Rabu, Mei 20, 2015

Cara Mudah Untuk Membuka Toko Online

Mei 20, 2015
Saat ini bisnis online semakin diminati masyarakat sebagai salah satu pilihan untuk mendapatkan untung besar. Apa-apa selalu di-online-kan. Punya sepeda bekas dijual online, punya hape bekas dijual online, sampai-sampai yang namanya bisnis prostitusi aja sekarang pakenya online. Duh..

Bisnis online mulai banyak dilirik karena pengerjaannya yang enggak terlalu menguras tenaga dan hasilnya juga terkadang mampu mengalahkan real bisnis. Kayak misal, mbak-mbak yang jualannya cuma modal gonta-ganti DP sambil update ‘ready sist’ kadang penghasilannya justru lebih besar dibanding bapak-bapak yang jualan baju di kios pasar.

Ada banyak model bisnis online yang dapat menghasilkan uang dengan cepat seperti affiliate program, PPC, forex, jasa web desain, jasa SEO dan masih banyak lagi. Dan kini salah satu model bisnis online yang paling banyak dilirik oleh masyarakat adalah jualan online. Gampang, gak perlu punya lapak beneran. Tapi dagangan kita bias diliat siapa aja.

Beragam jenis barang bisa diperjualbelikan secara online melalui jaringan internet. Tapi sebenarnya jualan online tuh nggak semudah yang kita bayangin. Diperlukan modal yang cukup besar, usaha yang konsisten, trik serta strategi pemasaran yang jitu untuk mencapai penjualan yang optimal serta dikenal banyak orang dan mendapat kepercayaan dari pelanggan. Karena niat bersih bisnis online sering dikeruhkan sama kelakuan oknum yang sukanya menipu lewat jual beli online.

Kayak misal, di FB sering ada penawaran HP atau gadget dengan harga murah, yang harganya jauh banget di bawah standar aslinya, udah gitu, biasanya pake janji beli tiga gratis satu. Itu kan enggak masuk akal banget. Jadi kalo kalian pernah liat hal semacam itu mending enggak usah tergiur. Mustahil banget, kalian beli hape bonus hape. 



Nah, untuk para pemula yang ingin memulai bisnis online, biasanya mereka memaksimalkan penggunaan sosial media (sosmed) seperti facebook, twitter, instagram, path dan lain sebagainya sebagai sarana promosi viral. Dengan bantuan sosial media penjual online dapat meningkatkan brand awareness serta menggaet para pelanggan dengan mudah. Selain itu sekaligus menanamkan kepercayaan dalam hal transaksi kepada pelanggan.

Sekilas memang bisa kita katakan bahwa bisnis online sebenarnya sangat mudah untuk kita lakukan. Untuk memulai usaha online, sebaiknya kita coba membangun profil di beberapa social media kita sebagai penjual, hal ini ditujukan supaya kita mendapat kepercayaan kepada para calon pelanggan sekaligus produk-produk kita mudah untuk dikenal banyak orang. 

Cara paling mudah untuk memulai jualan online di sosial media adalah dengan memilih beberapa sosial media yang terfokus pada profil usaha yang ingin dijalankan. Sehingga kita akan mendapatkan kepercayaan dengan mudah dan cepat. 

Baru baru ini telah hadir sebuah platform e-commerce yang difokuskan sebagai direktori online atau media iklan toko online. Platform tersebut adalah Shopious.com. Dengan memasang profil Shopious.com, para penjual online dapat menawarkan beberapa produk yang sedang kita jual ke jutaan unik visitor yang dimiliki Shopious. Sehingga potensi penjualan yang lebih besar serta brand awareness yang diterima akan produk kita akan lebih mudah tersebar luaskan. Udah gitu, usaha kita juga jadi lebih meyakinkan di mata pelanggan. 


