#Ngomik : Gamaran - Kisah tentang Samurai yang Pengen Bunuh Ayahnya Sendiri



Setelah cukup lama terdiam manis di rak buku kamar. Komik Gamaran ini akhirnya dapat kesempatan buat saya sentuh. Ya... kebetulan liburan sekolah kali ini, saya mendadak kepengen baca komik yang temanya tentang samurai-samurai gitu.

Sebenernya di rak buku juga masih ada antrian beberapa komik yang temanya Samurai kayak; Samurai Force ada 4 volume, terus ada Samurai Deeper Kyo 38 volume dan juga ada Kekkaishi 35 volume.

Melihat jumlah komik yang volumenya lumayan panjang dan terlalu singkat akhirnya saya ambil tengah-tengahnya. Saya milih komik Gamaran yang jumlahnya 22 volume.

Kalau ada yang nanya, itu ada stok komik, berarti belum pada dibaca ya? Jawabannya, memang iya.

Bisa dibilang saya ini adalah seorang Tsundoku sejati. Semacam orang yang bawaannya pengen beli buku terus tapi akhirnya cuma ditumpuk aja. Jadi, saya emang hobi banget beli buku, ngeliat bagus dikit langsung beli, ngeliat murah dikit langsung beli. Tapi begitu bukunya sampai rumah, pas ngeliat bukunya malah, “Ah... ntar aja deh baca bukunya, kalau lagi sempet.”

Ya... jadi kemampuan membeli buku saya ngga sebanding dengan kemampuan membaca sampai habis buku yang udah dibeli. Saya mikirnya, beli aja dulu ntar bacanya gampang kalau sempet tinggal ambil di rak buku.

Kalau biasanya saya beli komik langsung satu set, dari volume awal sampai tamat. Untuk komik Gamaran ini beda. Jadi, ceritanya waktu itu lagi ada pameran buku murah di kota saya, Pemalang. Ada banyak penjual yang jual komik obral tiga ribuan dengan kondisi segel tapi komik-komik yang nomernya acak.

Pas saya lagi ngubek-ngubek berharap nemu ‘harta karun’, saya kok ngeliat komik Gamaran ini jadi sering muncul. Saya iseng pisahin komik-komik ini, ternyata saya nemu sampai tujuh volume dan urut. Karena mikirnya lumayan juga komik berseri dengan harga tiga ribuan, akhirnya saya beli aja tujuh nomor itu.

Pas beli komik ini jujur saya nggak tahu komik Gamaran selesai sampai volume berapa dan cari nomor lainnya gampang apa enggak. Saya cuma kepikiran, ada tujuh volume urut dan murah, lumayan.

Begitu sampai rumah pun saya enggak langsung menyentuh komik ini. Komik Gamaran ini cuma saya tumpuk gitu aja. Sampai beberapa hari kemudian saya baru ingat sama komik ini dan iseng browsing buat cari info tentang komik ini.

Awalnya saya sempet putus asa ngeliat komik ini ternyata tamat di nomor 22, yang artinya masih banyak banget nomor lain yang harus dikumpulin kalau emang pengen ngelengkapin komik Gamaran ini. Beruntung, ada beberapa penjual di Tokopedia dan Bukalapak yang jual nomor-nomor yang saya belum punya dengan harga di bawah sepuluh ribuan. Akhirnya kalau lagi iseng saya beli nomor yang saya belum punya dan tanpa sadar volume Gamaran ini pun hampir lengkap.

Pencarian saya terhenti cukup lama di nomor 13. Tokopedia, Bukalapak, shopee nggak ada satu pun penjual yang jual nomor ini.

Saya sih sebenernya santai aja, nggak terlalu buru-buru banget nyarinya. Cuma rasanya ada yang ngeganjel aja kalau masih ada nomor komik yang belum lengkap. Sampai akhirnya nomor 13 berhasil saya dapatkan dengan harga tujuh ribu rupiah tanpa sengaja pas saya lagi nyari komik Magi nomor 21.

Sebelum ngomongin lebih jauh komik Gamaran ini, berikut saya sertakan sinopsisnya dulu:

“Zaman Pertengahan Edo — Satu negara menjadi tempat berkumpulnya para seniman bela diri yang berdosa, yang tidak percaya apa pun selain kekuasaan, tidak tahu jalan hidup lain selain membiarkan diri menjadi liar dalam pertempuran. Negara bagian itu adalah Negara Unabara,” Sarang Setan ‘… ”

Washitzu Naosata, penguasa negara kuat, Unabara, mencari penggantinya. Dia memanggil semua 31 putranya, dan memberitahu mereka untuk mencari siapa pun yang mereka yakini sebagai seniman bela diri terkuat dari semuanya. Masing-masing seniman bela diri yang mereka pilih kemudian bertarung satu sama lain sampai hanya tersisa satu yang berdiri. Siapa pun pemenangnya, siapa pun yang memiliki seniman bela diri terkuat di negara di sisinya akan menjadi penggantinya …

