Sudah Saatnya


Ada banyak sekali hal yang udah gue rasakan setelah memutuskan untuk menjadi seorang blogger. Dulu, sekitar lima tahun yang lalu. Gue memutuskan untuk membuat blog setelah ‘ikut kena virus Raditya Dika’. Nggak cuma virus bikin blog saja, tapi juga virus ikutan nulis komedi berharap sama lucunya seperti Raditya Dika. Pada waktu itu, Radit memang bisa dibilang sebagai Blogger Sejuta Umat.

Gue merasakan sekali betapa alaynya gue waktu itu. Bagaimana gue ikut memutuskan menggunakan ‘gue’ biar tampak gaul seperti Radit, juga ‘mendandani’ blog setiap hari dengan widget-widget alay dan gonta-ganti tampilan agar blog tampak menarik yang sebenernya hampir nggak ada yang ngunjungin kecuali gue sendiri.

Kalau membaca tulisan-tulisan gue di awal ngeblog, rasanya memang menyedihkan bahkan bisa bikin ingin muntah. Tanda baca berantakan, penulisan huruf kapital nggak jelas, dan yang paling sedih adalah garingnya nggak terselamatkan. Ya, itu dulu dan entah kenapa gue pede banget waktu itu.

Walaupun tulisan gue garing dan memalukan. Gue sadar kalau itu adalah proses yang harus gue jalani untuk bisa menjadi blogger seperti yang sekarang ini. Setiap hari tanpa sadar gue belajar dengan mengamati tulisan teman-teman blogger, mengamati tampilan blog teman-teman blogger dan mengamati komentar di blog dari teman-teman yang terus bikin semangat ngeblog.

Awal gue ngeblog kalau nggak salah di awal semester empat kuliah. Waktu kalimat ‘ini ceritaku, mana ceritamu?’ dan ‘catatan bla bla bla’ masih laris banget dijadiin tagline di blog. Gue juga salah satu yang ikutan dengan bikin tagline, ‘Catatan Gak Mutu’ karena waktu itu gue mikirnya, ya... emang tulisan gue nggak mutu. Gue mencoba menulis kelucuan-kelucuan yang terjadi di sekitar gue sebagai seorang mahasiswa guru SD. Gue pun membranding diri sebagai ‘Mahasiswa Gagal Gaul’.

Dulu, gue bisa berjam-jam di depan laptop untuk sekedar menulis postingan di blog. Sampai-sampai gue juga pernah berjam-jam masuk ruang dosen gara-gara tulisan gue di blog yang ngomongin salah satu dosen dan dosen tersebut membacanya. Semua itu harus berakhir dengan gue tandatangan di atas materai dan mesti publikasin tulisan permintaan maaf di blog.

Berkat ngeblog, gue jadi kenal banyak teman blogger dari berbagai daerah. Bahkan beberapa kali gue pernah ikutan kopdar sampai ke Jakarta. Jujur ini prestasi buat gue yang sebelumya hampir nggak pernah ikut komunitas sama sekali. Berkat ngeblog, gue juga punya komunitas yang dulu begitu solid dan berenergi. Berkat ngeblog, gue bisa mewujudkan cita-cita gue untuk jadi seorang penulis. Itu adalah alasan kenapa gue harus tetap ngeblog sampai sekarang dan seterusnya. Blog sudah membuat gue mengenal banyak hal baru dan teman baru.

Blog juga sudah membuat banyak hal yang sudah berlalu bisa gue ingat kapan saja karena pernah gue tulis disini.

Dulu gue begitu santai menuliskan apa saja yang gue pikirkan dan tanpa pikir panjang langsung publikasikan. Sekarang, untuk mempublikasikan satu postingan saja, gue perlu banyak pertimbangan. Bahkan mesti beberapa kali baca ulang untuk meminimalkan typo.

Gue akui, dulu gue serampangan banget kalau nulis, merasa bisa ngelucu. Bahkan kalau sekarang baca ulang buku Cancut Marut. Rasanya geli sendiri. Alay banget tulisan gue waktu itu! Dan ternyata, garing. Meskipun alay, gue tetap bersyukur bahwa gue pernah menerbitkan buku berjudul Cancut Marut karena itu adalah cita-cita gue yang jadi kenyataan.