Shopious adalah media sosial yang dikhususkan untuk para penjual toko online di bidang fashion untuk mengiklankan toko onlinenya. Melalui shopious pembeli dapat melihat produk dan profil para penjual atau online shop di seluruh Indonesia. Selain itu juga terdapat satu keuntungan untuk kita lebih capat mendapatkan kepercayaan kepada para pelanggan di internet. Calon pembeli akan lebih mudah percaya karena dapat memantau profil dan kredibilitas para penjual atau online shop yang bonafit tersebut. Terakhir, di shopious.com calon pembeli juga dapat melihat barang barang terbaru yang selalu update secara langsung oleh pihak penjual.

Jadi, kalo kalian lagi merintis untuk bisnis jualan online, kayaknya perlu banget deh buat menyelami dunia shopius.com, karena yang namanya peluang gak boleh disia-siain. Ingat gaes, jutaan visitor unik sangat berpotensi untuk menjadi pembeli sekaligus jadi sales yang siap mempromosikan produk kalian kalo emang produk kalian berkualitas. Yok, buruan. Gak ada syarat mesti punya BPJS kok buat daftarnya.

Minggu, Mei 17, 2015

Buku-Buku Gaul dalam Hidup Gue

Mei 17, 2015
Hari ini, tanggal 17 Mei mitosnya sih bertepatan dengan hari buku nasional. Keren sih, gue udah seneng banget pas ngecek kalender tanggal merah, tapi ternyata tanggalnya merah bukan karena hari buku nasional tapi emang karena ini hari Minggu. Hufh banget.

Gue udah suka baca buku sejak gue masih SD. Dulu, gue lebih sering ke perpustakaan minjemin buku bacaan terbitan dari Depdiknas disaat anak-anak lain pada jajan anak mas, mie gemez sampai jagoan neon. Alasan utamanya sih sebenernya lebih karena uang saku gue yang gak seberapa.

Dulu, gue juga suka banget yang namanya nyewa komik. Yang gue inget, dulu tarifnya masih sekitar 500-700 perak per buku. Dan tiap pulang ke rumah, gue selalu baca diem-diem di kamar atau di belakang rumah. Soalnya bapak gue paling enggak suka ngeliat gue baca komik, cuma bikin males belajar katanya. Gue boleh baca buku, kalo itu buku pelajaran. Dan itu enggak mungkin, karena gue gak akan pernah bisa merasakan nikmatnya baca buku pelajaran.

Pemalang, kota kelahiran gue. Kota yang cukup misterius karena enggak banyak orang yang tau keberadaannya, adalah kota yang sangat enggak modern. Pengen beli komik terbitan ‘elex media komputindo’ aja rasanya enggak mungkin. Padahal komik-komik keren semuanya ada disitu, mulai dari Doraemon, Detective Conan, The Genius Bakabon, Si Botak Hagemaru dan komik syariah lainnya. Gara-gara itu, gue jadi lebih sering beli buku bacaan seadanya, semacam komik terbitan M&C. Disitu gue jadi punya bacaan yang lumayan, seperti komik Ciko Bento, Monika, Shibao, sampai Hai, Miiko.

Jaman dulu, gue enggak punya banyak pilihan. Jadi gue cuma bisa beli komik dengan judul seadanya. Emang gue bisa minjem komik judul apapun di persewaan komik. Tapi, dulu gue punya cita-cita, kelak gue pengen bisa punya perpustakaan pribadi yang isinya koleksi buku gue dengan berbagai jenis bukan cuma sesama jenis. Jadi, gue bisa baca buku gue (lagi) suatu saat kapan aja gue pengen.

Waktu gue masih SD, enggak ada yang namanya toko buku online, jadi gue cuma bisa mupeng kalo ngeliat iklan buku di majalah Bobo yang gue baca tiap Minggu.

Beberapa tahun kemudian, kondisi kota Pemalang masih saja enggak bisa diharapkan. Gramedia masih belum ada. Toko buku pun cuma ada alakadarnya, jualnya buku-buku dari antah berantah yang dilihat dari judul dan kovernya aja enggak bikin bergairah. Jadi, salah satu cara gue menuntaskan hasrat akan buku-buku dan komik adalah ketika ada pameran buku. Gue bisa sangat khilaf ketika momen tahunan itu dateng. Bahkan gue bisa kesana setiap hari selama seminggu demi terus mengecek buku yang pengen gue beli masih ada apa enggak. Yap, gue gak mungkin beli langsung main borong, gue perlu ngumpulin duit dulu.

