ada dalam dongeng berjudul Putra Malu & Tujuh kurcaci. Tentu saja Tejo berperan jadi salah satu kurcaci yang enggak populer, bukan putra malunya.

Tapi kalau misal terpaksa Tejo yang jadi pemeran utamanya, kayaknya judul dongengnya bakalan direvisi jadi Putra Kemaluan. Mendadak Tejo merasa seperti seonggok titit tanpa tuan di padang pasir tandus nan gersang.

Baru sekitar dua minggu Tejo menjalani masa training. Tiba-tiba Tejo dapet kabar yang mengejutkan. Jauh lebih mengejutkan dari berita Arya Wiguna yang ngelakuin sumpah pocong hanya demi mempertanggungjawabkan perkataannya tentang Farhat Abbas yang pernah selingkuh.

Sumpah... menurut Tejo ini adalah sumpah pocong paling enggak penting yang pernah terjadi dalam sejarah persumpahpocongan di Indonesia. Dan herannya lagi, kabar yang Tejo denger kenapa harus dibandingkan dengan sumpah pocong ini?! Maklumin aja, Tejo memang lemah dalam menganalogikan sesuatu.

Kabar yang Tejo dengar, cukup mencengangkan. Tejo mendapat titah dari manajer radio untuk siaran perdana! Iya, siaran perdana yang artinya Tejo harus siaran sendirian! Tanpa didampingi orang tua, pacar dan handai taulan. Entah apa motivasinya, Tejo belum sempat melakukan penyelidikan lebih jauh.

Pukul dua belas siang... Tejo pun duduk di kursi penyiar. Seketika, pantat Tejo terasa panas, padahal ruangannya ber-AC. Sepertinya kursi penyiar ini enggak mau nyetel dengan pantat unyunya. Sepenuh hati Tejo coba enggak terlalu peduli karena Tejo harus memikirkan bagaimana ia harus mengoperasikan semua yang ada di depannya saat ini. Menata lagu, menata backsound, dan memanajemen waktu biar iklannya bisa muncul tepat waktu sesuai jadwal. Ribet banget!

Semua keribetan itu terasa sempurna karena siaran perdana Tejo siang itu adalah acara.... CAMPUR SARI.

Sebenarnya ini gak terlalu jadi masalah banget, Tejo tetep didampingi sama senior. Di sebelah Tejo ada sesosok cewek bernama Sekar. Penyiar dengan suara paling enjoy kalau ngebawain acara campur sari ini penuh kesabaran membimbing Tejo menghadapi seperangkat alat asing di depan Tejo.

Mungkin kalau Sekar suatu saat jadi dosen pembimbing skripsi. Mahasiswanya pasti bakalan seneng banget. Saking sabarnya nih, bisa-bisa malah Sekar yang ngerjain skripsinya mahasiswa daripada membimbing skripsi.

Menurut Tejo sih, siaran campur sari bukan merupakan perbuatan yang hina-hina banget. Tapi masalahnya adalah siaran campur sari ini Tejo harus ngomong pakai bahasa kromo, bahasa jawa halus. Bukan bahasa Indonesia, bukan bahasa ngapak, apalagi bahasa Bangladesh. Mau gak mau Tejo harus nerima, selain nerima Tejo bisa apa? Enggak bisa apa-apa. Iya, disuruh ngerjain soal matematika SD juga Tejo enggak bisa.

Tejo mengamati detik demi detik lagu di playlist komputer depan Tejo. Menjelang lagu berakhir dan sebentar lagi backsound, deg-degan Tejo semakin menjadi-jadi. Tejo pengen kabur! Ke Vietnam deh kalau perlu demi menghindari kenyataan bahwa sebentar lagi backsound diputer dan itu artinya udah waktunya Tejo buat ngomong.

“KAR! SEKAR! BENTAR LAGI BACKSOUND KAR! ASTAGHFIRULLAH KAR! ASTAGHFIRULLAH!” Tejo berteriak histeris sambil nutupin mata.

Sekar hanya menatap Tejo nanar. Mungkin kalau diterjemahkan arti dari tatapan Sekar, kurang lebih artinya, “IDIOT LU!”

Hari bersejarah itu pun akhirnya benar-benar terjadi.

Tejo.Siaran.Dengan.Bahasa.Krama.Inggil.Atau.Jawa.Halus.

