Selasa, November 27, 2018

#Cerpen : Announcer Keder

November 27, 2018
Seperti biasa, pagi ini, pukul 07.30 Tejo udah berdandan rapi dengan setelan celana jeans hitam, sweater polos warna biru dan topi Quiksilver yang juga berwarna biru. Tejo udah merasa gaul setengah mati melihat penampilannya di depan cermin, dan sekarang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke tempat kerjanya dengan jalan kaki manja.

Sebenarnya Tejo adalah calon guru SD yang gagal. Iya, Tejo baru merasakan wisuda sekitar sebulan yang lalu. Wisuda yang sebenarnya bisa dikatakan terlambat karena teman-teman seangkatannya udah pada wisuda duluan sekitar enam setengah tahun yang lalu.

Seharusnya, setelah wisuda kini Tejo bisa mengabdikan diri di sekolah dasar, mengamalkan ilmu-ilmu yang udah Tejo dapatkan selama kuliah dan mengajarkan nilai-nilai luhur pancasila kepada anak-anak. Tapi kenyataannya, sekarang Tejo malah jadi penyiar radio, di channel 107.7 Funky FM kota Pemalang.

Yah... memang agak gaje dan agak-agak enggak nyambung dengan ijazah yang Tejo miliki. Tapi setidaknya hal itu jauh lebih baik, daripada Tejo mesti jadi penyiar berita duka di mushola deket rumah. Kelihatannya Tejo enggak akan sampai hati ngelakuin hal yang satu ini karena hati Tejo mudah tersentuh. Bisa-bisa Tejo nyiarin berita dukanya sambil nangis sesenggukan dengan diselingi suara sedotan ingus yang fals.

Walaupun Tejo enggak jadi guru SD. Ternyata ada hikmah yang bisa diambil dari peristiwa yang jarang ini, karena akhirnya puluhan atau bahkan ratusan siswa berhasil mengejar masa depannya dengan gemilang tanpa ada unsur-unsur sesat yang Tejo tularkan jika Tejo benar-benar menjadi guru SD.

Jadi penyiar radio itu sebenarnya semacam ibadah, karena termasuk pekerjaan yang bisa menghibur banyak orang melalui suara. Nah, masalahnya Tejo baru sadar kalau suara Tejo serak-serak-ngebass-nyakitin. Kayaknya Tejo bukannya dapet banyak pahala, tapi justru malah dapet dosa gara-gara udah menyiksa telinga para pendengar di kota Pemalang.

Tejo khawatir, setelah masyarakat denger suara Tejo.. satu per satu telinga mereka jadi pada diamputasi. Pertama yang kanan, besoknya yang kiri. Atau bisa juga pertama yang kiri, besoknya yang kanan. Sebenarnya ini tergantung selera aja sih, mau yang mana duluan yang mesti dipotong. Hiiiii....

Awalnya Tejo pikir jadi penyiar itu gampang. Tinggal cerewet aja dan ngomong macem-macem, abis itu, udah.. misi sukses. Tapi ternyata, begitu Tejo berangkat ke studio radio, kesan pertama yang Tejo dapet di hari pertama Tejo kerja adalah... RIBET! Lebih ribet daripada legalisir KTP di kecamatan.

Kenyataannya, jadi penyiar radio itu dituntut kelincahan dan keselarasan antara berpikir dan bertindak.

Pertama, harus bisa mengatur jadwal iklan yang bakalan dimunculin karena udah ada jadwal waktu tayangnya sendiri, jadi antara ngomong sama muterin lagu harus bener-bener udah dipikir dulu. Jangan sampai keasikan ngomong, malah lupa waktu. Muterin iklannya malah molor.

Kedua, harus bisa mengatur playlist lagu secara cepat. Stok lagu di radio udah jelas banyak banget. Maka dari itu kelamaan dikit nyari, lagu yang diputer keburu abis. Terjadilah kekosongan atau jeda dan mungkin bisa juga terjadi keheningan yang panjang. Mau ngapain tuh kalau udah kayak gitu?

Kalau masih berstatus penyiar baru kayak Tejo, berhadapan dengan hal semacam itu pasti masih sering grogi. Melarikan diri dari ruang siaran mungkin bisa jadi solusi yang patut dicoba kalau terjadi kepanikan karena enggak bisa nyari lagu dengan cepat sementara lagu yang diputer udah habis.

***
Kalau dihitung-hitung, berarti belum ada sebulan Tejo menjalani karir di dunia kepenyiaran yang fana ini. Sebenarnya sesuai peraturan perusahaan di radio yang Tejo tempati. Tejo harusnya mesti menjalani masa training dulu selama tiga bulan baru bisa dilepas siaran sendirian.

Masa-masa tiga bulan itu harus Tejo lewatin dengan berbagai hal seperti: Tejo harus latihan reading (latihan baca script), terus juga mesti latihan bikin script siaran sendiri, sampai ngejejerin penyiar senior tiap lagi siaran biar Tejo paham hal apa aja yang harus dilakuin selama siaran.

Dengan jadwal yang terkesan monoton itu, alhasil hidup Tejo jadi terasa hitam putih. Tejo hitam, penyiar yang Tejo jejerin putih. Iya, kerjaan awal-awal di radio indah banget. Tejo mesti jejerin penyiar yang siaran selama berjam-jam. Cuma jejerin aja, tanpa dikasih kesempatan buat grepe-grepe penyiarnya. Bukan karena Tejo punya pikiran mesum sih, ya.. Tejo cuma pengen hiburan aja karena selama ngejejerin penyiar emang enggak ada hiburan sama sekali. Daripada Tejo mesti grepe-grepe tubuh sendiri, kan enggak afdol banget.

Selang beberapa hari setelah Tejo lumutan di kursi sebelah penyiar. Di suatu sore yang syahdu dan bersahaja. Tanpa diduga sebelumnya, tiba-tiba Tejo diminta melakukan prosesi reading (baca script siaran) di hadapan tiga para penyiar senior.