Kegilaan gue sama yang namanya buku, mulai terobati ketika akhirnya gue diterima kuliah di salah satu kampus cupu Semarang. Gue akhirnya mengenal indahnya gramedia, togamas, toko gunung agung dan surga buku bekas yang ada di Stadion Diponegoro dan Pasar Johar. Hampir setiap ada kesempatan dan ada duit. Gue selalu mengunjungi tempat-tempat sakral itu.

Pulang dari Semarang, tas gue penuh dengan buku. Pulang dari Semarang lagi, tas gue penuh dengan buku lagi. Kayak gitu terus dari jamannya Andika masih di Kangen Band sampai sekarang Andika bikin grup yang namanya ‘Kangen Lagi’.

Sekarang, gue udah di Pemalang. Gue mungkin agak kesulitan saat gue harus berburu buku-buku yang gue pengen langsung ke tokonya. Entah itu buku bekas atau buku baru. Beruntung, gue sekarang enggak terlalu kesulitan karena sekarang udah ada yang namanya toko buku online. Walaupun gue harus kena ongkos kirim dan sabar nunggu datengnya, karena mesti nungguin proses pengirimannya yang kadang sampai seminggu lebih karena bukunya ada di gudang penerbit.

Setelah puluhan atau mungkin ratusan buku yang gue baca dari kecil sampe sekarang, ada lima buku yang menurut gue paling mengesankan dalam hidup gue, ini nih...


Cancut Marut


Awalnya gue ngirim naskah buku ini sengaja enggak pake gembor-gembor ke temen-temen. Karena gue emang enggak pede, takut udah kebanyakan ngomong ternyata tulisan gue ditolak penerbit, dan gak pernah terbit.

Dan gue mungkin beruntung, cukup ngirim naskah sekali langsung diterima sama penerbit, sekelas grasindo lagi. Yang gue tau, grasindo nerima tulisan gue bukan karena tulisan gue keren banget tapi karena gue ngirim disaat yang tepat. Buku gue adalah buku kedua di era grasindo yang baru di bawah editor gaul bernama Anin Patrajuangga, dan berbulan-bulan setelahnya grasindo mengeluarkan buku udah kayak zakat fitrah buat anak yatim se-negara Palestina. Sebulan bisa sampai tujuh sampai sebelas buku baru muncul di gramedia. Zadiz! Kalo gue ngirimnya beberapa bulan kemudian, gue gak yakin naskah gue dilirik apa enggak.

Cancut Marut adalah bukti kalo gue selama ini baca ratusan buku enggak sia-sia. Cancut Marut adalah bukti nyata impian yang selama ini gue anggap hampir enggak mungkin, ternyata bisa jadi kenyataan. Cancut Marut adalah bukti kalo gue yang semasa sekolah enggak pernah nulis sama sekali ternyata bisa bikin buku.

Cancut Marut-lah yang bisa membuat gue terbang tinggi dan berdecak haru saat gue pertama kali memegang buku karya gue sendiri. perasaan yang luarbiasa, dan mungkin hanya bisa dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali bisa nerbitin buku.

Dan Cancut Marut, pernah jadi runner up dengan nilai yang sama dengan juara 1 di Unsa Book Award dalam kategori buku kumpulan cerita. Buat gue ini keren banget.

Di mata orang lain, Cancut Marut bisa jadi cuma buku dekil yang harganya 32.00,-. Tapi buat gue Cancut marut lebih dari itu. Ada banyak cerita nyata gue sendiri, yang kelak.. bertahun-tahun kemudian akan sangat memorable banget. Kisah gue saat mahasiswa, ke-alay-an gue saat mahasiswa, sudah tertulis di sana.  

