Jumat, September 20, 2019

Cek Kisaran Harga Keju Terbaru Beserta Macamnya

September 20, 2019
Hampir sebagian besar orang sudah pasti mengetahui keju. Salah satu jenis bahan makanan yang memiliki rasa gurih dan asin ini menjadi favorit banyak orang karena rasanya yang khas dan meleleh saat di mulut. Selain itu, keju juga banyak digunakan sebagai pelengkap hidangan. Ada banyak jenis keju yang dijual bebas di pasaran, harga keju biasanya juga akan bervariasi tergantung pada jenis dan kualitas keju yang Anda beli.

Tekstur khas keju adalah padat dan berbentuk persegi atau terkadang persegi panjang. Karena ukurannya yang terbilang besar, Anda terkadang juga tidak bisa menghabiskan keju saat menggunakannya di rumah. Untuk itu, sangat penting bagi Anda mengetahui cara menyimpan keju yang benar agar tidak kehilangan tekstur asli dan kandungan utamanya. Bagi Anda penikmat keju yang saat ini sedang bingung mencari jenis keju yang sesuai dengan kebutuhan, sekarang tidak perlu khawatir, karena di bawah ini akan kita bahas beberapa jenis keju beserta kegunaannya, antara lain:

  • Keju cheddar menjadi salah satu keju yang sangat mudah ditemukan. Rasa keju yang satu ini sangat kuat dan biasanya dihidangkan sebagai topping dengan diparut atau dilelehkan.
  • Selanjutnya yaitu keju mozarella yang mempunyai tekstur warna putih dan aroma samar, umumnya keju jenis ini paling sering digunakan sebagai topping pizza.
  • Keju selanjutnya yang masuk dalam harga keju terjangkau adalah jenis keju pamersan. Anda dapat menggunakan keju ini sebagai taburan pasta maupun kastengel.
  • Kemudian ada keju edam yang bentuknya sekilas sangat mirip dengan buah apel, biasanya jenis keju yang satu ini banyak digunakan sebagai cheese stick atau untuk bahan utama kue.

Selain beberapa jenis keju di atas, masih ada banyak jenis keju lain yang namanya tidak begitu populer namun sebenarnya sering Anda jumpai dalam berbagai hidangan. Semua jenis keju tersebut bisa Anda dapatkan dengan mudah di Tokowahab yang menjual berbagai bahan utama untuk membuat kue. Selain itu, ada banyak penawaran menarik yang bisa dibeli dengan berbelanja baik ecer maupun grosir, seperti harga keju mozarella yang terjangkau dengan kualitas terbaik.

Sabtu, September 07, 2019

Memang, Jangan Sok Jagoan Nolongin Orang di Jalan

September 07, 2019

Malam itu, saya lagi tenang naik motor kecepatan rendah dengan tangan kiri megangin HP sambil sesekali ngeliatin layar HP. Itu saya lakukan bukan karena lagi kesasar di jalan lalu ngeliatin Google Maps sebagai penunjuk jalan, bukan. Malam itu, saya sesekali ngeliatin HP di tangan kiri karena saya lagi asyik main game Pokemon Go.

Sambil jalan pelan, siapa tahu malam itu saya bisa nemu Pokemon yang bisa saya tangkap buat saya transfer dijadiin candy biar pokemon saya bisa segera di-evolve. Ya, syukur-syukur malam itu saya bisa nemu pokemon yang belum pernah saya dapetin.

Pas lagi fokus ngeliatin HP, tiba-tiba beberapa meter di depan saya ada suara kenceng banget. BRAK! SRAAAAK! Reflek, saya langsung ngeliat ke depan, saya ngeliat ada polisi naik motor goyang-goyang ngeluarin percikan api terus gas kenceng banget.

Saya yang penasaran, lalu segera naruh HP di kolong motor depan lalu melaju sedikit lebih kencang. Dugaan saya ternyata benar, setelah melewati mobil yang terparkir di pinggir jalan, saya melihat ada anak cowok dan cewek terkapar di pinggir jalan.

Otomatis, saya langsung berhenti, bantuin berdiriin motor karena Si Cowok udah gercep bangun sendri terus saya nanya, “Kenapa, Mas?”