Dulu, menulis sebuah kelucuan adalah hal yang menyenangkan. Sekarang, rasanya gue sudah nggak bisa menulis selucu dulu. Mungkin karena masa-masa konyol seperti itu sudah berlalu dalam hidup gue atau mungkin hidup gue yang berubah jadi terlalu serius.

Kalau dipikir-pikir, mungkin sama juga sih dengan apa yang dialami Raditya Dika. Melihat gaya tulisannya dari buku ke buku. Radit juga mengalami perubahan dalam gaya menulisnya. Dari buku Kambing Jantan yang slenge’an nulisnya kemudian berubah ke Koala Kumal yang jadi tidak benar-benar lucu meskipun tetap asyik dinikmati.

Ngomongin masalah ngeblog, ada banyak hal yang berubah dari dulu sampai sekarang. Sebagian besar teman seperjuangan waktu ngeblog udah pada menghilang. Grup blogger kebanggaan juga semakin sepi. Tapi setidaknya gue salut sama mereka yang masih tetap konsisten ngeblog dan sudah menemukan brandingnya sendiri.

Gue sendiri sekarang udah jadi guru SD yang alakadarnya. Masa-masa alay gue sudah jauh berlalu. Sekarang, gue merasa sudah nggak pantes lagi pakai ‘gue-gue’ buat bahasa ngeblog. Kesannya nggak pas aja kalau jadi guru, terus sok-sokan gue-gue-an segala. Masa iya gue ketemu orangtua siswa, beliau tanya keadaan anaknya, gue bilangnya, “Maaf ini bu, gue belum balik ke kelas, nanti gue tanyakan ke guru mapel dulu bagaimana keadaan anak ibu, ya?”

Belum lagi kalau ada orangtua siswa atau teman sehari-hari yang baca blog ini dan ngeliat ada banyak ‘gue’ disini. Nggak pas banget.

Jadi ini adalah postingan terakhir gue pakai kata ‘gue’. Selanjutnya, gue lebih merasa nyaman untuk menjadi diri sendiri dengan menyebut ‘saya’, seperti beberapa teman blogger yang sudah duluan hijrah dari ‘gue’ ke ‘saya’. Sudah saatnya untuk menjadi diri sendiri. Bukan berarti gue akan berhenti menulis hal-hal lucu. Gue masih akan berusaha menulis komedi yang tentu saja beda dengan tulisan komedi gue yang dulu. Bedanya,  kalau dulu dengan 'gue',  sekarang dengan 'saya'. 

Mungkin awalnya akan menjadi sangat tidak pas karena kebiasaan ‘gue’ yang sebelumnya. Tapi yang namanya hidup selalu ada yang berubah. Perubahan dari gue ke saya adalah salah satunya.

Posting Komentar

28 Komentar

  1. Welcome to the saya-saya club, Edotz Herjunotz!

    BalasHapus
  2. Sama kayak komen di atas dotz. Welcome to the saya-saya club. Saya dulu juga mikirnya gitu, makanya gak pernah pakai gue-gue. Karena kita ini akan jadi guru dan ternyata benar sekarang kita guru dotz. Kamu masih ingatkan sama? Dulu kita sama-sama jomblo dan meramaikan grup tiap hari dan sekarang teman-teman blog termasuk saya sudah punya keluarga masing-masing. Ada yg maish betah ngeblog ada juga yg ngehapus blognya.

    Tapi yg perlu kamu ingat, kalau blog ini merupakan salah satu blog favorit saya waktu dulu. Lelucon zaman dulu kalau dibaca sekarang emang terkesan garing. Tapi dulu beneran lucu kok. Serius. Bahkan buku Cancut Marut kamu masih ada nih di rak buku saya. Menandakan kalau emang kenyataannya saya dulu suka baca komedimu.

    Tapi kalau emang sekarang kesukaannya udah berkurang untuk genre komedi. Yaa ganti aja dotz. Saya pun gitu sekarang jarang curhat cinta-cintaan, karena dulu nulis cuma karena galau. Sekarang kan beda kenyataan. Jadi wajar aja kalau kadang kita menulis dengan topik yg berbeda sesuai dengan keadaan kita saat ini. Semoga tetap konsisten ya. Suapaya rame lagi. Yuhuuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Va, dulu semangat banget blgwalkingnya ya ... rame bangetlah pokoknya, masih inget juga dulu kamu juara liga blogger yang diadain sama dotsemarang :D

      Alhamdulillah .... terimakasih, mungkin dulu emang lucu ya , tapi nggak tahu kenapa sekarang baca bukunya agak gimana gitu.