Oh iya, bentar... tolong jangan tanya sama Tejo maksud dari sore yang syahdu dan bersahaja itu kayak gimana. Tejo pasti enggak bakalan paham.

Sebenarnya ini bukanlah hal yang Tejo harapkan. Tapi Tejo bisa apa kalau manajer radio yang bernama Mbak Yul udah memberikan titah. Tejo memanggil manajer dengan sebutan Mbak Yul, karena Tejo rasa itu panggilan yang tepat. Karena kalau Tejo manggilnya Mas Yul Tejo pasti bakal digampar.

Sekedar informasi aja, Yul ini cewek.

Pada momen bersejarah ini, ketika Tejo mesti reading di hadapan tiga penyiar lain. Ternyata tanpa diduga-duga, dengan hebatnya Tejo berhasil membuat seisi ruangan terdiam! Gak ada suara sama sekali dan kalau diperhatikan mereka sepertinya menikmati banget suara Tejo.

Belakangan Tejo baru sadar, mereka diem karena emang lagi dengerin Tejo ngomong. Bukan karena ‘gak bisa berkata-kata’ gara-gara kekuatan magis suara Tejo. Yah, Tejo telah salah mengartikan.. ternyata sebagai cowok Tejo kurang peka. Tejo emang payah...

Di sela-sela kesedihan Tejo yang gagal memahami arti diam para penyiar sore itu. Ada hal menyedihkan lagi yang harus Tejo alami yaitu saat harus mendengar komentar-komentar mereka. Kata Mbak Yul, Tejo masih keliatan grogi banget waktu proses reading tadi. Tejo enggak bisa bersikap santai, enggak bisa bersikap ‘lepas’. Sebenarnya itu bisa dimaklumi, karena Tejo emang sebelumnya enggak punya background penyiar, karena itu tadi Tejo reading-nya masih sambil malu-maluin.

Sambil dengerin komentar satu per satu dari para penyiar senior, diem-diem Tejo nutupin kemaluannya sendiri pakai tangan saking malunya.

Kata Mbak Yul, Tejo dibilang masih terlalu jauh dari ekspektasi. Gaya bicara Tejo datar, flat. Gak ada powernya kalau ngomong. Bahkan Tejo dibilang lebih cocok kerja di air kata Mbak Yul. Tejo curiga, Mbak Yul ini dulu suka ikutan layanan sms Ki Joko Bodo waktu remaja dulu.

Huft banget... gara-gara ini Tejo ngerasa gagal sebagai Power Ranger Biru harapan bangsa. Gimana Tejo bisa jadi Power Ranger Biru Sang Penumpas Kemaksiatan yang berbakti pada nusa dan bangsa kalau baru ngomong di depan tiga biji penyiar aja Tejo masih minder. Sekedar catatan, dari kecil sampai segede ini Tejo memang masih memendam cita-cita untuk bisa menjadi Power Ranger biru.

Gara-gara komentar yang pedesnya nendang itu, Tejo sempet mikir kayaknya Tejo enggak bakat deh jadi penyiar. Baru ngomong aja udah ribet, suara Tejo juga terdengar serak-serak jijik’in. Gak ada yang bisa diharapkan dari sisa-sisa kelaki-lakian Tejo. Tejo putus asa, diiringi lagu Ibu Kita Kartini yang mengalun samar-samar...

Enggak mau terus-terusan dianggap Penyiar Keder. Hari-hari berikutnya, Tejo jadi sering browsing script siaran radio di google. Tejo sengaja latihan reading di ruang produksi sendirian. Bukan karena Tejo pengen fokus dan berkonsentrasi. Tapi karena Tejo enggak pede kalau didampingi sama orang lain. Seolah-olah Tejo ini sedang ada dalam dongeng berjudul Putra Malu & Tujuh kurcaci. Tentu saja Tejo berperan jadi salah satu kurcaci yang enggak populer, bukan putra malunya.

Tapi kalau misal terpaksa Tejo yang jadi pemeran utamanya, kayaknya judul dongengnya bakalan direvisi jadi Putra Kemaluan. Mendadak Tejo merasa seperti seonggok titit tanpa tuan di padang pasir tandus nan gersang.

Baru sekitar dua minggu Tejo menjalani masa training. Tiba-tiba Tejo dapet kabar yang mengejutkan. Jauh lebih mengejutkan dari berita Arya Wiguna yang ngelakuin sumpah pocong hanya demi mempertanggungjawabkan perkataannya tentang Farhat Abbas yang pernah selingkuh.

Sumpah... menurut Tejo ini adalah sumpah pocong paling enggak penting yang pernah terjadi dalam sejarah persumpahpocongan di Indonesia. Dan herannya lagi, kabar yang Tejo denger kenapa harus dibandingkan dengan sumpah pocong ini?! Maklumin aja, Tejo memang lemah dalam menganalogikan sesuatu.

Kabar yang Tejo dengar, cukup mencengangkan. Tejo mendapat titah dari manajer radio untuk siaran perdana! Iya, siaran perdana yang artinya Tejo harus siaran sendirian! Tanpa didampingi orang tua, pacar dan handai taulan. Entah apa motivasinya, Tejo belum sempat melakukan penyelidikan lebih jauh.

Pukul dua belas siang... Tejo pun duduk di kursi penyiar. Seketika, pantat Tejo terasa panas, padahal ruangannya ber-AC. Sepertinya kursi penyiar ini enggak mau nyetel dengan pantat unyunya. Sepenuh hati Tejo coba enggak terlalu peduli karena Tejo harus memikirkan bagaimana ia harus mengoperasikan semua yang ada di depannya saat ini. Menata lagu, menata backsound, dan memanajemen waktu biar iklannya bisa muncul tepat waktu sesuai jadwal. Ribet banget!

Semua keribetan itu terasa sempurna karena siaran perdana Tejo siang itu adalah acara.... CAMPUR SARI.

Sebenarnya ini gak terlalu jadi masalah banget, Tejo tetep didampingi sama senior. Di sebelah Tejo ada sesosok cewek bernama Sekar. Penyiar dengan suara paling enjoy kalau ngebawain acara campur sari ini penuh kesabaran membimbing Tejo menghadapi seperangkat alat asing di depan Tejo.