Cowok itu panik banget, sambil mencoba bangunin ceweknya, dia bilang, “Nggak tahu ini Mas, tahu-tahu saya tadi ditendang motornya sama polisi tadi. Polisinya langsung kabur. Mas, Mas tolongin pacar saya, Mas...”

Cowok cewek ini kelihatan seperti pasangan alay yang kalau mau jalan minjem motor bapaknya terus minta uang saku sama orangtuanya buat pacaran. Malam itu, saya mengira dua anak ini masih SMP karena penampilannya yang keliatan masih alay banget.

Mereka berdua nggak pakai helm, yang cowok kaos kedodoran,  naik motor malem-malem di jalan raya tanpa takut disetop sama polisi, pemberani banget.

“Masnya keadaaannya gimana? Serius ini tadi ditendang sama polisi tadi?”

“Tangan saya luka, Mas. Tolongin pacar saya ini, Mas! Yaaank... yaaannk, sadar yaaank.”

Cowok tadi semakin panik ngeliat ceweknya mulai limbung seperti hampir pingsan sambil megangin kepalanya. Beberapa orang mulai mendekat dan mulai kepo sama cowok cewek ini, ga ada niat buat nolongin. Cuma bisa ngeliatin sambil tanya-tanya. Ya, memang cuma di Indonesia kalau ada kecelakaan di jalan malah jadi seperti tempat wisata yang menarik buat dikunjungi.

Untung ada Mbak-Mbak yang lagi nongkrong di lesehan kopi pinggir jalan nawarin buat nganterin cewek yang jatuh ke rumah sakit terdekat naik mobilnya. Sementara si cowok masih saja meracau ‘yank, yank..’ mulu karena panik ngeliat si cewek udah bener-bener butuh pertolongan banget.

Saya ngeliat kondisi motornya memang cukup parah. Body depan pecah, kepala motor atas juga pecah. Saya yang mendengar cerita ada polisi nendang pengendara terus kabur jadi mulai tersulut emosi.

Berbekal pemahaman akan kejadian di lokasi, saya pun memberanikan diri buat memposting kejadian ini di grup Facebook kota saya. Sebelumnya saya sempat mikir-mikir khawatir bakal jadi pencemaran nama baik terhadap aparat. Tapi karena saya ngeliat dengan mata kepala sendiri, akhirnya saya beranikan diri memposting kejadian ini.

Seperti yang saya duga, postingan saya langsung viral dan banyak banget dikomentarin sama netizen. Dari viralnya postingan itu, saya berharap kalau oknum polisi yang nabrak lari semalem bisa jadi perhatian dan akhirnya diproses sama propam. Polisi yang ngurusin polisi bermasalah.

Paginya, waktu saya lagi siap-siap berangkat ngajar, tiba-tiba ada panggilan WA baru dari nomor tidak dikenal. Saya sudah curiga jangan-jangan ini telfon dari anggota polisi. Begitu saya telfon balik, ternyata bener!

Dalam hati saya, “Nah kan! Kena deh saya saya urusan sama polisi."

Ya.. jujur aaja saya paling males kalau harus urusan sama polisi. Entah sebagai saksi atau amit-amit jadi buronan. Berhubung malam itu saya yang liat kejadiannya, maka saya ditanya-tanya sama polisi tersebut kronologinya. Saya jawab sesuai apa yang saya lihat, dan polisi itu ngucapin makasih untuk informasinya.

Setelah saya menutup telepon, saya nggak yakin kalau persoalan ini akan selesai semudah saya menutup telepon tadi. Saya juga sempet takjub sama polisi yang tahu-tahu udah ngehubungin saya, tahu dari mana coba nomor HP saya?

Siangnya, saya dapat WA lagi, dari polisi lain. Seorang propam yang menanyakan kesediaan saya untuk bisa ketemu ngobrolin kejadian semalem. Polisi ini nawarin saya untuk ketemu di luar atau di ruangannya. Karena polisi ini bahasanya baik dan saya juga merasa nggak bersalah. Akhirnya saya memilih untuk ketemu di ruangannya saja.

Selesai sholat Jum’at, saya langsung tancap motor ke Polres, sendirian buat nemuin bapak polisi dari propam ini. Kali ini nggak sambil main Pokemon Go.