“Assalamualaikum Wr. Wb..., Funky FM Rencang setyo panjenengan. Kepripun pawartosipun panjenengan sedoyo ing dinten meniko? (Funky FM sahabat setia anda. Bagaimana kabar anda semua di hari ini?) Bla.. bla.. bla..”

Tejo ngomong dengan suara yang kedengeran grogi banget walaupun krama inggil Tejo lancar. Iya, karena Tejo sebenarnya cuma baca teks, sambil gemeteran, sambil tersendat-sendat, juga sambil bernafas.

Semuanya berjalan lancar, meskipun entah gimana bentuknya suara yang Tejo keluarkan. Tejo mencoba cuek, kalau nanti muncul teguran atau laporan bahwa pendengar radio Funky FM tiba-tiba telinganya bernanah atau mungkin ngeluarin ambeyen dari kuping. Tejo hanya tinggal menyerahkan semuanya pada Manajer, Mbak Yul. 

Tejo terus berjuang untuk menyelesaikan tugas Tejo selama sejam. Dan prahara itu terjadi disaat sesi greeting online, atau saat Tejo menerima telepon dari pendengar.

Harap dicatat, bagi orang awam kayak Tejo. Nerima telepon sambil berusaha nyari lagu yang direquest itu enggak mudah. Tejo gagap banget...

Karena panik, lagu yang Tejo cari enggak ketemu-ketemu setelah Tejo matiin telepon. Dengan gusar Tejo langsung bilang ke Sekar dengan bahasa Yunani Kuno, “KIE PIBEN KAR? NYONG BINGUNG NEMEN SUMPAH!”, yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia gaul jadi, “INI GIMANA KAR? GUE BINGUNG BANGET SUMPAH!”

Sekar segera ngambil alih tugas, lebih tepatnya menyelamatkan kebodohan Tejo dengan menurunkan volume mic.

ANJRIT! Tejo lupa... posisi Tejo kan masih ON AIR!

Itu berarti suara kepanikan Tejo didenger sama seluruh orang kota Pemalang yang siang itu lagi dengerin Tejo siaran?! Anjrit lagi deh... pada debutnya siaran sendirian, Tejo udah ngelakuin kesalahan paling bego. Tejo merasa gagal banget.

Setelah susah payah Tejo balik ke lagu dan memastikan volume mic turun. Tiba-tiba Sekar ngakak. Kenceng banget. Sadis... tanpa perasaan juga tanpa tedeng aling-aling. Kalau Tejo kembali harus menerjemahkan makna senyuman Sekar. Mungkin kurang lebih jadinya seperti,

“HAHAHABEGOBANGETLUJADIORANGHAHAHASUMPAHBEGONYAKEBANGETANHAHAHA!"

Tejo cuma nyengir garing melihat Sekar yang ketawa lepas. Dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai bebas, Tejo jadi enggak sengaja keasikan mengamati Sekar yang lagi ketawa. Di mata Tejo Sekar terlihat manis nan adem. Setelah beberapa hari Tejo kerja bareng Sekar, baru kali ini Tejo sadar kalau ternyata Sekar terlihat manis. Apalagi saat tertawa lepas.

“Udah kenapa Kar, ketawanya sadis amat.” Tejo memohon.

“HAHAHAHA... Lagian kamu ceroboh banget jadi orang, panik sih panik tapi gak usah ikutan ngapak juga ngomongnya. HAHAHA..” Sekar masih menyiksa perasaan Tejo dengan tawanya.

Sejak peristiwa itu, Tejo justru jadi sering duet dengan Sekar untuk siaran. Karena sepertinya Tejo memang belum siap dilepas sendirian. Gara-gara itu pula, hubungan Tejo dengan Sekar jadi makin akrab. Panggilan mereka pun jadi aku-kamu, bukan lo-gue atau nyong-koe.

Kalau ada jadwal siaran malam hari, Tejo mendadak bahagia. Karena Tejo dapat bonus nganterin Sekar pulang. Tejo menikmati saat-saat itu. Apalagi momen ketika sampai di depan rumah Sekar, saat Sekar bilang, “Makasih ya, kamu hati-hati pulangnya. Kalau udah sampai rumah kasih kabar.” Kemudian ditutup dengan senyuman manis Sekar.