Mungkin kalau Sekar suatu saat jadi dosen pembimbing skripsi. Mahasiswanya pasti bakalan seneng banget. Saking sabarnya nih, bisa-bisa malah Sekar yang ngerjain skripsinya mahasiswa daripada membimbing skripsi.

Menurut Tejo sih, siaran campur sari bukan merupakan perbuatan yang hina-hina banget. Tapi masalahnya adalah siaran campur sari ini Tejo harus ngomong pakai bahasa kromo, bahasa jawa halus. Bukan bahasa Indonesia, bukan bahasa ngapak, apalagi bahasa Bangladesh. Mau gak mau Tejo harus nerima, selain nerima Tejo bisa apa? Enggak bisa apa-apa. Iya, disuruh ngerjain soal matematika SD juga Tejo enggak bisa.

Tejo mengamati detik demi detik lagu di playlist komputer depan Tejo. Menjelang lagu berakhir dan sebentar lagi backsound, deg-degan Tejo semakin menjadi-jadi. Tejo pengen kabur! Ke Vietnam deh kalau perlu demi menghindari kenyataan bahwa sebentar lagi backsound diputer dan itu artinya udah waktunya Tejo buat ngomong.

“KAR! SEKAR! BENTAR LAGI BACKSOUND KAR! ASTAGHFIRULLAH KAR! ASTAGHFIRULLAH!” Tejo berteriak histeris sambil nutupin mata.

Sekar hanya menatap Tejo nanar. Mungkin kalau diterjemahkan arti dari tatapan Sekar, kurang lebih artinya, “IDIOT LU!”

Hari bersejarah itu pun akhirnya benar-benar terjadi.

Tejo.Siaran.Dengan.Bahasa.Krama.Inggil.Atau.Jawa.Halus.

“Assalamualaikum Wr. Wb..., Funky FM Rencang setyo panjenengan. Kepripun pawartosipun panjenengan sedoyo ing dinten meniko? (Funky FM sahabat setia anda. Bagaimana kabar anda semua di hari ini?) Bla.. bla.. bla..”

Tejo ngomong dengan suara yang kedengeran grogi banget walaupun krama inggil Tejo lancar. Iya, karena Tejo sebenarnya cuma baca teks, sambil gemeteran, sambil tersendat-sendat, juga sambil bernafas.

Semuanya berjalan lancar, meskipun entah gimana bentuknya suara yang Tejo keluarkan. Tejo mencoba cuek, kalau nanti muncul teguran atau laporan bahwa pendengar radio Funky FM tiba-tiba telinganya bernanah atau mungkin ngeluarin ambeyen dari kuping. Tejo hanya tinggal menyerahkan semuanya pada Manajer, Mbak Yul. 

Tejo terus berjuang untuk menyelesaikan tugas Tejo selama sejam. Dan prahara itu terjadi disaat sesi greeting online, atau saat Tejo menerima telepon dari pendengar.

Harap dicatat, bagi orang awam kayak Tejo. Nerima telepon sambil berusaha nyari lagu yang direquest itu enggak mudah. Tejo gagap banget...

Karena panik, lagu yang Tejo cari enggak ketemu-ketemu setelah Tejo matiin telepon. Dengan gusar Tejo langsung bilang ke Sekar dengan bahasa Yunani Kuno, “KIE PIBEN KAR? NYONG BINGUNG NEMEN SUMPAH!”, yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia gaul jadi, “INI GIMANA KAR? GUE BINGUNG BANGET SUMPAH!”

Sekar segera ngambil alih tugas, lebih tepatnya menyelamatkan kebodohan Tejo dengan menurunkan volume mic.

ANJRIT! Tejo lupa... posisi Tejo kan masih ON AIR!

Itu berarti suara kepanikan Tejo didenger sama seluruh orang kota Pemalang yang siang itu lagi dengerin Tejo siaran?! Anjrit lagi deh... pada debutnya siaran sendirian, Tejo udah ngelakuin kesalahan paling bego. Tejo merasa gagal banget.

Setelah susah payah Tejo balik ke lagu dan memastikan volume mic turun. Tiba-tiba Sekar ngakak. Kenceng banget. Sadis... tanpa perasaan juga tanpa tedeng aling-aling. Kalau Tejo kembali harus menerjemahkan makna senyuman Sekar. Mungkin kurang lebih jadinya seperti,

“HAHAHABEGOBANGETLUJADIORANGHAHAHASUMPAHBEGONYAKEBANGETANHAHAHA!"

Tejo cuma nyengir garing melihat Sekar yang ketawa lepas. Dengan rambut hitam panjangnya yang tergerai bebas, Tejo jadi enggak sengaja keasikan mengamati Sekar yang lagi ketawa. Di mata Tejo Sekar terlihat manis nan adem. Setelah beberapa hari Tejo kerja bareng Sekar, baru kali ini Tejo sadar kalau ternyata Sekar terlihat manis. Apalagi saat tertawa lepas.

“Udah kenapa Kar, ketawanya sadis amat.” Tejo memohon.

“HAHAHAHA... Lagian kamu ceroboh banget jadi orang, panik sih panik tapi gak usah ikutan ngapak juga ngomongnya. HAHAHA..” Sekar masih menyiksa perasaan Tejo dengan tawanya.

Sejak peristiwa itu, Tejo justru jadi sering duet dengan Sekar untuk siaran. Karena sepertinya Tejo memang belum siap dilepas sendirian. Gara-gara itu pula, hubungan Tejo dengan Sekar jadi makin akrab. Panggilan mereka pun jadi aku-kamu, bukan lo-gue atau nyong-koe.

Kalau ada jadwal siaran malam hari, Tejo mendadak bahagia. Karena Tejo dapat bonus nganterin Sekar pulang. Tejo menikmati saat-saat itu. Apalagi momen ketika sampai di depan rumah Sekar, saat Sekar bilang, “Makasih ya, kamu hati-hati pulangnya. Kalau udah sampai rumah kasih kabar.” Kemudian ditutup dengan senyuman manis Sekar.