Gash Bell


Gue kenal komik ini sejak SD. Karena ini terbitan M&C, jadi gue bisa beli rutin tiap bulan. Dan karena terbitnya yang enggak pasti, gue jadi ketinggalan beberapa volume. Gue enggak bisa dapetin stok volume sebelumnya karena udah ngilang komiknya. Udah gitu, dulu enggak ada toko buku online juga.

Sempet vakum lama banget, gue nemu komik ini di sebuah pameran buku di kota Semarang, paketan langsung vol. 1-22. Gue bener-bener ragu mau beli apa enggak, gue udah punya volume 1-11, kalo ini gue beli, gue bakalan punya komiknya dobel. Tapi kalo enggak gue beli, gue enggak tau kapan lagi gue bisa nemuin komik selengkap ini. Dan akhirnya gue ngerelain beberapa ratus ribu buat bawa pulang komik sebanyak 22 volume ini. Yang ternyata, masih ada kelanjutannya sampai volume 33.



Perjuangan selanjutnya untuk nyari sisa dari volume ini bener-bener berdarah-darah. Ubek-ubek toko online, sampe beberapa kios buku bekas dan alhamdulilah sekarang cuma tinggal satu volume aja yang enggak bisa gue lengkapin, yaitu volume 28, jadi kalo ada yang punya kalian bisa kabarin gue ya.. hehe.

Gash Bell ini nyeritain tentang pertempuran 100 anak iblis yang dikirim ke dunia manusia buat memperebutkan kursi raja selanjutnya. Tiap anak, akan diberi buku yang dipegang oleh partnernya dari seorang manusia. Enggak peduli temen atau sahabat, kalau mereka bertemu sesama anak iblis mereka harus saling membakar buku itu, sampai akhirnya hanya tersisa satu iblis yang akan menjadi raja.

Komik ini bener-bener menguras hati dan emosi gue banget. Ada komedinya, sukanya, sampai dukanya. Persahabatan, perjuangan, impian dan keyakinan, semuanya ada di buku ini. Keren banget menurut gue!

Pilihan gue buat beli komik ini enggak salah. Dan kerennya, gue kenal buku ini waktu kelas enam SD, gue baru bisa baca sampai tamat ketika gue mau lulus kuliah. Ini masih mending sih, dibandingin komik detective conan yang sampe sekarang masih aja belum tamat.

Buku Karya R.L Stine

 

Awalnya gue cuma naksir sama karya R.L Stine yang serial ‘Goosebumps’. Sejak SD, gue udah suka banget sama buku ini. Buku horor anak-remaja ini ceritanya kadang ada yang tentang hantu, monster dan sebenernya bukan hantu atau monster. Endingnya juga selalu enggak ketebak.

Goosebumps sendiri serinya ada banyak banget; ada ‘goosebumps’ yang serinya 1-65, terus ada ‘goosebumps 2000’ yang serinya 1-25, ada lagi ‘goosebumps seri petualangan maut’ yang gue enggak tau sampai berapa serinya, juga ada lagi goosebumps serial ‘10 cerita horor’. Saking banyaknya seri buku ini, tiap gue berkunjung ke toko buku dan kios buku bekas, buku ini pasti iseng selalu gue tanyakan, sapa tau ada yang belum gue punya koleksinya.

 

Perjuangan gue buat melengkapi seri goosebumps ini menemui puncaknya saat gue kuliah di Semarang, hampir sebagian besar koleksinya gue temukan di toko buku bekas Semarang. Sampe sekarang, hanya tinggal beberapa seri aja yang belum gue lengkapin. Susah gaes, nyarinya...

Ngerasa suka banget sama Goosebumps, hal ini membuat gue naksir berat sama R.L Stine. Gue jadi suka berburu buku karya R.L Stine lainnya. Nightmare Street, Nightmare Room sampe Fear Street, selalu gue buru hampir tiap minggu di pasar malem tiap malam minggu di kota Semarang. 

Gue gak pernah suka banget sama buku sampe segininya, kerjaannya nyariin mulu.