      Iya, hidup itu berubah ya.. dari alay sampai ke tahap yang ngeliat sesuatu secara realistis.

      Bismillah semoga bisa kosisten laaaah Yok

      Hapus
  3. Wah, untuk berubah ke arah yang lebih baik memang tal bisa drastis. Pelan-pelan dan bertahap. Inilah hidup. Saya bersyukur Bang atau Mas (harus panggil apa, sih?) lebih matang dalam hal pemahaman. Dan apik juga bahasanya sekarang. Saya tak keberatan dengan gaya tulisan ber-gue. Malah kerap ikutan komen gue segala. Terbawa suasana dan ingat masa remaja yang kerap ber-gue pada teman-teman. Sekarang mah mana bisa kecuali dalam komen blog.
    Kala sudah menikah, memang daya pemahaman jadi beda dengan jomlo. Itu juga saya sadari. Ada semacam tanggung jawab apalagi sudah ada seseorang di samping kita yang bisa berfungsi sebagai rem atau kontrol diri. Saya salut pada para suami yang demikian karena tak semua suami gitu. Belajar dari pengamatanlah.
    Soal melucu yang garing, di tulisan kemarin tentang istri yang saya baca, lucu banget kesan pertama pertemuannya. Wah, itu spontan bikin saya ketawa. So, jangan khawatir, lucu demikian masih ada.
    Selamat ngeblog dengan gaya baru, tetaplah jadi diri sendiri. Dan yang penting bahagia dengan blog.
    Terima kasih telah berbagi. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bebas aja manggilnya :D
      Iya, berubah emang nggak bisa langsung ya.. butuh proses. semoga bisa tetep konsisten.

      terimakasih ... semoga kita semua masih bisa senantiasa ngeblog untuk seterusnya..

      Hapus
  4. Awalnya saya juga pakai kata aku, berhubung kalau di tempat kuliah memakai kata saya, jadi kebiasaan dan saat ini artikel di blog santozahmad juga pakai kata Saya hehe.
    .
    Selamat datang di awal perubahan mas, ngubah gaya tulisan emang agak berat, bener berat hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip... iya, ini lagi mau mulai nih ceritanya ~

      Hapus
  5. Tos mas, kita samaann.
    Kalau saya dulu malah sering pake kata 'aku' gara-gara terhipnotis dengan novel. Pas ngebaca ulang lagi kayaknya hal ini kurang 'saya' banget deh. Alhasil, akhirnya saya pun pindah gunain kata 'saya' di tiap tulisan. Tapi gak dipungkiri juga sih kadang masih suka kepleset pake kata 'aku' soalnya untuk hijrah bener-bener amat berat.

    So, tetap semangat aja mas untuk ngeblognya. Jangan biarkan pikiran mandek gara-gara gagal nulis. Menulislah maka namamu akan terancam abadi hingga tua menjemput.

    BalasHapus
    Balasan
    1. *tos*
      Iya, semuanya butuh proses ya.. yang penting semoga senantiasa diberi semangat untuk ngeblog.

      Iya harus terus lanjut, nggak akan berhenti nulis .. ya, kecuali kalo lagi nggak males :D

      Hapus
  6. Welam to saya-saya club bang wkwk. Walau aing belum pake saya. Sebenernya galau juga pake gue-aku-atau saya. Awalnya mau pake gue-lo tapi kok ya aku baca blognya temen lucu ya orang jawa timur gue elo an wkwkwk. Terus mau pake saya banyak pertimbangan, akhirnya aku pake aku dulu deh ehehe.

