Anak-anak yang enggak kekinian pasti enggak tau yang namanya Dijah Yellow dan sepak terjangnya, yang mereka tau, malem ini pasti Saipul Jamil bakal marah-marah lagi ngomentarin peserta Dangdut Academy season 2.
Gue jelasin dikit. Jadi, Dijah Yellow ini adalah sesosok cewek yang kemuncullannya bikin heboh di Twitter gara-gara suka marah-marah, ngambek, sampai jutek banget sama artis-artis yang menurut Dijah sebenernya mereka itu cemen.
Orang-orang yang ngeliatnya jadi kesel sendiri, karena emang kelakuannya ngeselin banget, iya.. orang Indonesia kan gampang banget kesel. Nah, yang lebih ngeselin lagi, dikit aja nge-bully Dijah Yellow, siap-siap aja akun Twitter kalian di-block. Kalian jadi gak bisa ngerasain sensasi kesel gara-gara ngebaca twit Dijah Yellow lagi. Mungkin ini tergolong persoalan serius.
Kemuncullannya di Twitter yang ngeselin dan meresahkan ini emang agak-agak mirip sama tanda-tanda kemunculannya Dajjal. Yah, semoga kemunculan Dijjah Yellow di Twitter, bukan sebagai pertanda akhir zaman.
Dijah Yellow ini bukan siapa-siapa. Dia ngaku sendiri, bukan artis, bukan model, bukan juga hijaber. Dan yang bikin keren, meskipun bukan seorang blogger, dia lebih tangguh dari blogger-blogger yang ngakunya personal dan seminggu bisa nulis sampe tujuh postingan. Kebukti, cuma dalam 10 hari Dijah udah bisa nyelesein novel perdananya yang berjudul ‘Rembulan Love’.
Banyak yang ngakunya blogger, dari jaman Fir'aun masih suka pasang togel sampai SBY doyan makan kuaci, mereka punya niatan bikin buku, tapi masih belum aja kesampaian. Dijah Yellow, cuma butuh waktu 9-10 buat bikin novel. Dan novelnya udah dijual. Gaul.
Gue tercengang dibuatnya.
Gue sendiri baru tau beberapa waktu yang lalu tentang info penting ini dari salah satu temen yang nulis status di Facebook. Novelnya dikasih judul ‘Rembulan Love’. Dan ini blurb-nya, (Dijah malah nulisnya sinopsis):
Secara semena-mena Dijah Yellow memvonis yang baca blurb-nya pada penasaran. Dan meskipun kita penasaran, kita tetap diminta untuk keep smile. Mulia sekali hati Dijah Yellow.
Satu hal yang harus Dijah tau, Dijah telah salah memahami hati gue. karena setelah baca, jangankan bikin gue penasaran, yang ada malah bikin gue prihatin. Udah kalimatnya bikin bingung, typo lagi. Satu-satunya yang bikin gue penasaran dari buku ini adalah, akan ada berapa banyak typo dari halaman awal sampai akhir buku ini?
Gue sendiri sih yakin, Dijah Yellow nulis novel ini, gak pake dibaca dulu berulang-ulang setelah kelar semuanya. Atau mungkin, gak dibaca ulang sama sekali. Kayaknya Dijah cuma pengen novelnya buru-buru terbit dan bisa dinikmati para pembaca. Iya, kalo ada yang rela baca.
Iyasih, kita memang harus mengapresiasi langkah nyata Dijah Yellow yang udah sukses bikin novel. Tapi kalo kualitasnya enggak diperhatikan. Apanya yang keren?
Wajar loh, gue bilang gitu. Karena setelah kepoin twitnya, ternyata semalem Dijah Yellow juga diinterview sama Bang Alitt @shitlicious. Dilihat dari twit-twitnya, Dijah Yellow ngetwit kalo dia nulis novel REMBULAN LOVE ini cuma dalam waktu 9-10 hari. Asli, pertama baca twit ini, gue geleng-geleng kenceng banget. Bahkan gue sampai lempar hape gue sambil bilang, “ini gak mungkin! Ini pasti halusinasi! Ini konspirasi Pambudi!”
Dan butuh waktu beberapa menit untuk gue bisa nerima bahwa ini semua adalah kenyataan.
Karena gue dipenuhi rasa penasaran yang membuncah, maka gue pun pergi berkunjung ke nulisbuku.com yang udah ngejual karya Dijah Yellow ini. Rasa penasaran gue agak sedikit terobati karena gue diberi kesempatan buat ngintip 11 halaman pertama buku Dijah Yellow ini.
Setelah tadi gue geleng-geleng kenceng, sekarang gue bisa manggut-manggut. Oh pantes... bikin novel dalam waktu singkat, cuma 10 hari ternyata isinya ‘kayak gini’. Iya, baru baca satu halaman, tulisan Dijah sukses bikin gue mengurungkan niat untuk baca halaman gratisan sisanya. Bahkan cuma liat-liat aja bikin gue mendadak kehilangan gairah hidup.
Dari fenomena novel ‘REMBULAN LOVE’ karya Dijah Yellow ini. Satu hal yang paling keren menurut gue adalah, Dijah Yellow berani melabeli harga 145 ribu buat novel perdananya ini. Padahal, waktu gue dikabarin novel kedua gue, ‘Lelaki Gagal Gaul’, bakalan dipasang harga 49 ribu aja gue udah ketar-ketir, orang-orang di luar sana bakal rela ngorbanin duitnya buat buku gue apa enggak.