Dua minggu selanjutnya mereka jadi sering jalan bareng, sms-an, sampai mention-mentionan di Twitter ngomongin macem-macem. Walaupun gara-gara sering ngobrol gak jelas di Twitter sama Sekar. Tejo jadi sering di-unfollow sama followersnya. Yang tadinya followersnya 20 biji sekarang tinggal dua biji, yang setelah dicek sisa followersnya cuma ada Sekar, kedua akun Twitter radio tempat Tejo kerja.
***
Malam itu seperti biasa, Tejo dapet jadwal siaran pukul 20.00 bareng Sekar. Tejo selalu menikmati saat-saat seperti ini, saat berdua dengan Sekar di ruang siaran, saat di mana Tejo bisa melihat senyum dan tawa Sekar dari dekat.

Seperti biasa pula, saat lagu sedang diputer. Mereka sering bercanda, seolah-olah obrolan mereka enggak pernah ada habisnya. Sampai akhirnya, nada bicara Sekar berubah serius.

“Jo, kamu harus cepet membiasakan diri dengan semua alat radio yang ada di depan kamu ini.” Kata Sekar tanpa berani menatap Tejo.

“Iyalah, aku pasti bakalan cepet membiasakan diri. Lagian ini juga mulai paham.. Hehe kenapa emangnya Kar?”

“Ya... soalnya, mulai besok aku udah resign dari sini.”

“Hah?! Ma... maksudnya?! Kamu udah enggak jadi penyiar di sini lagi? Kok mendadak banget Kar?” Tejo terlihat sangat shock.

“Aku dapet panggilan kerja di salah satu bank swasta. Aku rasa, ini kesempatan buat aku berkarir lebih jauh Jo. Kamu bisa kan, mulai besok mesti siaran sendirian?”

“Ya.. tapi kenapa mendadak banget ngomongnya, Kar?”

“Aku nunggu kesempatan yang pas aja Jo, aku juga butuh mental nyampein ini ke kamu. Kalau aku ngomong ini dari kemarin, aku kan gak tau gimana reaksi kamu.”

“Sekarang jadi tau kan gimana reaksi aku? Kar, kita.. masih bisa ketemu, kan?” Suara Tejo mendadak berat.

“Enggak tau Jo, aku dapet penempatan di Timika, Papua. Jauh banget, kan?” Sekar tersenyum, masih tetap manis di mata Tejo. Dan Tejo sadar, kalau setelah malam ini. Tejo enggak bisa melihat senyum manis Sekar lagi, dari dekat.

“Kita kan masih bisa mention-mentionan di Twitter, jangan khawatir. Kamu harus janji sama aku kalau setelah ini kamu bakal seriusin pekerjaan penyiar ini. Kamu bakalan jadi penyiar hebat yang selalu ditunggu-tunggu para pendengar. Aku yakin kamu bisa, kok.” Kata Sekar, kali ini menatap mata Tejo dengan teduh.
***
Satu bulan telah berlalu, Tejo sekarang udah bisa siaran sendirian. Bahkan rating acara yang dipegang Tejo, acara SEMPAK (Senandung Musik Paling Asik) jadi begitu rame dengan penggemar. Ratusan sms gak pernah berhenti setiap Tejo udah mulai on air.

Sejak Sekar pergi, Tejo telah bertekad untuk menjadi penyiar yang gaul dan handal. Enggak keder lagi, seperti dulu. Bahkan mungkin kalau bisa, Tejo pengen jadi penyiar yang bisa menguasai dunia. Semua itu dilakukannya demi Sekar yang telah mengajarinya banyak hal. Tentang seluk beluk dunia radio, dan juga tentang perasaan yang kadang enggak harus diungkapkan.

Malam itu, saat Tejo siaran sendirian. Di sesi greeting online, Tejo menerima telfon dari seorang cewek bernama Kara yang nggak mau nyebutin lokasinya. Walaupun begitu, Tejo langsung mengenalinya kalau itu suara... Sekar. Ternyata walaupun udah ada di Timika, sekar masih setia dengerin Tejo siaran via streaming. Malam itu, mereka ngobrol berdua dengan begitu bahagia untuk melepas rindu, tanpa peduli mereka sedang on air, yang obrolannya didengar banyak orang dan juga nggak peduli di belakangnya penelpon lainnya antri menunggu.

Jumat, September 28, 2018

Yuk, Kenali Lebih Jauh Bagaimana Payroll System Bekerja

September 28, 2018

Apa itu Payroll atau penggajian?
Payroll  adalah proses dimana pemilik bisnis membayar karyawan untuk pekerjaan yang telah mereka selesaikan. Setiap berbisnis dengan karyawan harus memiliki proses penggajian yang ditetapkan. Penggajian seringkali merupakan pengeluaran terbesar untuk sebuah bisnis. Proses penggajian yang efektif dan efisien akan memastikan bahwa karyawan dibayar secara akurat dan konsisten, sehingga memungkinkan SDM dapat fokus pada bidang lain.

Payroll tampaknya sederhana, tetapi menjadi rumit karena berbagai pemotongan yang terjadi dalam beberapa komponen penggajian. Pengusaha harus menahan pajak dari setiap gaji dan memastikan bahwa dana yang akurat dibayarkan ke pemerintah secara benar. Pengusaha juga dapat bertanggung jawab untuk mengurangi dan membayar premi asuransi dan menyetorkan dana ke rekening pensiun atau ke badan amal yang dipilih.

Tugas pemrosesan penggajian dapat menciptakan beban yang besar dan tekanan yang tidak diinginkan bagi pemilik bisnis kecil dan dapat juga membebani pemilik bisnis besar. Batas waktu yang tidak terjawab atau pengajuan pajak yang salah dapat mengakibatkan denda atau penjara. Untuk menghindari masalah ini, usaha kecil, menengah, dan besar dapat memanfaatkan payroll system.