D.O (Drop Out)

Mungkin orang-orang sepakat, buku karya Raditya Dika adalah buku komedi paling lucu yang pernah ada di bumi ini. Walaupun gue suka sama semua hal yang berbau Raditya Dika, gue enggak setuju-setuju banget kalo buku Radit dibilang buku yang paling lucu. 


Buku yang lebih lucu menurut gue ini judulnya ‘Drop Out’. Terbitan Gagasmedia yang sebenernya udah cukup jadul tapi dicetak ulang, gue tertarik beli sama buku ini karena ada embel-embel ‘mahasiswa’-nya. Dan begitu gue baca, gue ngakaknya bener-bener ngakak. Menurut gue, buku ini adalah komedi jenius yang hampir setiap punchline-nya yang selalu nonjok.

Dengan mengusung karakter Jemi, mahasiswa kadaluarsa yang begonya kebangetan ini sedang berjuang buat bisa wisuda di semester terakhirnya,kalo enggak wisuda Jemi bakalan di DO.

Sepanjang baca buku ini, gue dibuat geleng-geleng sama tingkah begonya yang ajaib. Ya, pokoknya... kalian bakalan ngerti betapa kampret ceritanya sendiri kalo udah baca buku ini.

Lelaki Gagal Gaul



Buku ini adalah pembuktian bahwa karir gue sebagai penulis enggak cuma numpang lewat aja. Enggak berhenti nerbitin satu buku, ternyata gue bisa nerbitin buku lagi. Lelaki Gagal Gaul ini menjadi sangat berkesan karena gue harus mengorbankan skripsi gue (walaupun aslinya gue emang males, tapi lumayan kan bisa dipake buat alesan biar kesannya keren).

Menurut gue, Cancut Marut punya peran penting dari terbitnya buku gue ini. Waktu itu, gue dapet inbox dari editor mediakita buat nawarin ngirim naskah karena awalnya sempat mengira gue biasa bikin komik. Yap, ini jelas efek cover cancut marut yang bentuknya comicstrip jadi bikin editor mediakita sampe ngirim inbox ke fanpage fb gue, setelah gue jelasin kalo gue nulis novel komedi, gue tetep diminta buat nyoba ngirim ke mediakita dan ternyata inbox itulah yang membuka jalan untuk gue berjodoh dengan mediakita. Bener-bener, konspirasi yang romantis.

Selasa, April 28, 2015

Postingan Sepulang dari Semarang

April 28, 2015
Tanggal 22 April kemarin gue main ke Semarang setelah sekian lama gue enggak menginjakkan kaki lagi di kota itu. Gue sengaja main ke Semarang karena seperti biasa, gue diminta temen-temen BEM Univ. PGRI Semarang buat jadi juri stand up comedy di ajang tahunan kampus. Yap, itu artinya ini adalah ketiga kalinya gue rutin jadi juri di kampus UPGRIS.

Sebenernya hari itu gue ada jadwal ngajar di sekolah. Tapi karena gue pikir siswa-siswa gue udah pada pinter, jadi gak masalah gue tinggal sehari. Walaupun gue sempet khawatir, mereka bakal kesepian dan kehilangan semangat hidup tanpa kehadiran gue. Dan belakangan, gue baru tau anak-anak ngadain pesta barbecue di toilet sekolah buat ngerayain gue yang enggak ngajar pada hari itu. Konon katanya, mereka terlihat sangat bahagia. Awas aja nanti.

Acara stand up-nya sih cuma sehari, cuma gue enggak mau mepet datengnya. Jadi gue dateng sehari sebelumnya. Dan seperti biasa, gue akan numpang nginep di kontrakan temen sekampus dulu, yang sekarang udah pada ngajar. Biasanya, kalo kita ketemu kayak gini, kita akan bertukar cerita bagaimana lugunya anak didik masing-masing. Untuk kemudian, kita akan ngakak bareng-bareng.

Malam itu, ada Adhy, Pandik, Slamet dan seorang lagi temennya Slamet yang juga numpang tidur. Kemudian Pandik membuka cerita, tentang betapa luar biasanya anak-anak didiknya.