    Jujur bang edotz blogger yang menginspirasi aku ngeblog dari jaman SMA dulu. Tulisannya kocak. Enak dibaca. Kalau pake saya tetep kocak juga ya bang :)))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pake yang bikin nyaman aja nggak apa-apa :D
      Yang penting ngeblognya rajin :D

      Wah.. makasih yaa... siap :D

      Hapus
  7. Saya masih mengunakan kata aku dan gue di tulisan blog.

    kata ganti gue dan aku terkadang igin lebih lepas nulisnya dan biar tidak formal-formal gitu, tapi iya tidak mencerinkan jadi diri kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang penting nyaman aja mas , maka semua akan menjadi mudah~

      Hapus
  8. Pernah terpikir untuk mengubah juga. Kemudian memutuskan untuk tetap dengan kata 'gue'. Mungkin umur gue aja yang belum menyadari, tapi sejauh ini, masih asik2 aja~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, semu akan ada waktunya. Tapi siapa tau seterusnya juga nyaman dengan kata gue, nggak masalah juga

      Hapus
  9. itu asli bang lo sampe menghadap dosen gegara "blunder" ngomongin dosen di blog? haha.

    gue juga mulai mengalami fase kayak lo nih. sebagai guru rasanya gue enggak pas kalau pakai "gue" di tulisan gue. bener apa kata lo.blog gue bukan cuma teman teman aja yang baca. bisa juga murid gue, guru sesama di sekolah. mungkin akan tiba saatnya gue akan menggunakan "saya."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya beneran, dosen tersebut bahkan jadi pembimbing skripsi pada akhirnya :D

      Yang penting nyaman aja Ga, mau pakai gue atau saya

      Hapus
  10. Untuk yg kesekian kalinya di tahun ini ada yg pindah dari gue ke saya. Selamat bang!

    Haha.. klo gue sih belum nemuin itu. Ya walaupun dalam kehidupan sehari-hari ya gak pernah pake gue dan lo. Serius.
    Lagian temen2 dunia nyata juga gak ada yang tau klo gue blogger. Jadi aman aja. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya.. jadi blogger selama ini berarti diem2 gitu ya :D

      Hapus
  11. Lucu bukan sebuah keharusan, terus aja menulis, siapa tahu karena keseringan terus menulis, akhirnya jadi tetap nggak lucu ckck

    BalasHapus
  12. Totally 100% sependapat sama kamu dot. Aku juga udah merubah untuk gak pake kata gue. Ya, kalo pun pake paling "seadanya".

    Btw, apa kabar nihhh haha

    BalasHapus
  13. Ternyata siklus negblog memang seperti itu, pak. Gue juga udah mengurangi bangt penggunaan kata 'gue', sampe pusign sendiri nyari kata pengganti yang tepat. Awal tahun mulai mengganti gue dengan kata penulis, tapi sekarang lagi asyik mentransformasikan blog ke bahasa Inggris karena jenuh pake bahasa Indonesia dan gue-guenya itu..

    BalasHapus
  14. Welkam to Anti saya saya club. Ya biar beda aja sama komen di atas.

    Aku pun gitu mas. Beberapa post sudah pake aku. Kadang saya. Tapi masih ada gue. Masih nga konsisten ih hijrahnya.
    Tapi setelah baca tulisanmu, dan bercermin juga kalau sekarang juga sudah jadi guru (TOS ndisek) ya ngerasa aneh.

    Memang berat, tapi kan intinya kan cerita, bukan kata ganti. Semoga aake dhewe kuat berproses, mas

    BalasHapus
  15. Setiap penulis mempunyai gaya tersendiri dalam menuliskan karakternya. Banyak blogger personal yang masih asik pake bahasa lu gue karena memang pembacanya yang dikalangan seumuran. Nah buat lo dotz, dari awal gw ikutin emang punya bahasa tersendiri yang kadang lucu kadang serius.
    gw sendiri di blog gw selalu bilang saya dan untuk reader gw sebut om bro karena kalangan pembaca gw adalah om-om tajir melintir. wkwkwk..
    So, selamat hijrah aja om bro. Semoga kedepannya semakin baik.

    BalasHapus
  16. Hmmm... Sudah lama rasanya gak main kemari, sampai lupa kapan terakhir.
    Rata-rata seperti kebanyakan sudah lewat fase "alay", banyak yang berubah apalagi soal 'U' yang juga menentukan, wkwkwkw...

    i decided to delete all my post :))

    BalasHapus
  17. stories really help a lot in relaxing the mind even RFID injectable transponders help mind to be relaxed as they track live

    BalasHapus