Apa itu Payroll System?

Payrol system adalah perangkat lunak yang dirancang untuk mengatur semua tugas pembayaran karyawan dan pengarsipan pajak karyawan. Tugas-tugas ini dapat mencakup melacak jam kerja karyawan, menghitung upah, memotong pajak dan pemotongan, mencetak dan mengirimkan cek, menyelesaikan setoran langsung, membayar premi kepada operator asuransi, dan membayar pajak pekerjaan kepada pemerintah.

Payroll system sering membutuhkan pemilik bisnis untuk memasukkan informasi yang berkaitan dengan komponen penggajian. Kemudian payroll system menggunakan informasi tersebut untuk melakukan perhitungan dan memotong secara otomatis. Sebagian besar payroll system memperbarui sistemnya sendiri setiap kali undang-undang pajak berubah dan akan mengingatkan pemiliki bisnis kapan harus mengajukan berbagai formulir pajak.

Bagaimana memilih Payroll System Yang Cocok Dengan Kebutuhan Bisnis Anda?

Memilih payroll system yang paling sesuai dengan bisnis Anda sangat penting. Mungkin sulit untuk memutuskan payroll system mana yang harus dipilih, tetapi ada beberapa faktor yang perlu diingat ketika memutuskan.

Pertama, analisis ukuran bisnis Anda dan putuskan berapa banyak yang Anda bayarkan untuk payroll system. Menentukan anggaran dan klasifikasi ukuran bisnis akan mempersempit daftar vendor payroll system, membuat pilihan Anda jauh lebih mudah. Kedua, bandingkan penawaran dari vendor yang tersisa dan baca ulasan dari beberapa pelanggan saat ini. Ketiga, jika tersedia, minta demo dan lihat sendiri betapa mudahnya payroll system bekerja dan seberapa cocoknya dengan bisnis Anda.

Meskipun bisnis anda kecil, untuk menangani tugas penggajian melalui proses manual, dapat banyak memakan waktu. Salah perhitungan seorang pemilik bisnis dapat berada dalam masalah hukum atau keuangan. Perusahaan menengah dengan hingga 100 karyawan sangat diuntungkan dengan berinvestasi dalam payroll system.

Mengapa Harus Menggunakan Payroll System?

Payroll system dapat mengurangi kesalahan dalam proses penggajian dan mengurangi volume pekerjaan dalam menghitung jam kerja, upah, dan pemotongan pajak. Selain mudah digunakan, sering kali harga sangat terjangkau. Dalam beberapa kasus, pemilik bisnis dapat menghemat uang dengan menggunakan payroll system untuk pemrosesan penggajian daripada alternatif lain.

Pemilik bisnis dapat membeli sistem yang terjangkau yang dapat diakses di komputer atau cloud, menggunakan model pay-as-you-go. Pengunaan payroll system dapat memangkas biaya jasa seorang akuntan internal untuk proses penggajian. Perusahaan juga dapat menghindari bekerja dengan pihak ketiga untuk proses penggajian.

Terakhir, pemilik bisnis  dapat mengontrol proses penggajian dengan menggunakan payroll system.  Artinya, memungkinkan laporan bisnis disusun dengan kecepatan yang diinginkan dan membuat perubahan dengan cepat jika diperlukan. Lebih efisien, daripada mencoba membuat laporan secara manual atau berhubungan dengan perusahaan penggajian pihak ketiga untuk melakukan perubahan. Untuk lebih mengenal bagaimaan payroll system bekerja, segera hubungi LinovHR yang siap melayani setiap kebutuhan bisnis anda.

Selasa, September 11, 2018

Setelah Bertahun-tahun, Koleksi Kumpulan Cerpen Bobo Ini Akhirnya Lengkap Juga ~

September 11, 2018
Salah satu bacaan yang masih suka saya baca dari jaman masih jadi anak SD sampai sekarang udah jadi guru SD adalah majalah bobo.



Memang sekarang saya udah nggak langganan, tapi kalau ada edisi-edisi tertentu yang menarik saya masih menyempatkan buat beli. Walaupun begitu, saya tetap paling suka nyari majalah bobo yang terbit di tahun 90-an sampai awal tahun 2000-an. Majalah Bobo di tahun segitu memang dekat sekali dengan jaman saya masih anak SD. Kalau baca bisa sambil sekalian nostalgia.

Dulu, waktu masih SD hampir setiap minggu saya beli majalah bobo pakai uang saku sendiri terus bacanya sambil ngumpet di kamar karena waktu itu bapak tidak merestui hobi membaca saya. :D

Bapak jauh lebih suka saya mengaji atau membaca buku pelajaran yang jelas tidak ada menarik-menariknya sama sekali.

Di dalam majalah Bobo, saya sering melihat kalau majalah bobo juga menerbitkan serial Kumpulan Cerpen Bobo dan Kumpulan Dongeng Bobo. Setiap melihat cover dan judul cerpen dongengnya yang ditampilkan, saya selalu antusias pengen beli tapi nyatanya nggak pernah benar-benar beli. Bukan karena pelit atau cuma banyak ngomong doang. Tapi karena memang di kota saya, Pemalang, nggak pernah ada toko buku yang menjual serial Kumpulan Cerpen Bobo atau Kumpulan Dongeng Bobo.

Kota saya memang minimalis, jarang dikenal publik. Bahkan, mungkin di peta Jawa Tengah saja kota Pemalang nggak keliatan, kalau ingin liat mesti digosok dulu di bagian tertentu pakai uang logam biar tulisan kota Pemalang ini bisa muncul.

Kota Pemalang ini letaknya diantara kota Pekalongan dan Tegal. Kalau ada bus antar kota yang bersliweran, di kaca depan bus yang mereka tulis seringnya ‘cuma’ Pekalongan-Tegal. Bahkan ada Batang-Pekalongan-Tegal. Nama Pemalang sering diabaikan begitu saja. Ini saya mikir, Pemalang nggak penting-penting amat atau yang punya bus taunya habis Pekalongan langsung Tegal.

