Wisuda, (baca: wisuda dengan koma)
Edot Herjunot
September 28, 2013
Akhirnya hari Sabtu ini datang juga... hari yang sekian lama teman-teman gue nantikan. Sebuah hari yang hebat dan akan menjadi kebanggaan untuk terus dikenang setelah hari ini dilalui.
Ini adalah sebuah hasil dari perjuangan selama empat tahun menjalani hari-hari sebagai mahasiswa. Beban tugas, beban akhir bulan serta beban perasaan, berhasil mereka taklukkan hingga akhirnya mereka dapat berada disini, mengenakan toga, untuk... wisuda.
Teman-teman gue satu angkatan, satu perjuangan, satu kelas. Mereka akhirnya berhasil mendapatkan gelar sarjana pendidikan yang sudah menjadi tujuan utama mereka empat tahun yang lalu.
Hari ini gue menyaksikan kebahagiaan mereka. Gue menyaksikan betapa bangganya mereka hari ini, ketika mereka diwisuda. Jujur gue seneng dengan apa yang udah teman-teman gue capai. Mereka memang sangat berhak merasakan bahagia dihari ini setelah perjuangan keras mereka menghadapi badai skripsi selama berbulan-bulan. Yah, walaupun ada beberapa yang berjuang dengan sangat biasa-biasa saja, bahkan cenderung enggak menderita sama sekali karena kebetulan mereka dapet dosen pembimbing skripsi yang berhati mulia dan tidak sombong.
Dibalik kebahagiaan gue menyaksikan kebahagiaan mereka yang telah menciptakan kebahagiaan lain untuk orang tua masing-masing. Ada rasa nyesek yang begitu dalam di hati gue. Ini bukan karena gue iri atau sensi. Gue sadar, dengan diwisudanya mereka hari ini. Gue pun resmi kehilangan momen-momen bersama teman-teman gue seperti saat masih kuliah dulu.
Gue masih mahasiswa. Mereka bukan lagi mahasiswa...
Gue punya banyak cerita dengan teman-teman seperjuangan di organisasi dulu. Tiap jadi panitia gue selalu jadi anak yang kerjanya paling ringan. Tapi, kalo masalah makan gue selalu jadi yang terdepan. Pernah waktu itu, ada acara buka bersama di jurusan. Gue dan temen gue lagi asik makan, tiba-tiba salah satu temen cewek gue ngedeketin gue dan bilang, “Yang lain lagi susah payah kerja belum ada yang makan, kalian malah enak-enakan makan disini.. Kalian tuh punya perasaan apa enggak, sih?! Dimana perasaan kalian???”
Gue cuma bisa bengong dan malu abis. Cewek itu seperti shock abis dan hampir nangis. Menurut gue ini lebay... dia enggak tahu, gue udah ngelakuin tugas yang dibebankan ke gue, harusnya sih itu fair. Setelah insiden itu, ada acara evaluasi panitia, dan akhirnya malah jadi sesi curhat, satu per satu pada nangis. Absurd... tapi gue kangen dengan kebersamaan seperti itu.
jauh sebelum infeksi skripsi menyerang
Ikut organisasi juga bikin gue sering nginep tiap ada kegiatan, gue dulu ngerasa sok cool dengan co card panitia yang dikalungkan di leher gue. Sok ngatur-ngatur peserta, sok sibuk di depan peserta dan sok ganteng di depan peserta. Yang terakhir itu, gue gagal ngelakuinnya. Biasanya, malemnya gue begadang bareng temen-temen panitia lain. Ini momen yang gue sadar gak bakal bisa gue ulang lagi. Dan gue kehilangan saat-saat seperti itu.