“Siswa gue ya Dotz... gue kasih pertanyaan gini; ‘Ardi, apa tugas seorang ayah di keluarga?’ Simpel banget, dan lo tau nggak dia jawabnya apaan?”

“Apaan emang, Ndik?” Gue penasaran.

“Tukang ngasih makan ayam!”

“ HAHAHAHA....” Gue dan yang lain ketawa bareng.

“Lo tau kenapa dia jawabnya kayak gitu? Soalnya orangtuanya habis dipecat dari pabrik katanya, dan emang setiap hari kerjaan ayahnya ngasih makan ayam. HAHAHA” Pandik ngakak lagi.

Emang sih, jawabannya absurd banget, tukang ngasih makan ayam. Tapi enggak bisa disalahin juga sebenernya, karena memang ayahnya cuma ngasih makan ayam tiap hari, dia gak mau tau ayah lainnya kayak gimana. Walaupun seharusnya jawaban yang bener itu, mencari nafkah atau kepala keluarga.

Gue enggak kalah pamer, gue juga nyebutin ke-absurd-an siswa gue waktu pelajaran IPA. “Gue juga pernah loh, kemarin kan UTS IPA. Di lembar soal ada pertanyaan, ‘Awan bergerak karena....’, lo tau jawabannya apaan?” Gue sengaja ngasih jeda.

Lalu gue melanjutkan, “Karena Allah.”

“HAHAHA” yang lain lagi-lagi ketawa.

“Kampret kan, iya gak bisa disalahin juga sih jawabannya. Tapi ya harus disalahin karena yang diminta bukan itu. Harusnya kan angin jawabannya”, gue ngejelasin hakikat jawaban yang sebenernya.

Untuk beberapa saat kita kembali cerita banyak hal tentang kegelisahan masing-masing selama mengajar. Sampai gue jadi tertegun mendengar cerita Adhy.

“Gue juga punya cerita Dotz, ini lebih keren dari sekedar jawaban-jawaban absurd siswa kalian. Ini lebih mainstream lagi”

Mainstream gimana maksudnya?” Gue lagi-lagi penasaran.

“Lo tau Jesi? Masih inget apa nggak yang pernah gue upload di facebook?”

“Siapa sih? Jesi Mizwar?”

“Kampret, bukan! Anak kelas enam pokoknya. Dia naksir sama gue, gimana perasaan lo?” Adhy mengatakan hal itu dengan nada santai tapi agak-agak belagu.

“Anjrit! Serius? Ah lo cuma ke-ge’er-an aja”

Kemudian Adhy bercerita panjang lebar kalo dia enggak bercanda. Yang namanya Jesi, tiap hari selalu nyari yang namanya Adhy, sedangkan yang namanya gue gak ada yang pernah mau nyariin.

Di depan kantor, tiap istirahat Jesi nungguin. Kadang di lapangan juga dicari, karena emang Adhy kebetulan ngajar olahraga di sekolahnya. Sampai-sampai waktu Adhy lagi ngetik ‘entah apalah itu’, Jesi juga nungguin di belakangnya. Segitunya anak SD kalo naksir orang. Naksirnya beda generasi lagi. Kalo Adhy, generasinya dulu trio kwek kwek, Jesi udah Coboy Junior. Atau mungkin, Adhy generasi levelnya udah goyang ngebornya Inul. Jesi sih, baru goyang dumang aja.

Gue langsung ngasih pertanyaan bernada menghakimi, “Terus lo sendiri gimana? Ngasih respon? Lo sepikin juga tuh anak SD?”

“Gila aja lo, enggaklah!”

“Masalah ini udah nyampe kepala sekolah bego. Gue bahkan sempet dipanggil sama kepala sekolah terus satunya lagi Pak Kemal, wali kelasnya Jesi. Gue ditanyain macem-macem, ya gue jelasinlah... gue udah coba menjauh, FB juga udah gue blokir, kalo di luar kelas gue jalannya kayak orang cepirit, buru-buru pengen nyampe kantor biar aman”

Gak heran juga, namanya sekolah swasta emang agak ketat gitu. Tapi gue bener-bener gak nyangka, jaman gue SD dulu, tiap gue naksir gue cewek gue enggak pernah berani deketin. Papasan di lorong sekolah aja gue udah mau sakaratul maut, mau ngapain aja susah. Lah ini, yang namanya Jesi, naksir Adhy, kemana aja dibuntutin. Mungkin kalo Adhy boker pun, Jesi rela nungguin. Iya, bokernya di depan parkiran Alfamart.