Ya, memang sih... kota ini dari dulu sampai sekarang gini-gini aja. Jangankan Gramedia, KCF ataupun Pizza Hut aja nggak ada yang berani buka lapak di Pemalang. Ya, karena sudah jelas. Daya beli masyarakatnya masih rendah. Itu sebabnya, dulu buku yang dijual di Pemalang kebanyakan serial stensilan, sukur-sukur ada serial Wiro Sableng. Komik dan novel gramedia hampir dikatakan mustahil waktu itu ada di Pemalang. Karena ya, memang nggak ada Gramedia atau pun toko buku yang meyakinkan.

Balik ke Majalah Bobo dan serial Kumpulan Cerpen Bobo. Saya masih ingat, buku kumpulan cerpen Bobo pertama yang berhasil saya dapatkan berjudul ‘Bola-Bola Kesepian’. Secara ajaib saya mendapatkan judul ini di salah satu loper koper depan toko Famous di kota saya. Dan cuma itu satu-satunya buku Kumpulan Cerpen Bobo yang muncul di kota saya.

Saking senangnya dengan kumpulan cerpen bobo yang pertama saya punya itu, saya sampai membacanya berkali-kali nggak bosen-bosen.


Sekian lama memendam keinginan untuk memiliki buku dari kumpulan cerpen bobo lainnya, saya mulai mendapatkan angin segar sejak kuliah di Semarang dan mengenal toko buku bekas yang ada di sekitar stadion diponegoro dan lantai dua Pasar Johar yang waktu itu belum kebakaran.

Saya mulai mendapatkan kumpulan cerpen bobo satu per satu dengan harga berbeda-beda, mulai dari lima ribuan sampai dua puluh ribuan. Waktu itu memang belum ada Tokopedia, Bukalapak ataupun Shopee. Palingan cuma OLX yang dulu namanya masih Tokobagus.

Jadi saya ngumpulinnya bener-bener secara ‘manual’, nyari satu per satu judulnya dari satu toko ke toko lain, selama berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Setiap ada kesempatan berkunjung ke toko buku bekas buat nyari komik. Saya nggak pernah absen buat nanya kumpulan cerpen Bobo.

Dari pertama masuk kuliah sampai lulus kuliah. Saya masih belum berhasil melengkapi semua nomor yang ada, jumlahnya memang banyak sekali. Kalau tidak salah, ada sekitar delapan puluh tiga judul yang sudah dikeluarkan majalah Bobo untuk seri kumpulan cerpen bobo dan sebelas seri untuk kumpulan cerpen guru yang diterbitkan.

Alhamdulillah... sejak muncul toko online beberapa tahun ini, niat saya untuk mengumpulkan serial Kumpulan Cerpen Bobo jadi lebih mudah. Hampir setiap hari saya patroli di Bukalapak, Tokopedia sampai OLX untuk mencari serial ini. Bermacam-macam kata kunci juga saya pakai biar tidak ada jualan yang terlewatkan mulai dari kumpulan cerpen bobo, pustaka bobo, pustaka ola, cerpen anak dan lain-lain.




Hal itu saya lakukan sering-sering karena siapa tahu aja tiap hari ada penjual yang baru mengupload jualannya, jadi saya bisa langsung tahu dan nggak keduluan sama pembeli lain yang mungkin meminati serial Kumpulan Cerpen Bobo ini.

Saya membuat list sendiri untuk mencatat nomor berapa saja yang belum saya punya. Setelah itu, saya terus berburu di toko online ataupun di toko buku bekas yang saya jumpai. Nah, karena sekarang serial saya sudah lengkap. Berikut ini saya tuliskan judul lengkap dari Kumpulan Cerpen Bobo yang di pertengahan nomornya jadi lebih sering dikenal dengan nama Pustaka Ola.

Judul Lengkap Kumpulan Cerpen Bobo :

Kumpulan Cerpen Bobo

1 Khayalanku Sebelum Tidur
2 Serigala di Malam Hari
3 Dia Belum Terlambat, Kan?
4 Hantu Jembatan
5 Makhluk Berpedang Perak
6 Surat dari Surga
7 Lebih dari Meminta Maaf
8 Bingkai yang Kosong
9 Rahasia Lemari Rahasia
10 Adik Manis di Balik Pagar
11 Menunda Itu Masalah
12 Teman yang Dirindukan
13 Suara Hantu di Tengah Malam
14 Pujian Yang Menyesatkan
15 Tarian Odeta
16 Tanggal Keramat
17 Hadiah
18 Pita Pita Pita
19 Diuji dengan Mimpi
20 Si Penjaga Pintu
21 Saudara Tiri
22 Mama Sayang Kamu
23 Naluri Detektif Kecil
24 Surat yang Mempunyai Mata
25 Sang Dirigen
26 Hati yang Berubah
27 Istana Anak Milennium III
28 Cincin Keramat
29 Sebuah Rahasia
30 Bola-Bola Kesepian
31 Pesulap Kecil
32 Mengatasi Krisis Uang Saku
33 Saku Kesebelas Pak Kulas
34 Jagoan Empat Mata
35 Layang-Layang Keberuntungan
36 Wangi di Senja Hari
37 Nilai Sebuah Kenangan
38 Mama Berhati Emas
39 Teman dalam Kegelapan
40 Biodata Palsu
41 Tamasya Ke Masa Silam
42 Korespondensi dengan Pencuri
43 Kampung Berwarna Paman Nico
44 Cerita Misteri Ke-13
45 Lukisan Untuk Papa
46 Rumah di Bawah Kabut
47 Gaun Biru Warisan
48 Segelas Air Pengakuan
49 Menanti Kata-Kata
50 Petunjuk yang Terlewatkan
51 Viva dan Pippa
52 Dugaan yang Salah
53 Resep Panjang Umur
54 Tawa di Gudang Tua
55 Dompet Bolu Kukus
56 Detektif Kacau
57 Kue Kue Eka
58 Teman Khayalan
59 Peta Harta Katun
60 Balon Harapan
61 Si Jahil Dijawil
62 I Love You Too!
63 Eh.., Kecopet, Kecepot!
64 Serial Li-El
65 Mereka Membicarakanku
66 Aku Bertemu Hantu
67 Halo Efek
68 Hanakotoba
69 Mencopet Pencopet
70 Gara-Gara Televisi
71 Rumah di Atas Pohon
72 Misteri Kunci Berbau Wangi
73 Kata Sandinya : Botak
74 Gambarku Tak Berketombe
75 Bukit Ketiga Belas
76 Anak Aneh
77 Jatuh Bangun
78 Tangisan di Malam Hari
79 Mereka Anak-Anak Baik
80 Penaklukkan Sinar Laser
81 Love Li-El
82 Hari-Hari Hello
83 Kereta Tebu Berhantu