Saya sudah sampai di ruangan ukuran sekitar 2x3 meter. Nggak tahu sih, tepatnya berapa. Setelah berbasa-basi, saya mulai ditanya kronologi kejadiannya. Polisi ini mencatat apa yang saya sampaikan, ada sekitar sepuluh pertanyaan yang diajukan terkait kejadian semalam.

Saya nggak merasa terintimidasi karena polisinya santai, bahkan polisi di sebelahnya justru mendukung apa yang sudah saya lakukan dengan memposting kejadian semalam, ya.. anggap aja itu juga sebagai kontrol dari masyarakat terhadap aparat, yang tentu saja tindakannya tidak bisa dibenarkan, menabrak orang terus kabur dengan menggunakan seragam dinas dan motor dinas pula.

Saya juga dikasih tahu kalau oknum polisi yang semalam menabrak itu sudah ketemu. Pihak Propam setelah mengetahui postingan saya di Facebook, langsung ngecek jadwal piket polisi dan lokasinya. Pak Propamnya juga menyampaikan kalau yang bersangkutan tadi pagi sudah disemprot sama komandannya karena perbuatannya itu. Lalu, Pak Propam itu berniat mempertemukan saya dengan polisi semalem sekaligus korbannya.

Singkat cerita, polisi yang diduga nabrak lari itu datang ke ruangan dengan seragam dinasnya. Kami bersalaman, lalu berbasa-basi sebentar sambil tunggu korban buat dateng. Jadi, nanti kami akan dipertemukan dengan korban biar ceritanya jelas. Berhubung saya nggak bisa tunggu sampai jam 3 karena harus ngelesin di rumah, akhirnya saya pulang ke rumah sambil disuruh bikin postingan klarifikasi kejadian semalem bahwa polisinya yang nabrak sudah bertanggungjawab dengan meminta temannya yang sesama rekan kepolisian buat menyusul dan membayar biaya pengobatan dua remaja alay tadi.

Ternyata, menjelang maghrib saya dapat telepon lagi kalau korban sudah datang dan saya diminta buat datang lagi. Biar persoalan lebih jelas, katanya.

Saya dateng ke ruangan tadi sekitar pukul enam lebih setelah sholat maghrib di rumah. Saya dipertemukan sama korban, oknum polisinya dan dua polisi lain yang sepertinya sengaja untuk menyimak percakapan ini.

Begitu korban dikasih kesempatan buat ngomong, korban langsung nyerocos, “Anda itu salah, Mas.. kenapa harus posting-posting di Facebook segala. Saya nggak mau bikin rame. Harusnya nggak usah sampe posting segala. Udahlah, yang jelek-jelek ditutup saja. Saya kan nggak minta diposting di Facebook segala.”

Saya begitu denger hal barusan langsung jadi ngegas, “Loh... kok malah jadi saya yang disalahin. Malah kesannya saya yang bikin rusuh. Masnya nggak ingat semalem gimana? Masnya jatuh, polisinya kabur. Masnya sendiri yang bilang ditabrak polisi terus polisinya kabur! Kenapa malah jadi pasrah? Lagian ya, apa yang tak posting itu saya bawa nama Masnya? Saya foto wajah masnya? Enggak kan? Saya cuma menyoroti tindakan oknum polisi yang habis nabrak orang malah kabur bukannya nolongin?! Paham nggak?!”

“Iya, Mas, paham..  tapi saya kan itu nggak mau bikin rame, masalahnya sudah selesai. Polisinya sudah tanggung jawab ke rumah sakit.”

“Mas.. yang bilang semalem lagi naik motor terus tahu-tahu ditendang sama polisi siapa? Masnya sendiri kan? Saya kan cuma ngomong sesuai apa yang diomongin korban.”

“Semalem saya kan habis jatuh Mas, saya nggak fokus. Jadi asal njawab saja. Saya takut pacar saya kenapa-kenapa.”

Perdebatan itu lalu ditengahi oleh Pak Propam yang memanggil saya.

Saya debat sama korban karena ternyata kronologi kejadiannya berubah. Sebelumnya korban bilang ditendang sama polisi. Setelah semalam polisi datang membiayai pengobatan korban, kronologinya jadi berubah seperti ini...