“Udahlah.. sepikin aja sapa tau lo doyan sama anak SD. HAHAHA” Gue ngeledekin Adhy.

“Muke lo kayak rendeman kalpanax! Nggak anak kelas enam SD juga kali!” Adhy menolak. Kemudian melanjutkan, “Lagian ya, lo tau... ternyata dulu waktu kepala sekolahnya masih Pak Firdaus...”

Gue tau Pak Firdaus. Soalnya dulu waktu masih kuliah, gue PPL di SD tempat Adhy ngajar sekarang. Bareng sama Adhy juga. Gue juga sempet ngajar ekskul futsal tiap Sabtu sambil skripsi, sampai akhirnya gue milih buat pulang ke kota sendiri.

“Ternyata guru olahraga sebelumnya, bertahun-tahun lalu, pernah ada juga yang pacaran sama anak kelas enam SD. Panggilannya bahkan sampe Papah Mamah segala. Ajaib kan...”

Sampe akhirnya gue tau, hubungan guru olahraga SD itu dengan anak kelas enam itu pun berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Iya, pacaran beneran. Klimaksnya anak SD-nya pun hamil. Gue ternganga pertama kali denger kenyataan ini.

Anjrit banget kan tuh guru olahraga, anak kelas enam SD diembat juga. Kebangetan banget. Dan mirisnya, proses hamilnya terjadi di rumahnya si anak SD itu karena rumahnya sepi, orang tuanya semua kerja di rumah sakit. Dan entah gimana kasusnya sekarang, yang jelas guru olahraga itu sekarang masih ngajar di sekolah yang lebih elit lagi. Gue cuma bisa goyang-goyangin pantat.

***

Obrolan malam itu enggak  bertahan lama, cuma sampai sekitar pukul sebelas malem. Adhy, Pandik dan slamet udah harus bobo cantik karena besoknya mereka mesti ngajar. Yap, situasinya emang udah beda. Dulu waktu masih mahasiswa. Kami bisa ngobrol sampe tengah malem di warung kucingan, warung sejenis angkringan gitu deh.

Dulu, kami ngobrol lebih rame bareng temen-temen lainnya. Ngomongin dosen, ngomongin gaya pacaran temen sampe ngomongin masa depan. Dan sekarang, kami udah ada di fase ‘masa depan’ itu. Berjuang dengan cara masing-masing.

Setelah Adhy dan Pandik masuk ke kamarnya, Slamet cerita ke gue. “Sekarang kita udah bener-bener sibuk banget Dotz. Jarang ada yang bisa nyantai di kontrakan kalo siang. Gue misalnya, berangkat pagi, pulang jam dua, istirahat bentar terus jam tiga mesti berangkat ngelesin. Sampe jam sembilan baru selesai, gitu terus tiap hari. Adhy sama Pandik juga sama.”

Sadis banget. Segitunya buat nyari duit. Jaman kuliah dulu, nyari duit cuma sekedar buat nambah uang jajan. Sekarang buat bener-bener makan harus kerja sampe malem baru kelar.

“Kalo enggak kayak gitu, gaji gue enggak bakal cukuplah buat makan. Kan gue juga mesti ngumpulin duit juga buat nikah.” DEG. Slamet bener-bener visioner banget, udah ngomongin nikah segala.

Gue lebih milih diem.

About Us

DiaryTeacher Keder

Blog personal Edot Herjunot yang menceritakan keresahannya sebagai guru SD. Mulai dari cerita ajaib, absurd sampai yang biasa-biasa saja. Sesekali juga suka nulis hal yang nggak penting.




Random

randomposts