* Kumpulan Cerpen Guru
1 Guru Les Gratis 
2 Hati yang Berubah 
3 Sahabat 
4 Segelas Air Untuk Guru 
5 Panggil Saja Aku, Ito! 
6 Kartu yang Hilang 
7 Guru Juga Manusia 
8 Jujur dan Sahabatku 
9 Jurus-Jurus Menyontek 
10 Penolong Rahasia 
11 Kantong Bolong Pak Wong




Untuk mengumpulkan serial sebanyak itu yang bukunya terbit sudah lama dan nggak cetak ulang memang nggak gampang. Pernah ada penjual di Bukalapak yang jual bukunya paketan, kalau mau beli harus lima buku langsung. Padahal keempat judulnya saya sudah punya. Tapi karena khawatir nanti cari judul itu susah lagi, akhirnya saya beli semuanya. Empat buku yang sudah saya punya judulnya, saya jual lagi di toko nline. Alhamdulillah ternyata laku juga.


Ya, ngumpulin buku sebanyak ini memang butuh perjuangan dan butuh waktu. Ada nomor-nomor tertentu yang susah banget didapetin. Salah satunya, nomor 72 yang judulnya Misteri Kunci Berbau Wangi. Nomor ini jarang banget ada yang jual. Udah dicari muter-muter tiap hari nggak nemu-nemu.

Sampai akhirnya, suatu hari saya nemu di Tokopedia, langsung order judul buku ini, tapi akhirnya dibatalkan sama penjualnya. Padahal waktu itu pesanannya sudah diproses. Ternyata gini aja, bikin nyesek.

Beberapa hari kemudian, waktu lagi searching di Bukalapak, nggak sengaja nemu lagi satu penjual yang jual buku ini. Begitu udah order, beberapa saat kemudian, dikabarin kalau bukunya dicari nggak ada, akhirnya terpaksa cancel pesanan. Bener-bener deh, penampakannya udah ada tapi nggak jodoh-jodoh sama buku ini.

Sekitar seminggu kemudian, eh... nemu lagi buku ini dijual oleh penjual yang sama yang bilang bukunya nggak ketemu. Harganya berubah, dinaikkan jadi lima ribu rupiah,tapi ya nggak masalah. Saya coba order ulang, akhirnya dapat juga judul buku yang ‘sulit’ ini.

Lalu,buku terakhir yang saya dapat judulnya Serial Li-el nomor 64. Padahal dulu banget, pernah lihat judul buku ini ada yang jual, tapi karena menunda-nunda buat beli. Beberapa hari kemudian bukunya hilang dari peredaran. Mungkin karena ada yang beli.

Setelah tiap hari muter-muter tokopedia sama bukalapak. Akhirnya judul buku ini kembali ada yang jual di bukalapak. Penjualnya bernama Angon Buku. Langsung deh nggak pakai lama, buku ini saya order sambil berharap semoga bukunya masih ada dan pesanannya nggak dibatalkan sama penjual. Alhamdulillah... bukunya cepet banget diproses dan akhirnya sampai di rumah dengan mengagumkan. Koleksi Kumpulan Cerpen Bobo saya akhirnya lengkap!

Dulu, saya sempat tidak yakin kalau saya bisa melengkapi semua judul Kumpulan Cerpen Bobo. Soalnya judulnya banyak banget dan yang jual sudah jarang. Tapi ternyata, setelah bertahun-tahun berjuang, nggak nyangka banget Kumpulan Cerpen Bobo ini bisa lengkap.

Saya sendiri kalau misal disuruh ngulang ngumpulin ini dari awal, jelas nggak yakin kalau bisa ngelengkapin lagi semua judulnya, hehe...

Sekarang giliran Kumpulan Dongeng Bobo yang sedang saya usaha buat lengkapi. Tinggal sekitar tiga puluhan nomor lagi yang belum dapat. Dan ini levelnya lebih sulit dari Kumpulan Cerpen Bobo karena yang jual memang udah jarang banget. Bismillah aja deh....

Sabtu, Juni 09, 2018

Sudah Saatnya

Juni 09, 2018

Ada banyak sekali hal yang udah gue rasakan setelah memutuskan untuk menjadi seorang blogger. Dulu, sekitar lima tahun yang lalu. Gue memutuskan untuk membuat blog setelah ‘ikut kena virus Raditya Dika’. Nggak cuma virus bikin blog saja, tapi juga virus ikutan nulis komedi berharap sama lucunya seperti Raditya Dika. Pada waktu itu, Radit memang bisa dibilang sebagai Blogger Sejuta Umat.

Gue merasakan sekali betapa alaynya gue waktu itu. Bagaimana gue ikut memutuskan menggunakan ‘gue’ biar tampak gaul seperti Radit, juga ‘mendandani’ blog setiap hari dengan widget-widget alay dan gonta-ganti tampilan agar blog tampak menarik yang sebenernya hampir nggak ada yang ngunjungin kecuali gue sendiri.

Kalau membaca tulisan-tulisan gue di awal ngeblog, rasanya memang menyedihkan bahkan bisa bikin ingin muntah. Tanda baca berantakan, penulisan huruf kapital nggak jelas, dan yang paling sedih adalah garingnya nggak terselamatkan. Ya, itu dulu dan entah kenapa gue pede banget waktu itu.