Dan ternyata kecemasan gue, enggak ada apa-apanya dibandingkan keberanian Dijah Yellow.
Dijah Yellow memang punya alasan sendiri. Menentukan harga sampai 145 ribu, itu karena naskahnya ditolak oleh banyak penerbit. Keren, baru kali ini naskah ditolak berbagai penerbit, harganya justru makin mahal.
Belajar dari pengalaman Dijah ini, buat para cowok yang udah berkali-kali nembak cewek dan ditolak cewek mulu. Sadarlah.. Sesungguhnya harga kalian ini sangat mahal.
Jadi kalau kalian ditolak cewek ke sekian kalinya, berteriaklah, “YES! AKU SEMAKIN MAHAL! MAMAH... AKU MAHAL MAMAH! AKU MAHAL!”, Mamah dan dunia harus tahu kalo kalian punya harga yang mahal.
Balik ke bukunya Dijah. Menurut gue, Dijah Yellow itu sama kayak siswa yang lagi ngerjain UN dan bisa ngerjain soal cuma dalam waktu 9-10 menit. Emang sih, bisa ngerjain. Tapi gak tahu gimana hasilnya. Masalah penerbit gak ada yang mau nerima, mungkin itu sama kayak sekolah gak ada yang mau nerima. Pertimbangannya ya jelas, ngeliat dari hasil pekerjaannya.
Nah terus apa Dijah salah melabeli bukunya sampe 145 ribu. Padahal, novel KOALA KUMAL-nya Raditya Dika aja cuma 59.500, bahkan buku ‘Detik-Detik UN’ yang tebelnya sebelas duabelas sama batu nisan mentok cuma 100 ribuan. Dijah enggak salah, soalnya dia nerbitin novelnya sendiri, gak pake jasa editor, gak pake jasa kredit FIF maupun Adira.
Lalu gimana sama covernya? Peribahasa, 'jangan menilai buku dari covernya' kayaknya gak berlaku deh buat buku ini. Gue melihat sekilas, covernya justru lebih mirip teka-teki silang. Bedanya, kalo teka-teki silang biasanya ceweknya seksi, tapi kalo ini enggak ada seksi-seksinya sama sekali. Gak apa-apa, namanya juga Dijah Yellow. Bahkan gue jadi kepengen, kalo gue nerbitin buku ketiga gue, cover depan buku gue bakalan gue kasih tulisan, ‘MY NOVEL’, biar enggak keren, kayak bukunya Dijah.
Sebenernya dari kekisruhan yang ditimbulkan akibat terbitnya novel Dijah Yellow. Ada beberapa hikmah yang bisa diambil.
Kalo udah punya niat, maka kita harus fokus sama niat kita dan segera action. Bisa dilihat sendiri, semangat menulis Dijah Yellow ini keren banget. Ketika dia pengen nulis novel, dia bisa fokus nyelesein cuma dalam waktu 9-10 hari. Cuma 9-10 hari. Iya, cuma 9-10 hari.
Kalian sendiri gimana? Udah kepikiran pengen nerbitin buku. Tapi udah ribuan hari enggak kelar-kelar.
Mungkin kalian bakalan mengelak dengan argumen, “Gue gak bisa nulis novel dalam waktu 9-10 hari karena gue gak mau asal-asalan nulis novel. Gue pengen novel gue bener-bener digarap secara serius”.
Gini deh, kalau dalam waktu seminggu lebih kalian bisa nulis sebanyak itu. Langkah selanjutnya bakal lebih mudah, tinggal baca ulang, revisi, baca ulang, revisi. Di tahap inilah yang akan membedakan kalian sama dijah Yellow.
Kalo mungkin Dijah Yellow terburu-buru, nulis sekali terus kelar, ditolak seketika sama penerbit langsung masukin ke penerbit online. Kalian masih bisa menahannya dulu, membaca ulang, revisi sekaligus minta pendapat ke beberapa temen.
Kalo gak salah, Benz Bara (@benzbara_) pernah bilang, tulisan pertama kita adalah sampah, gak ada tulisan pertama yang langsung jadi bagus. Ada tahap selanjutnya, dimana kita akan memunguti sampah-sampah yang terlihat baik dan membuang yang tidak baik. Lakukan terus menerus untuk dipoles sampai tulisan kita jadi bercahaya.
Nah... seandainya Dijah Yellow di novel ‘Rembulan Love’ ini enggak melakukan proses baca ulang, itu artinya tulisan Dijah adalah sampah.
Dan kalo ada yang nge-bully Dijah Yellow perihal novelnya ini. Ya itu udah resiko, kita ngeluarin karya, karya kita dilihat oleh banyak orang. Mereka yang menilai. Siapa tau aja, banyak yang nge-bully tapi kenyataannya penjualan novelnya bagus, kan malah syahdu.
Kita belajar dari kasus Kangen Band yang dibilang band kampungan-lah, vokalisnya kampret-lah, vokalisnya mirip sama gue-lah. Kenyataannya, lagunya justru banyak yang suka.
Jadi kalo Dijah Yellow udah pede sama tulisannya, dan berani nerbitin buku sekalipun lewat self publishing. Lo sendiri kapan?
Satu nilai positif paling penting yang diambil dari Dijah Yellow ini adalah, Dijah udah berhasil nyelesein novel yang sampai ratusan halaman itu dengan tenaga dan pikirannya sendiri. Enggak kayak selebtweet yang gak punya malu copas tulisan dan karya orang lain. Siapa lagi kalo bukan Dwitasyar’i.