Jadi, Si Cowok lagi naik motor sama pacarnya nggak pakai helm. Si Cowok ini telepon-teleponan sambil nyetir motor. Lalu, datang polisi yang baru pulang dari jaga pos jejerin motor korban sambil tanya, “Helm kamu mana?!”

Si Cowok yang kaget langsung ngegas motornya ke pinggiran jalan dan jatuh. Polisi tadi buru-buru pergi karena kakinya malah ketabrak motor Si Cowok. Polisi ini pergi karena kakinya sakit banget, jadi Polisi ini berhenti di pos satpam pinggir jalan telfon teman sesama polisi buat mengurusi korban  yang jatuh tadi.

Lalu, temennya polisi ini katanya pas sampai di TKP sudah sepi, lalu dia berkeliling ke beberapa RS buat cari korban. Begitu ketemu, segala biaya pengobatan ditanggung sama polisi ini.

Salah satu dari dua polisi yang datang di ruangan sore itu, sebut saja Pak A mengatakan kalau kesaksian saya yang melihat oknum polisi pakai motor dinas dibantah, karena oknum yang menabrak itu nggak punya motor dinas. Justru Pak A jadi disudutkan dan harus menanggung sanksi sosial karena dikiranya Pak A ini yang semalem nabrak lari orang.

Saya yang merasa yakin semalam melihat polisi pakai motor dinas jadi ragu dengan kesaksian Pak A barusan. Intinya, untuk memulihkan kesalahmpahaman ini saya diminta bikin postingan klarifikasi lagi di grup Facebook tempat saya membuat postingan kecelakaan semalam.

Dengan kronologi yang berubah seperti ini, akhirnya jadi saya yang justru disudutkan. Pertama, kejadiannya bukan ditendang polisi tapi korban jatuh sendiri karena kelalaian sendiri. Kedua, kesaksian saya salah karena motor yang dipakai polisi bukan motor dinas tapi motor pribadi.

Dua hal ini, sukses membuat saya jadi diserang sama netizen. Karena masih geregetan, saya tetap balesin semua komen netizen sebagai pembelaan karena tetap saja saya ngerasa nggak salah. Untungnya beberapa masih ada yang bisa berpikir rasional yaitu apapun yang terjadi, kenapa polisi semalem yang bersenggolan itu harus kabur? Kalau anaknya itu jatuh sendiri, kenapa malah polisinya yang bayarin biaya rumah sakit?

Lagian masa iya sih, gara-gara kaki sakit polisi ini justru ninggalin korban kecelakaan di pinggir jalan. Ada juga yang bilang, kalau begitu misal pas kejadian korbannya ditinggalin kondisinya kritis bagaimana?

Ya... pada akhirnya netizen bebas berargumen semaunya. Hanya saja yang saya sayangkan adalah, okelah... kejadian kecelakaan itu bisa saya klarifikasi lewat Facebook dengan versinya mereka sendiri. Tapi bagaimana dengan orang-orang yang pada saat kejadian berhenti di TKP, mendengar cerita kalau korban ditendang polisi dan polisinya kabur? Orang-orang ini tentu saja akan pulang ke rumah dengan membawa versi yang mereka tahu di TKP dan mereka akan cerita ke orang sekitar dengan versi yang mereka lihat sendiri.

Saya lebih ke ‘terserah sih’ di kantor polisi sore itu karena oknum polisi sama korban tersebut udah nggak ada masalah. Walaupun rasanya masih mengganjal karena justru saya yang jadi tersudut, tapi yaudah... Saya ngotot juga percuma karena korban sama polisinya udah baik-baik aja. 

Satu pelajaran berharga paling penting yang saya dapatkan waktu itu adalah, “Nggak usah sok-pahlawan nolongin korban kecelakaan di jalan. Karena bisa jadi orang yang kita nolongin justru malah nyalahin kita sendiri.”

About Us

DiaryTeacher Keder

Blog personal Edot Herjunot yang menceritakan keresahannya sebagai guru SD. Mulai dari cerita ajaib, absurd sampai yang biasa-biasa saja. Sesekali juga suka nulis hal yang nggak penting.




Random

randomposts