Di tengah-tengah gunung adalah doujo dari “Daigame Ryuu” (Gaya Raksasa Kura-kura). Di sana tinggal Kurogane Gama, putra pendekar pedang legendaris, Kurogane Jinsuke, yang diyakini mampu membunuh 1000 seniman bela diri di Unabara. Di sana, salah satu putra Washitzu Naosata, Washitzu Naoshi, datang mencari pendekar pedang legendaris, hanya untuk menemukan bahwa ia telah menghilang beberapa tahun yang lalu. Setelah melihat gaya pertempuran Gama, ia malah memilih untuk meminta Gama untuk ikut dengannya. Ingin menjadi lebih kuat, Gama setuju dengan tawarannya, dan itu menandai awal pertempuran Gama untuk menjadi yang terkuat …

Saya biasanya memutuskan akan lanjut baca komik sampai tamat apa enggak setelah membaca volume pertamanya. Kalau ceritanya menarik, saya akan lanjut baca. Tapi kalau nggak sreg saya berhenti dan nggak saya selesaikan. Komik Gamaran ini, sempet bikin saya ragu karena tokoh utamanya seorang bocah berumur 15 tahun yang jago bermain pedang dan menurut saya belum apa-apa udah keliatan terlalu jago. Jadi saya khawatir nantinya nggak ada perkembangan jadi lebih kuat dari tokoh utamanya.

Setelah halaman demi halaman saya lanjut baca, ternyata komik ini cukup seru juga. Apalagi setelah mulai memasuki turnamen di Unabara. Di mana Gama, tokoh utamanya, harus bertarung dengan ahli beladiri dari aliran perguruan lainnya yang kelihatannya kuat-kuat.

Perkembangan cerita dari komik ini juga cukup kompleks dan bagus. Dari awalnya Gama yang datang ikut turnamen Unabara sendirian, lalu teman-teman seperguruannya datang ikut membantu.

Awalnya saya juga sempet mikir kalau komik ini fokusnya cerita tentang Gama yang bertarung di turnamen lalu menang dan akhirnya menjadikan Naoyoshi jadi pemimpin Unabara selanjutnya. Tapi nyatanya, komik ini ceritanya berkembang lebih jauh dari sekedar pertempuran memperebutkan kursi raja.

Gama yang awalnya mau membantu Naoyoshi jadi raja selanjutnya. Ternyata justru dikalahkan oleh musuh bawahan ayahnya sendiri. Justru setelah itu, Naoyoshi diculik dan dibawa kabur. Mulai dari sini, Gama akan menghadapi musuh-musuhnya dengan tujuan membebaskan Naoyoshi dengan tujuan akhirnya adalah membunuh Ayahnya sendiri yang merupakan samurai terkuat bernama Jinsuke Kurogane yang konon pernah membunuh 1000 Samurai.

Kurogane Jinsuke
Kira-kira apa yang membuat Gama begitu dendam pada ayahnya? Untuk yang ini, kalian bisa baca sendiri komiknya biar nggak spoiler.

Yang jelas, dalam komik ini akan muncul banyak sekali lawan-lawan tangguh yang akan dihadapi Gama dan teman-temannya. Juga kenyataan bagaimana Gama yang kelihatannya udah jago bermain pedang tapi sebenernya masih sangat lemah dibandingkan lawan-lawannya. Nantinya Gama pun akan bertemu dengan orang-orang baru yang akan membantunya berlatih pedang agar jadi semakin kuat dan kembali ke Unabara untuk menyelesaikan misi barunya bersama teman-teman satu perguruan dibantu dengan aliansinya.



Gama yang awalnya keliatan masih bocah pun tumbuh jadi lebih dewasa dibandingkan dengan kemunculannya di komik-komik awal.


Salah satu yang saya sayangkan dari komik ini adalah bahwa Gama nggak punya senjata pedang andalan. Jadi, selama pertempuran yang difokuskan disini adalah kemampuan pedang Gama, pedangnya hanya pedang biasa tanpa nama. Bahkan di beberapa chapter pedang Gama sempat patah, dan tahu-tahu sudah dapet pedang baru lagi. Justru musuhnya Gama yang sering muncul dengan senjata andalannya yang sudah diberi nama.

Pertempuran dalam komik ini juga nggak terlalu panjang, satu komik bisa lebih dari satu pertempuran. Nggak heran juga, soalnya memang banyak musuh yang harus dihadapi oleh Gama dan teman-temannya.

Berbeda dengan Samurai X yang bercerita mengenai Battousai Kenshin Himura, Samurai X menanamkan arti menjadi seorang samurai tanpa harus membunuh lawan, mengajarkan arti memaafkan dan dimaafkan. Kalau Gamaran beda, beberapa kali Gama sempat berduel dan benar-benar membunuh lawan dengan pedangnya.

Dua puluh dua komik ini sukses menyajikan cerita yang seru dan menarik. Buat kalian yang suka sama komik bertema Samurai. Komik ini nggak bakalan ngebosenin buat diikutin. Ending dari komik ini juga nggak ngambang dan cukup melegakan, jadi nggak sampai bikin kesel.


Posting Komentar

0 Komentar