Gue masih inget banget, di kelas gue, kelas D. Waktu itu akhir semester satu. Dosen mata kuliah Matematika Dasar meminta gue berdiri di depan kelas untuk menyampaikan kesan pesan gue buat teman-teman. Entah kenapa harus gue, tapi waktu itu gue nurut. Dan yang gue ucapkan saat itu adalah, “Teman-teman, kita masuk ke kampus ini bareng-bareng, kita pun memulai perkuliahan bareng-bareng, di kelas ini, kelas D. Maka dari itu, kita juga harus keluar dari sini bareng-bareng. Empat tahun lagi kita akan wisuda bareng-bareng!” Gue berkata mantap.
Empat tahun kemudian, perkataan gue enggak terwujud, justru gue yang enggak bisa membarengi mereka.
Empat tahun bersama teman-teman satu kelas gue, banyak hal yang udah gue lalui. Kami pernah pergi bareng-bareng touring naik motor ke Guci (Tegal), Jepara, dan Jogja dua kali. Dulu, kami pernah sangat bangga dengan kekompakan kelas D. Bikin jaket, bikin kaos, sampai bangganya menjadi penampilan kelas terbaik dalam dramatari PGSD waktu itu.
Gue enggak akan pernah lupa, saat gue harus menghadapi kasus dengan salah satu dosen dan gue dipanggil ke ruang dosen. Waktu itu gue udah gemetar habis-habisan. Tapi, teman-teman kelas D masih support gue, mereka nganterin gue sampai depan ruang dosen, mereka menunggu sampai gue keluar. Mereka enggak ninggalin gue, mereka keren...
Gue juga enggak akan pernah lupa, saat pulang touring dari Jogja, kami rame-rame makan nasi bungkus di pinggir jalan Temanggung, dengan jaket merah kebanggaan kelas yang melekat erat. Gue akan merindukan saat-saat itu...
abis makan nasi bungkus di pinggir jalan pantura Temanggung
Walaupun di akhir semester menjelang skripsi, kami mulai jarang ngumpul, karena punya kesibukan masing-masing. Tapi gue seneng, pernah ngelewatin masa-masa kuliah yang hebat.
Merasakan kebersamaan yang luar biasa bersama mereka, gue tau suatu saat kebersamaan itu harus berakhir. Hal itu adalah salah satu ketakutan terbesar gue. Ya, perpisahan selalu nyesek, nyakitin, dan gak enak.
Hari ini gue merasakan itu...
Sebenarnya seandainya gue niat, mungkin gue bisa bersama mereka hari ini berdiri memakai toga untuk wisuda bersama. Tapi, pilihan gue untuk menomorduakan skripsi dan mendahulukan naskah buat buku kedua gue enggak bisa disalahkan. Hampir setiap bertemu, teman-teman selalu menyemangati gue buat ngerjain skripsi, mereka pun enggak segan-segan buat bantuin gue ngerjain. Tapi saat itu gue merasa belum menemukan sebuah momentum kecil buat memulai mengerjakan skripsi. Gue mengabaikan skripsi gue...
Hari ini, saat gue enggak bisa merasakan kebahagian yang sama seperti mereka. Gue enggak harus menyesal, gue hanya perlu menerima rasa nyesek ini, hari ini.
Gue harap hari ini bukan akhir dari segalanya, semoga setelah ini akan ada kebersamaan dalam bentuk lain yang dikemas bukan lagi sebagai mahasiswa. Suatu saat nanti, entah kapan, akan ada waktunya untuk kami kembali mengenang saat-saat hebat semasa kuliah.
Gue bangga, gue bahagia, pernah ngerasain empat tahun bersama teman-teman kelas D dan menjadi bagian dari mereka.
“Enggak ada hal yang enggak indah saat bersama kalian”
Selamat wisuda kawan, selamat berjuang lebih keras untuk masa depan, jadilah guru yang hebat dan gaul dimanapun kalian berada. Buktikan bahwa kalian memang wisuda di waktu yang tepat.
Gue akan menyusul kalian, secepatnya...
nb: gue dateng ke wisudanya agak telat, temen-temen kebanyakan udah pada pulang.