Dua minggu selanjutnya mereka jadi sering jalan bareng, sms-an, sampai mention-mentionan di Twitter ngomongin macem-macem. Walaupun gara-gara sering ngobrol gak jelas di Twitter sama Sekar. Tejo jadi sering di-unfollow sama followersnya. Yang tadinya followersnya 20 biji sekarang tinggal dua biji, yang setelah dicek sisa followersnya cuma ada Sekar, kedua akun Twitter radio tempat Tejo kerja.
***
Malam itu seperti biasa, Tejo dapet jadwal siaran pukul 20.00 bareng Sekar. Tejo selalu menikmati saat-saat seperti ini, saat berdua dengan Sekar di ruang siaran, saat di mana Tejo bisa melihat senyum dan tawa Sekar dari dekat.

Seperti biasa pula, saat lagu sedang diputer. Mereka sering bercanda, seolah-olah obrolan mereka enggak pernah ada habisnya. Sampai akhirnya, nada bicara Sekar berubah serius.

“Jo, kamu harus cepet membiasakan diri dengan semua alat radio yang ada di depan kamu ini.” Kata Sekar tanpa berani menatap Tejo.

“Iyalah, aku pasti bakalan cepet membiasakan diri. Lagian ini juga mulai paham.. Hehe kenapa emangnya Kar?”

“Ya... soalnya, mulai besok aku udah resign dari sini.”

“Hah?! Ma... maksudnya?! Kamu udah enggak jadi penyiar di sini lagi? Kok mendadak banget Kar?” Tejo terlihat sangat shock.

“Aku dapet panggilan kerja di salah satu bank swasta. Aku rasa, ini kesempatan buat aku berkarir lebih jauh Jo. Kamu bisa kan, mulai besok mesti siaran sendirian?”

“Ya.. tapi kenapa mendadak banget ngomongnya, Kar?”

“Aku nunggu kesempatan yang pas aja Jo, aku juga butuh mental nyampein ini ke kamu. Kalau aku ngomong ini dari kemarin, aku kan gak tau gimana reaksi kamu.”

“Sekarang jadi tau kan gimana reaksi aku? Kar, kita.. masih bisa ketemu, kan?” Suara Tejo mendadak berat.

“Enggak tau Jo, aku dapet penempatan di Timika, Papua. Jauh banget, kan?” Sekar tersenyum, masih tetap manis di mata Tejo. Dan Tejo sadar, kalau setelah malam ini. Tejo enggak bisa melihat senyum manis Sekar lagi, dari dekat.

“Kita kan masih bisa mention-mentionan di Twitter, jangan khawatir. Kamu harus janji sama aku kalau setelah ini kamu bakal seriusin pekerjaan penyiar ini. Kamu bakalan jadi penyiar hebat yang selalu ditunggu-tunggu para pendengar. Aku yakin kamu bisa, kok.” Kata Sekar, kali ini menatap mata Tejo dengan teduh.
***
Satu bulan telah berlalu, Tejo sekarang udah bisa siaran sendirian. Bahkan rating acara yang dipegang Tejo, acara SEMPAK (Senandung Musik Paling Asik) jadi begitu rame dengan penggemar. Ratusan sms gak pernah berhenti setiap Tejo udah mulai on air.

Sejak Sekar pergi, Tejo telah bertekad untuk menjadi penyiar yang gaul dan handal. Enggak keder lagi, seperti dulu. Bahkan mungkin kalau bisa, Tejo pengen jadi penyiar yang bisa menguasai dunia. Semua itu dilakukannya demi Sekar yang telah mengajarinya banyak hal. Tentang seluk beluk dunia radio, dan juga tentang perasaan yang kadang enggak harus diungkapkan.

Malam itu, saat Tejo siaran sendirian. Di sesi greeting online, Tejo menerima telfon dari seorang cewek bernama Kara yang nggak mau nyebutin lokasinya. Walaupun begitu, Tejo langsung mengenalinya kalau itu suara... Sekar. Ternyata walaupun udah ada di Timika, sekar masih setia dengerin Tejo siaran via streaming. Malam itu, mereka ngobrol berdua dengan begitu bahagia untuk melepas rindu, tanpa peduli mereka sedang on air, yang obrolannya didengar banyak orang dan juga nggak peduli di belakangnya penelpon lainnya antri menunggu.

About Us

DiaryTeacher Keder

Blog personal Edot Herjunot yang menceritakan keresahannya sebagai guru SD. Mulai dari cerita ajaib, absurd sampai yang biasa-biasa saja. Sesekali juga suka nulis hal yang nggak penting.




Random

randomposts