Walaupun tulisan gue garing dan memalukan. Gue sadar kalau itu adalah proses yang harus gue jalani untuk bisa menjadi blogger seperti yang sekarang ini. Setiap hari tanpa sadar gue belajar dengan mengamati tulisan teman-teman blogger, mengamati tampilan blog teman-teman blogger dan mengamati komentar di blog dari teman-teman yang terus bikin semangat ngeblog.

Awal gue ngeblog kalau nggak salah di awal semester empat kuliah. Waktu kalimat ‘ini ceritaku, mana ceritamu?’ dan ‘catatan bla bla bla’ masih laris banget dijadiin tagline di blog. Gue juga salah satu yang ikutan dengan bikin tagline, ‘Catatan Gak Mutu’ karena waktu itu gue mikirnya, ya... emang tulisan gue nggak mutu. Gue mencoba menulis kelucuan-kelucuan yang terjadi di sekitar gue sebagai seorang mahasiswa guru SD. Gue pun membranding diri sebagai ‘Mahasiswa Gagal Gaul’.

Dulu, gue bisa berjam-jam di depan laptop untuk sekedar menulis postingan di blog. Sampai-sampai gue juga pernah berjam-jam masuk ruang dosen gara-gara tulisan gue di blog yang ngomongin salah satu dosen dan dosen tersebut membacanya. Semua itu harus berakhir dengan gue tandatangan di atas materai dan mesti publikasin tulisan permintaan maaf di blog.

Berkat ngeblog, gue jadi kenal banyak teman blogger dari berbagai daerah. Bahkan beberapa kali gue pernah ikutan kopdar sampai ke Jakarta. Jujur ini prestasi buat gue yang sebelumya hampir nggak pernah ikut komunitas sama sekali. Berkat ngeblog, gue juga punya komunitas yang dulu begitu solid dan berenergi. Berkat ngeblog, gue bisa mewujudkan cita-cita gue untuk jadi seorang penulis. Itu adalah alasan kenapa gue harus tetap ngeblog sampai sekarang dan seterusnya. Blog sudah membuat gue mengenal banyak hal baru dan teman baru.

Blog juga sudah membuat banyak hal yang sudah berlalu bisa gue ingat kapan saja karena pernah gue tulis disini.

Dulu gue begitu santai menuliskan apa saja yang gue pikirkan dan tanpa pikir panjang langsung publikasikan. Sekarang, untuk mempublikasikan satu postingan saja, gue perlu banyak pertimbangan. Bahkan mesti beberapa kali baca ulang untuk meminimalkan typo.

Gue akui, dulu gue serampangan banget kalau nulis, merasa bisa ngelucu. Bahkan kalau sekarang baca ulang buku Cancut Marut. Rasanya geli sendiri. Alay banget tulisan gue waktu itu! Dan ternyata, garing. Meskipun alay, gue tetap bersyukur bahwa gue pernah menerbitkan buku berjudul Cancut Marut karena itu adalah cita-cita gue yang jadi kenyataan.

Dulu, menulis sebuah kelucuan adalah hal yang menyenangkan. Sekarang, rasanya gue sudah nggak bisa menulis selucu dulu. Mungkin karena masa-masa konyol seperti itu sudah berlalu dalam hidup gue atau mungkin hidup gue yang berubah jadi terlalu serius.

Kalau dipikir-pikir, mungkin sama juga sih dengan apa yang dialami Raditya Dika. Melihat gaya tulisannya dari buku ke buku. Radit juga mengalami perubahan dalam gaya menulisnya. Dari buku Kambing Jantan yang slenge’an nulisnya kemudian berubah ke Koala Kumal yang jadi tidak benar-benar lucu meskipun tetap asyik dinikmati.

Ngomongin masalah ngeblog, ada banyak hal yang berubah dari dulu sampai sekarang. Sebagian besar teman seperjuangan waktu ngeblog udah pada menghilang. Grup blogger kebanggaan juga semakin sepi. Tapi setidaknya gue salut sama mereka yang masih tetap konsisten ngeblog dan sudah menemukan brandingnya sendiri.

Gue sendiri sekarang udah jadi guru SD yang alakadarnya. Masa-masa alay gue sudah jauh berlalu. Sekarang, gue merasa sudah nggak pantes lagi pakai ‘gue-gue’ buat bahasa ngeblog. Kesannya nggak pas aja kalau jadi guru, terus sok-sokan gue-gue-an segala. Masa iya gue ketemu orangtua siswa, beliau tanya keadaan anaknya, gue bilangnya, “Maaf ini bu, gue belum balik ke kelas, nanti gue tanyakan ke guru mapel dulu bagaimana keadaan anak ibu, ya?”

Belum lagi kalau ada orangtua siswa atau teman sehari-hari yang baca blog ini dan ngeliat ada banyak ‘gue’ disini. Nggak pas banget.

Jadi ini adalah postingan terakhir gue pakai kata ‘gue’. Selanjutnya, gue lebih merasa nyaman untuk menjadi diri sendiri dengan menyebut ‘saya’, seperti beberapa teman blogger yang sudah duluan hijrah dari ‘gue’ ke ‘saya’. Sudah saatnya untuk menjadi diri sendiri. Bukan berarti gue akan berhenti menulis hal-hal lucu. Gue masih akan berusaha menulis komedi yang tentu saja beda dengan tulisan komedi gue yang dulu. Bedanya,  kalau dulu dengan 'gue',  sekarang dengan 'saya'. 

Mungkin awalnya akan menjadi sangat tidak pas karena kebiasaan ‘gue’ yang sebelumnya. Tapi yang namanya hidup selalu ada yang berubah. Perubahan dari gue ke saya adalah salah satunya.

About Us

DiaryTeacher Keder

Blog personal Edot Herjunot yang menceritakan keresahannya sebagai guru SD. Mulai dari cerita ajaib, absurd sampai yang biasa-biasa saja. Sesekali juga suka nulis hal yang nggak penting.




Random

randomposts